Ketika Mubalighah Bicara Politik
HTI Press. Yogyakarta. “Insya Allah Indonesia akan menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur dengan mencampakkan demokrasi dan kita selamatkan Indonesia yang kita cintai ini dengan khilafah”. Demikian petikan pemaparan yang disampaikan Ustadzah Lies Arifah (Lajnah Khosoh Muballighah MHTI DIY) dalam Temu Muharram Mubalighah dan Penggerak Umat yang diselenggarakan oleh Muslimah DPD I HTI DIY, Minggu (24/11) di Balai Utari, Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta.
Dalam paparannya, Lies Arifah menyatakan bahwa demokrasi bukan sekedar tata cara memilih pemimpin, tapi merupakan sistem pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. “Dalam demokrasi, kekuasaan tertinggi itu di tangan rakyat dan rakyatlah yang berhak untuk membuat aturan dengan cara memilih wakilnya. Padahal membuat aturan adalah hak Allah sebagai Al Hakim karena Allah lah yang sempurna, Maha objektif dan tidak butuh sesuatu,” tegas Lies. Lebih lanjut Lies mengungkapkan tentang keburukan demokrasi dan jika menginginkan perubahan yang lebih baik, Lies mengajak meninggalkan demokrasi karena merupakan sistem kufur jahiliyah dan menerapkan sistem pemerintahan alternatif dalam Islam yaitu khilafah yang diwajibkan oleh Allah.
Ustadzah Arum Aida (DPP MHTI) menyampaikan bahwa keruntuhan khilafah sebagai ummu jara’im (induk kejahatan) dan ketiadaan penerapan sistem Islam dalam naungan khilafah mengakibatkan problematika umat. Menurut Arum, dibutuhkan aktivitas pencerdasan politik islam agar umat melek dan sadar, dimana muballigah berperan penting dalam hal ini. “Panjenengan punya peran strategis, muballighah adalah lambang keimanan, orang yang sangat takut kepada Allah, dan anti kedzaliman,” kata Arum di hadapan ratusan peserta yang berasal dari kalangan muballighah, ustadzah, da’iyah, ibu nyai, pengurus dan penggerak majelis ta’lim DIY. Arum mengingatkan bahwa mubalighah merupakan lisan-lisan yang dipilih Allah menjadi pewaris nabi dan mengajak mereka beraktivitas dengan kembali ke khittoh nabi yaitu menjalankan politik dengan membina umat, membangun kesadaran politik, memberi solusi Islam terhadap permasalahan kehidupan, beramar ma’ruf nahi mungkar kepada pemimpin, mengembangkan jaringan untuk menyebarkan syariah Islam, dan menjadi perekat ukhuwah umat Islam.
Dalam testimoninya, Hj. Romlah Djumali (Ibu Nyai Ponpes Nurul Huda, Tempel, Sleman, DIY) mengajak peserta mendukung perjuangan khilafah. “Mari kita bersatu padu dan dengan tekad kita bersama, semoga Allah selalu meridloi tegaknya khilafah di negeri ini,” kata Romlah. Acara diakhiri dengan tanya jawab dan penandatanganan mitsaq dukungan muballighah terhadap perjuangan penegakan syariah dan khilafah, yang diwakili oleh beberapa mubalighah dan penggerak umat dari berbagai lembaga dan ormas Islam. []