Sekolah Menengah Atas (High School) Mount Carmel milik umak Katolik Roma, di kota Accrington, memutuskan untuk mengeluarkan dua orang siswa Muslim berusia 14 tahun setelah keduanya menolak untuk mencukur jenggotnya. Dewan Distrik Lancashire mengatakan bahwa sekolah telah mengirimkan dua orang siswa Muslim itu ke rumahnya. Namun keduanya dapat kembali lagi ke sekolah setelah keduanya mencukur jenggotnya. Kedua siswa itu menolak untuk mencukur jenggotnya dengan dalih bahwa itu bagian dari keimanannya, dimana agama Islam mengharamkan kaum Muslim mencukur jenggot.
Sekolah telah menempatkan kedua siswa itu, pada minggu lalu dalam “ruang isolasi” karena keduanya dinilai gagal untuk mematuhi peraturan sekolah yang berhubungan dengan penampilan. Sekolah mengatakan bahwa semua siswa harus mencukur jenggot mereka, bahkan sekolah telah memberitahu para siswa dan orang tua, sebelum dimulainya tahun pelajaran. Sementara itu, ayah dari salah satu siswa, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada BBC Asia bahwa ia telah menerima telepon dari kepala sekolah pada hari Selasa, yang mengatakan kepadanya bahwa sekolah telah mengirim anaknya ke rumah. Kedua siswa itu adalah bagian dari sekelompok siswa yang diminta untuk menghilangkan semua jenis rambut dari wajahnya, pada bulan Juni lalu.
Siswa Muslim ketiga mengatakan juga bahwa ia dilarang masuk kelas: “Padahal, saya tidak punya jenggot. Jadi, saya terkejut ketika saya dikeluarkan dari kelas saya.” Ia menambahkan: “Saya sudah berkumis sejak saya berusia 10 tahun. Namun, guru mengatakan bahwa saya memiliki janggut, padahal itu tidak ada sama sekali. Lalu ia memaksa saya untuk mencukurnya, atau pindah ke sekolah lain.” Dan akhirnya siswa itu pun memenuhi permintaan sekolah. Hanya saja orang tuanya mengatakan bahwa sekolah harus “mengubah peraturannya”. Ia menambahkan bahwa “Ada banyak kaum Muslim yang tinggal di dekat sekolah, juga orang-orang Kristen. Sehingga ada banyak orang tua yang gelisah tentang masalah ini.”
Dikatakan bahwa siswa Muslim mencapai sekitar sepertiga dari semua siswa sekolah yang jumlahnya 750 siswa. Ia menambahkan “ketika terjadi perselisihan, maka kami mencoba sebaik mungkin untuk saling mengerti dan memahami dengan cara yang wajar, dan mencari solusi untuk kepuasan semua orang jika itu memungkinkan.” Ia menambahkan bahwa sekolah sering mengingatkan para siswa dan orang tua mengenai peraturan tentang penampilan (kantor berita HT, 13/10/2013).