Roadshow Media Pasca-Roundtable Discussion “Melawan Imperialisme AS Terhadap Perempuan melalui APEC dan Rezim Pasar Bebas di Asia Tenggara”
Kesuksesan Roundtable Discussion berjudul “Melawan Imperialisme AS Terhadap Perempuan melalui APEC dan Rezim Pasar Bebas di Asia Tenggara” yang membongkar propaganda busuk negara-negara raksasa dalam mencetak kekayaan dengan mengeksploitasi perempuan dilanjutkan dengan roadshow media ke media-media agency regional dan internasional di Deuthsce Bank pada hari Jum’at, 11 Oktober 2013 lalu.
Fika Komara, Sumayyah Ammar (Malaysia), dan Rina Rahmalia mengunjungi Al Jazeera English dan Arabic, Assosiated Press, Australian Press, Bloomberg, Asia News Channel, dan The Wall Street Journal Asia untuk menyampaikan hasil Roundtable Discussion yang sepakat menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dari forum APEC adalah bentuk penjajahan ekonomi negara-negara kuat terhadap negara-negaras lemah semisal Indonesia. Ditambah lagi, AS memiliki kepentingan untuk mengokohkan perdagangan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara yang sejatinya akan semakin mengeksploitasi perempuan dengan menjadikan mereka sebagai pasar terhadap produk-produk mereka.
Hal ini diamini oleh Steffani, jurnalis Al Jazeera English yang berhasil ditemui tim Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak tahu apa sebenarnya hasil kesepakan APEC tersebut. Terbukti ketika ia melakukan wawancara dengan petani di Bali. Mirisnya lagi mereka sama sekali tidak tahu ada pertemuan APEC yang sebenarnya membicarakan masa depan hidup mereka. “Padahal pertemuan APEC dan juga hasilnya adalah hak masyarakat untuk mengetahuinya. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir merasa perlu untuk mencerdaskan masyarakat dengan mengekspos ada apa dibalik forum APEC melalui Rountable Discussion dan juga roadshow media.” Ungkap Fika Komara, Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir Divisi Muslimah untuk kawasan Asia Tenggara.
Steffani mendukung hal tersebut. Ia mengatakan “Ya, saya pikir harus semakin banyak media yang paham akan pasar bebas, realitas dan dampaknya terhadap masyarakat. Apalagi bulan Desember ada pertemuan WTO” Ia menceritakan pengalamannya ketika melakukan liputan APEC di Bali bahwa para wartawan dikumpulkan dalam satu gedung dan dilayani dengan begitu istimewa, namun tidak dapat meliput forum-forum APEC atau pun pertemuan-pertemuan bilateral kepala negara. “Semua dirahasiakan. Jika tidak betul-betul mempepajari isu Pasar Bebas, forum APEC ini tidak dapat dimengerti maksud utamanya bahkan oleh pejabat sekalipun.” Ungkapnya.