Usai shalat Jumat, Ketua IJABI Bengkulu Pandu Imam S Adib bersama seorang pengikut Syiah dari Depok Jawa Barat Ahmad Marzuki mendatangi dan memarahi Ustadz Zail Amri, Khatib Jumat, Jumat (15/11) di Masjid Ar-Rahman Jl. Sedap Malam Kelurahan Nusa Indah, Bengkulu.
Pandu Imam membentak dengan nada tinggi Khatib Jumat itu sembari mengatakan bahwa: “Tidak semua sahabat itu baik.” “Ustadz tidak pernah ke Iran.” “Tidak kenal dengan Abdullah bin Saba’.” Dia pun mengancam agar tidak sembarangan mengatakan tentang Syiah.
Tidak puas memarahi, kedua orang ini melaporkan Ustadz Amri ke Polres Bengkulu. Pandu Imam menghasut Ketua Kerukunan Keluarga Tabot (KKT), Ir. Syiafril sebelum melapor. Dibawanya KKT ini ke dalam polemik Syiah di Bengkulu lantaran dalam ceramahnya Ustadz Amri menyinggung ritual Tabot sebagai salah satu bentuk syirik. “Barangsiapa meyakini apabila Tabot tidak dilakukan akan mendatangkan bala’, maka itu termasuk syirik.”
Padahal menurut pengakuan Zail Amri, isi khutbah Jumat membahas kesesatan Syiah. Dia tidak menyebut KKT. Tabot disebut hanya sebagai salah satu contoh yang kebetulan saat itu momennya puncak perayaan Tabot pada 10 Muharam 1435 H yang dalam salah satu ritual Tabot ada aktivitas memanggil jin dengan membakar kemenyan.
Dalam laporannya kepada polisi, Pandu Imam memfitnah bahwa Ustadz Amri mengatakan ziarah kubur haram hukumnya. Kepada Media Umat , Ustadz Amri membantah laporan ini. Saat ini pihak-pihak yang sudah dimintai keterangan Polres Bengkulu, selain pelapor, berasal dari kalangan KKT dan Ketua RT. Selasa (19/11) siang Ustadz Amri dimintai keterangan oleh intel Polres Bengkulu di tempat kerjanya di Pasar Panorama.
Isu yang beredar di media lokal menjadi polemik antara Ustadz Amri dengan KKT sampai-sampai KKT menantang kelompok-kelompok yang pro dan kontra Tabot melakukan debat publik. Padahal poin penting ceramah Jumat lebih banyak membahas kesesatan aliran Syiah. Pihak KKT pun merasa tersinggung dan marah, turut mendukung sikap Pandu Imam meskipun ia keberatan apabila Tabot dikaitkan dengan aliran Syiah.
Ustadz Amri mengatakan bahwa KKT termasuk orang awam yang harus didakwahi dengan hati-hati. “Ini masalah internal, tapi masalah Syiah ini masalah internasional”.
Permasalahan ini sekali lagi membuktikan bahwa kemurnian akidah memerlukan perlindungan langsung dari pemerintah. Tidak cukup dengan dakwah para ulama.
Kepada Media Umat ustadz Amri mengaku sudah mendapatkan dukungan dari berbagai ormas Islam di Bengkulu seperti MUI Kota Bengkulu, IKADI, IKMI dan HTI. (mediaumat.com, 20/11/2013)