“Menuju Politisi Muslimah Ideologis”

HTI Press. Sabtu, 12 Oktober 2013. Muslimah DPD I HTI Sumsel mengadakan CBT (Capacity Building Training) dengan tema “Menuju Politisi Muslimah Ideologis”, training ini dihadiri oleh puluhan calon legislator  perempuan dari 10 partai yang berbeda. Bertempat di Aula Best Skip Hotel (Jl. Mayor Salim Batubara Sekip Bendung Palembang), menghadirkan 4 orang pembicara: Eti Sudarti Adilah, S.P. (Muslimah DPD II HTI Kota Palembang) yang membahas mengenai “Visi Misi Hidup Manusia”, Qisthy Yetty Handayani, S.Pt. (Muslimah DPD I HTI Sumsel) yang menyampaikan pokok bahasan “Politisi Muslimah Sejati”, Iffah Ainur Rochmah, S.Pd. (Jubir Muslimah HTI) yang membahas mengenai “Kiprah Politik Perempuan & Khilafah Islamiyyah”, dan Syafridah, S.H. (Koordinator LF Muslimah HTI Sumsel/Aktivis perempuan Sumsel).

Pada awal training Adilah menanyakan apa motivasi para peserta menjadi politisi? Menanggapi pertanyaan tersebut politisi partai Nasdem menyampaikan pandangannya, “ingin menyeimbangkan kehidupan keseharian dengan akhlak dan terus mendidik anak-anaknya dengan syari’at Allah agr selamat dunia akhirat”. Adilah mengatakan bahwa tujuan kita adalah memahami hakikat tujuan hidup manusia, yaitu 1. Dari mana kita berasal, 2. untuk apa hidup bagaimana menjalankan kehidupan ini, 3. akan kemana setelah akhir kehidupan. Ketiga pertanyaan itu saling terkait. Adilah  mengajak para peserta untuk merenungi sebuah ayat,  didalam QS. Adz-Dzariyat: 56, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” dalam hal ini ibadah yg dimaksud adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah dalam segenap aspek kehidupan termasuk dalam berpolitik sehingga seorang politisi ditunjukkan untuk beraktifitas karena perintah Allah dan menjalankan aktifitasnya sesuai aturan Allah SWT yaitu Syari’at Islam.

Sementara itu, Qisthy Yetty Handayani, S.Pt. (Muslimah DPD I HTI Sumsel), mengatakan bahwa politik dalam pandangan barat mengadung dua hal yang utama: 1. Bahwa politik tidak sejalan dengan agama atau yang biasa kita sebut dengan sekuler, dikehidupan sekuler antara Agama dan politik tidak boleh dicampur. 2. Politik berarti Pragmatis dan menerima realita apa adanya serta mustahil untuk merubahnya, artinya kita dibiasakan untuk menghukumi suatu realita bukan mencari membuat para politisi untuk mencari akar permasalahannya. Merujuk pada kedua kandungan tadi maka sudah bisa dipastikan bahwa sistem politik yang ada saat ini adalah sistem politik menurut persfektif barat. Politik dalam perspektif Islam adalah mengatur serta memelihara urusan umat baik di dalam negeri maupun di luar negeri, maka politik Islam memiliki 2 komponen yaitu negara sebagai institusi yang menjadi pengatur dalam menjalani kehidupan, serta ummat baik secara individu maupun kolektif menjadi pengoreksi bagi jalannya pemerintahan, tegas Qisty.  Islam memiliki infra struktur politik, punya struktur politik, dan punya supra struktur politik, jadi Islam bukan hanya sekadar spiritual tapi juga politik. Itulah yang menunjukkan bahwa Islam bukan hanya sekedar agama melainkan sebagai Ideologi. Seorang politisi harus memiliki kesadaran politik, dengan cara menjadikan urusan dunia sebagai objek pengamatan dengan menggunakan sudut pandang Islam. Maka untuk itu dibutuhkan metode untuk membangkitkan kesadaran tersebut. Pembinaan politik dari aspek: ideologi dan aktifitas politik dilakukan secara individu, umat dan partai politik. Terkait dengan hal tersebut para peserta menyampaikan pernyataannya, Ibu Erni Purbiyanti, M.Si (Dosen FP UNSRI) bahwa sebagai tenaga pendidikan di tingkat Universitas mengatakan bahwa dengan ada kuota 30 % ada partisipasi perempuan di parlemen tidak memberikan solusi nyata bagi permasalahan yang terjadi di kalangan perempuan.

Iffah Ainur Rochmah, S.Pd. (Jubir Muslimah HTI) yang membahas mengenai “Kiprah Politik Perempuan & Khilafah Islamiyyah”, menyampaikan bahwa pada saat ini terjadi defisit politikus perempuan dalam sistem demokrasi dimana politik difahami sekadar upaya meraih kursi parlemen & kekuasaan, memberi iming-iming materi dan gengsi, minim kesadaran untuk pengabdian. Parpol  hadir menjelang musim pemilihan dan lemah dalam pembinaan kader para aktivis parpol hanya bergabung berdasar formulir dan daftar absen Sementara proses pemahaman dan penularan filosofi politik tidak terjadi. Hadirnya perempuan dalam parpol pada saat ini hanyalah sebatas kuantitas, tanpa memperhatikan kualitas. Akibatnya mereka buta akan politik, serta hadirnya mereka dalam parpol hanya menjadi fatamorgana digurun pasir. Aktifitas politik yang boleh atau wajib diterjuni oleh perempuan antara lain: 1. Hak dan kewajiban baiat, 2. Hak memilih dan dipilih menjadi Majelis Ummat, 3. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, 4. Menasehati dan mengoreksi penguasa, 5. Menjadi anggota parpol. Menanggapi hal ini Ibu Citra dari partai PPP Dapil I Sumsel menyampaikan  pandangannya terhadap Muslimah HTI serta memberikan apresiasi kepada Muslimah HTI Sumsel yang telah melakukan terobosan untuk mengadakan pembinaan politik kepada para caleg perempuan.  Beliau juga menyampaikan bahwa di beberapa kesempatan bertemu dengan jubir Muslimah HTI di gedung DPR serta berdiskusi dalam mengenai berbagai hal, antara lain: RUU kependidikan, dan lain-lain sampai yang beberapa waktu lalu mengenai penolakan kontes Miss World. Beliau menyampaikan apa yang beliau perjuangakan akan dia perjuangkan dengan jabatan beliau saat ini khususnya tuntutan  para kaum wanita.

Syafridah, S.H. (Koordinator LF Muslimah HTI Sumsel/Aktivis perempuan Sumsel) yang memberikan simulasi kepada para caleg mengenai kondisi yang sungguhnya di parlemen. Antusias para peserta tidak hanya sampai pada acara CBT ini saja, melainkan akan berlajut ke diskusi mingguan agar tercipta politisi muslimah ideologis. Hal ini terbukti dari beberapa caleg dari berbagai partai yang menghampiri panitia untuk mengatur jam pertemuan. []

Trainer 1. Ibu Eti Sudarti Adilah, S.P
(Muslimah DPD II HTI Kota Palembang)

Trainer 2. Ibu Qisthi Yetty Handayani, S.Pt.
(Muslimah DPD I HTI Sumsel)

Trainer 3. Ibu Iffah Ainur Rochmah, S.Pd
(Juru Bicara Muslimah HTI)

Trainer 4. Ibu Syafrida, S.H
(Koordinator Lajnah Fa’aliyah Muslimah HTI Sumsel/Aktivis Perempuan Sumsel)

Para peserta

Sesi diskusi

Sesi konferensi pers dengan media lokal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*