Konflik Suriah: Anak-anak Menjadi Target Sniper

Lebih dari 11.000 anak-anak telah tewas dalam perang di Suriah dalam waktu hampir tiga tahun, termasuk ratusan anak yang menjadi target para penembak jitu (sniper), menurut sebuah laporan.

Eksekusi dan penyiksaan juga telah digunakan terhadap anak-anak yang bahkan baru berumur satu tahun, kata lembaga think tank Oxford Research Group yang berbasis di London.

Laporan itu mengatakan sebagian besar anak-anak telah dibunuh oleh bom atau granat di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.

Laporan itu merupakan pengusutan besar pertama tentang bagaimana anak-anak dibunuh di Suriah. Laporan juga menegaskan apa yang telah lama dianggap sebagai salah satu aspek paling mencemaskan dari konflik brutal ini.

Anak-anak Suriah tidak hanya “terperangkap dalam baku tembak.” Mereka juga secara sengaja menjadi target, dan bahkan disiksa. Di awal pemberontakan ini berasalh dari penangkapan di bulan Maret 2011 di sekolah untuk anak laki-laki di Daraa yang dilaporkan disiksa karena membuat lukisan grafiti anti-pemerintah.
Setelah hampir tiga tahun berlalu, laporan ini mendesak semua pihak dalam konflik ini untuk menyelamatkan anak-anak, dan menyerukan ancaman penuntutan terhadap mereka yang melakukan tindakan kekejaman yang paling mengerikan ini.

Jatunya korban hanyalah satu bagian dari apa yang disebut dalam laporan ini sebagai “efek bencana” dari perang itu terhadap anak-anak. Dengan begitu banyak sekolah dan lingkungan yang hancur, dan anak-anak yang merupakan setengah dari pengungsi, konflik Suriah juga menjadi perang terhadap masa depan kanak-kanak.

‘Permohonan Kepada Semua Pihak’

Laporan mereka, Stolen Futures – the Hidden Toll of Child Casualties di Suriah , mengusut data dari awal konflik di bulan Maret 2011 hingga bulan Agustus 2013.

Dari 11.420 korban yang berusia 17 tahun ke bawah, 389 dibunuh oleh para penembak jitu.

Sebanyak 764 anak dieksekusi, dan lebih dari 100 anak – termasuk bayi – disiksa, kata laporan itu.

Anak laki-laki yang menjadi korban tewas melebihi jumlah korban anak-anak perempuan hingga 2 banding 1. Anak laki-laki yang berusia 13 tahun hingga 17 tahun paling mungkin menjadi korban pembunuhan yang ditargetkan, kata laporan itu.

Jumlah tertinggi kematian anak terjadi di Provinsi Aleppo, di mana 2.223 anak dilaporkan tewas.

Laporan Hana Salama mengatakan bahwa cara bagaimana anak-anak itu dibunuh sangat mencemaskan.
“Rumah-rumah mereka dibom, di lingkungan mereka, ketika mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti sedang menunggu antrian mendapatkan roti atau sedang bersekolah.

“Mereka ditembak dengan peluru tajam dalam baku tembak, menjadi target para penembak jitu, dieksekusi, bahkan dibunuh dengan gas beracun dan disiksa,” katanya. Data yang diberikan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil Suriah merekam para korban.

Laporan itu hanya mempertimbangkan kematian dengan korban yang disebutkan namanya, dan dimana penyebab kematian dapat diketahui.

Namun menekankan bahwa angka-angka itu tidak lengkap karena akses ke beberapa daerah adalah mustahil.

Para korban harus “ditangani dengan hati-hati dan dianggap sementara: singkatnya, terlalu dini untuk mengatakan apakah mereka menjadi target yang terlalu tinggi atau terlalu rendah”, kata laporan itu.

Para pria membawa peti mati atas salah satu dari empat anak-anak Suriah yang tewas hari Senin di kawasan Bab Sharqi, Damaskus, Suriah (12 November 2013). Granat membunuh anak ini di Damaskus, bersama dengan tiga orang lainnya, menurut media pemerintah.

Seorang wanita Suriah dari kota Aleppo bersama putrinya Zahra (3) mengemis di distrik yang kaya di Beirut pada tanggal 16 November, 2013. Sebagian pengungsi dari Suriah kini mengemis di jalan-jalan kota Beirut di Lebanon.

Anak-anak pengungsi Suriah berdiri di depan tenda mereka, di Kamp Pengungsi Zaatari, di Mafraq, Yordania (5 November 2013). Banyak keluarga Suriah yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di luar negeri

Konflik di Suriah telah mengakibatkan “efek bencana” pada anak-anak di Suriah, kata laporan itu, dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri untuk mentargetan warga sipil dan bangunan-bangunan seperti sekolah, rumah sakit dan tempat-tempat ibadah.

Di antara rekomendasinya, Oxford Research Group juga menyerukan diberikannya akses dan perlindungan bagi para wartawan dan lain-lain yang berkontribusi terhadap rekaman korban.

Lebih dari 100.000 orang diperkirakan telah tewas dalam konflik itu.

Lebih dari dua juta warga Suriah telah melarikan diri negara itu, sekitar setengah dari mereka diyakini adalah anak-anak. (rz/www.khilafah.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*