Hal yang sering terlupakan dari peristiwa hijrahnya Rosulullah SAW adalah bahwa hijrah merupakan tonggak awal dari pembentukan negara Islam di Madinah. Bukan sembarang negara, tapi negara adi daya yang dengan visi kenegaraan yang jelas. Kita ketahui bersama, perkara penting yang harus dimiliki para pemimpin bangsa demikian juga rakyatnya adalah visi kenegaraan.
Inilah yang justru hilang dari bangsa kita. Membuat bangsa ini hilang arah atau sekedar menjadi pembebek negara penjajah. Bukan hanya itu, namun merelakan diri untuk dijajah oleh negara lain. Kalau sudah seperti ini , bagaimana mungkin kita bangkit ?
Islam sangat ‘concern’ dalam masalah visi kenegaraan. Islam telah menggariskan dengan sangat jelas negara Islam adalah negara adi daya yang akan memimpin dunia dan memberikan kebaikan kepada dunia. Negara dengan asas yang jelas pula yaitu aqidah Islam yang menjadikan syariah Islam sebagai hukum yang mengatur segala aspek kehidupan.
Dalam Al Qur’an, surat Ali Imron : 110 , dengan gamblang Allah SWT menyatakan : umat Islam merupakan umat yang terbaik (khoir ummah) dengan tugas yang jelas : menyeru kepada perkara yang ma’ruf (kebaikan), mencegah dari yang munkar (keburukan) dan beriman kepada Allah.
Umat Islam juga akan menjadi pemimpin dunia, seperti dijanjikan Allah SWT dalam QS An Nuur: 55. Berkaitan dengan ayat ini Imam Ibnu Katsir, menyatakan, “Inilah janji dari Allah SWT kepada Rasulullah saw., bahwa Allah SWT akan menjadikan umat Nabi Muhammad saw. sebagai khulafâ’ al-ardh; yakni pemimpin dan pelindung manusia. Dengan merekalah (para khalifah) akan terjadi perbaikan negeri dan seluruh hamba Allah akan tunduk kepada mereka.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, VI/77).
Janji agung ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang yang beriman dan beramal salih pada generasi Sahabat belaka, namun berlaku juga sepanjang masa bagi orang-orang Mukmin yang beramal salih. Imam asy-Syaukani berkata, “Inilah janji dari Allah SWT kepada orang yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan amal salih tentang Kekhilafahan bagi mereka di muka bumi, sebagaimana Allah pernah mengangkat sebagai penguasa orang-orang sebelum mereka. Inilah janji yang berlaku umum bagi seluruh generasi umat. Ada yang menyatakan bahwa janji ini hanya berlaku bagi Sahabat saja.Sesungguhnya, pendapat semacam ini tidak memiliki dasar sama sekali. Alasannya, iman dan amal salih tidak hanya khusus ada pada Sahabat saja, namun bisa saja dipenuhi oleh setiap generasi dari umat ini.” (Imam asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, V/241).
Ayat diatas secara eksplisit menunjukkan umat Islam dengan negara Islam yaitu Khilafah Islam akan menjadi umat terbaik, pemimpin dan pelindung umat manusia (khulafâ’ al-ardh), yang akan memperbaiki dunia.
Visi kenegaraan inilah yang memberikan asa (harapan) sekaligus optimisme kepada umat Islam terdahulu yang mengarahkan jalan perjuangan umat Islam. Visi ini memberikan semangat dan tekad (willpower) yang kuat bagi umat Islam untuk mewujudkannya.
Sebab visi tanpa disertai dengan kesungguh-sungguhan dan semangat menggelora (hamasah) untuk mewujudkannya, tidak akan bermakna apa-apa.Umat Islam yang bangkit tidaklah berhenti pada pasrah dan diam, namun mereka harus terus bergerak dan bergerak untuk mewujudkannya cita-cita dan mimpi besar mereka.
Lihatlah bagaimana sikap kaum muslimin ketika Rosulullah SAW mengabarkan bahwa umat Islam akan menaklukkan Qanstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur,- sebuah negara adi daya dunia saat itu- dalam hadistnya : “ Sungguh Qanstantinopel akan ditaklukkan, dan sebaik-baik amir adalah amirnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu” (HR Ahmad).
Umat Islam dan para Kholifah berusaha keras untuk mewujudkannya. Meskipun hadist ini adalah khabar akan tetapi dalam makna amal. Oleh karena itu setiap penguasa muslim sangat konsern dan serius untuk mewujudkan hadits ini dengan kedua tangannya. Maka diberangkatkanlah sejumlah pasukan untuk menaklukkan Qostantinopel hingga Allah memuliakan Muhammad al-Fatih dengan penaklukan itu.
Penting dicatat, visi kenegaraan ini sebagai negara adi daya terwujud melalui negara Khilafah yang memiliki dasar yang jelas yaitu aqidah Islam. Negara Khilafah yang menjadikan hukum syariat Islam semata-mata menjadi hukum yang menyelesaikan segala persoalan kenegaraan. Negara Khilafah mempersatukan umat Islam.
Negara Khilafah yang disegani oleh kawan dan ditakuti oleh musuh. Yang memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia. Negara yang memberikan sumbangan tak ternilai bagi peradaban dunia. Negara yang secara jujur diakui kebesarannya oleh sejarawan Will Durant dalam The Story of Civilization: “Para Kholifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Kholifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapapun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setalah masa mereka ”
Visi sebagai umat yang terbaik, negara adi daya terbaik, ini harus terus menerus kita sampaikan kepada umat ini. Kita terbaik kerana kita berpegang teguh pada Islam, satu-satunya agama yang benar. Kita terbaik karena kita memiliki al Qur’an dan as Sunnah sebagai pedoman hidup yang berasal dari Allah SWT yang dijamin kebenarannya.
Visi ini harus kita sampaikan Kepada anak-anak kita, generasi yang akan melanjutkan perjuangan kita. Tentu saja dengan dorongan aqidah Islam. Perkara inilah yang terus menerus diajarkan oleh sang Ulama, gurunya Muhammad al Fatih sang penakluk, al Alim al Kabir Aaq Syamsudin : “Engkau adalah adalah pembebas Konstantinopel”. Kata-kata yang sangat membekas bagi sang Penakluk yang kemudian berhasil mewujudkannya.
Lantas bagaimana sikap kita sekarang? Sebagaimana Rosulullah SAW dan para sahabatnya, para Khulafa’urrosyidin yang berusaha keras mewujudkan visi itu, kita tentu harus bersikap yang sama. Berusaha keras menegakkan kembali negara adi daya itu, yaitu negara Khilafah. Kalau Muhammad al Fatih telah berhasil menaklukkan konstantinopel, sehingga mendapat gelar panglima dari pasukan terbaik, maka kita punya kesempatan baik untuk menaklukkan kota kedua yang dijanjikan oleh Rosulullah, yakni Roma. (Farid Wadjdi)