Derita umat Islam di India sungguh sangat menyedihkan. Bukan hanya menjadi korban kerusahan, puluhan muslimah diperkosa. Ironisnya, korban perkosaan tidak lapor kepada polisi, karena tidak akan akan menyelesaikan masalah.
Seperti yang diberitakan The News (12/10) wajah Fatima berubah pucat saat dia ingat bagaimana para tetangganya yang bersenjata clurit dan pedang menyerbu rumahnya dan menyeret putrinya dengan menjambak rambutnya saat kerusuhan di India utara.
“Mereka ada enam orang. Mereka mengikat saya ke kursi dan satu persatu memperkosa anak gadis saya. Saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkannya,” kata Fatima dengan air mata berlinang di sebuah kamp bantuan beberapa jam perjalanan dari New Delhi.
Keluarga dengan tujuh orang anggota keluarga itu menjadi hancur oleh serangan pada anaknya yang berusia 17 tahun itu, yang dilakukan selama kerusuhan di distrik Muzaffarnagar Uttar Pradesh dan sekitarnya bulan lalu yang menewaskan sedikitnya 50 orang. Namun, mereka telah memilih untuk tidak melaporkan hal tersebut ke polisi.
“Jika berita menyebar bahwa putri saya diperkosa oleh sekelompok orang, katakan pada saya siapa yang akan menikahinya? Dia akan dicap kotor dan kami akan dilempar keluar dari komunitas kami sendiri,” kata Fatima di kamp di Malakpur.
Kisahnya hanyalah satu dari banyak kisah, yang menunjukkan bahwa selain pembakaran dan pemukulan, kekerasan seksual merajalela selama kerusuhan tiga hari itu, yang dimulai pada tanggal 7 September.
Namun, polisi mengatakan mereka telah mencatat hanya lima kasus kekerasan seksual dari kerusuhan dari 282 kasus pidana secara keseluruhan. “Kami sedang menyelidiki setiap kasus dengan hati-hati, ” kata Kalpana Saxena, seorang polisi senior kepada AFP.
Pembantaian ini dipicu oleh pembunuhan terhadap seorang pria, yang diduga dilakukan oleh anggota keluarga Jat yang dominan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual terhadap adik mereka.
Mereka kemudian dituduh membunuh dua anak laki-laki Jat, sehingga menyebabkan kekerasan yang terjadi di luar kendali.
Para pemimpin politik lokal dituduh mendorong kekerasan untuk mempolarisasi negara atas dasar agama menjelang pemilihan umum tahun depan.
Naushad Ahmad Khan, seorang pengacara dan aktivis yang memiliki sebuah rumah di desa Lank Muzaffarnagar, mengatakan para wanita enggan untuk mengeluhkan kasusnya karena takut akan pembalasan dan kurang percaya terhadap polisi dan pengadilan.
“Bahkan dengan perkiraan yang paling konservatifpun, seharusnya ada setidaknya 50 kasus pemerkosaan, “kata Khan, yang telah mengajukan kasus yang terkait kepentingan publik ke Mahkamah Agung, untuk menuntut penyelidikan.
“Para penyerang mengenal korban. Mereka telah membuat ancaman lewat telepon, meminta para korban itu untuk tidak mengungkapkan nama-nama mereka ke polisi.
“Lalu kehormatan keluarga yang dipertaruhkan. Bagi para perempuan itu, perkosaan adalah sesuatu yang memalukan.”
Keputusan untuk menderita dan tidak melaporkan kasus ini mencerminkan stigma yang melekat pada pemerkosaan, terutama dalam masyarakat yang sangat patriarkal di pedesaan India.
Hal ini juga menimbulkan keraguan atas cerita yang berkembang bahwa perkosaan yang dilakukan oleh geng terhadap seorang mahasiswi berusia 23 tahun yang berakhir fatal di sebuah bus di New Delhi pada bulan Desember merupakan titik balik atas sikap terhadap perempuan.
Pemerkosaan di bus itu diikuti oleh protes jalanan selama berminggu-minggu, yang mengarah kepada diperkuatnya hukuman dan pembicaraan tentang bagaimana lebih banyak lagi perempuan yang merasa terdorong untuk melaporkan kasus-kasus kejahatan seksual.
Fatima dan yang lainnya di kamp itu telah bersumpah untuk tidak pernah kembali ke desa mereka meskipun hidup yang buruk di daerah kumuh dengan kondisi tanpa air minum atau toilet yang bersih.
“Saya mencoba melarikan diri dengan skuter bersama kakek saya ketika segerombolan enam orang orang menghentikan kami,” kata seorang wanita 19 tahun, yang tampak lemah dan sakit-sakitan, wajahnya ditutupi dengan syal.
“Mereka menyeret saya ke ladang tebu. Selama enam jam saya diperkosa. Akhirnya saya diselamatkan ketika patroli militer mendengar teriakan saya.”
Aneesa Begum, 40 tahun, menceritakan bagaimana para perusuh “memacul” kaki suaminya saat dia meringkuk di bawah selimut.
“Mereka bukan orang luar, mereka adalah orang-orang desa. Bagaimana kita bisa menghadapi mereka lagi? ” katanya dengan terisak-isak saat dia bersiap-siap mengunjungi suaminya di rumah sakit.
Para aktivis mengatakan kaum perempuan memiliki kesulitan untuk meyakinkan polisi untuk mengajukan tuntutan, suatu hal yang umum terjadi di pedesaan India dimana para korban perkosaan kadang-kadang didorong untuk menikahi para penyerang mereka.
“Beberapa korban perkosaan telah menunjukkan keberaniannya dan mendekati polisi. Tetapi ketika mereka melihat tidak ada tindakan yang diambil terhadap para penyerang, yang lain juga mengurungkan niatnya,” kata Sehba Farooqui dari kelompok hak asasi All India Democratic Women’s Association.
“Pada saat kaum perempuan memiliki keberanian untuk lapor ke polisi, bukti-bukti medis sudah tidak ada lagi. Penundaan membuat kasus hukum sulit bagi para penyerang untuk dihukum,” katanya, sambil mendesak pemerintah untuk mendirikan pengadilan jalur cepat seperti yang digunakan untuk kasus-kasus pemerkosaan oleh geng Delhi.
Human Rights Watch yang bermaskas di New York telah meminta pemerintah untuk memberikan konseling serta bantuan hukum dan medis bagi para korban.
“Pemerintah Uttar Pradesh perlu segera menciptakan lingkungan bagi para korban untuk melaporkan kasusnya dan mencari keadilan, ” kata Meenakshi Ganguly, Direktur HRW Asia Selatan.
Sejauh ini polisi telah melakukan penagkapan terhadap sekitar 150 orang atas aksi kekerasan itu, termasuk empat politisi yang dituduh menghasut massa perampok.
” Semua partai politik hanya tertarik untuk memenangkan suara. Polisi juga bersekongkol dengan mereka, “kata Begum. “Siapa yang memperjuangkan nasib kami? Kami akan terus menderita sepanjang hidup dan tidak akan melaporkan.” (rz/www.thenews.com.pk)
Kekejian dan tindakan biadab terhadap kaum muslim akan terus terjadi. Sampai akhirnya kita berdiri kepemimpinan Islam di bawah naungan Khilafah yang akan membebaskan negeri-negeri muslim dan tindakan keji dan biadab.