MHTI Jabar Gelar Riung Mangpulung Bersama Tokoh
HTI Press. Sabtu lalu (30/11/2013) Lajnah Fa’aliyah (LF) MHTI Jawa Barat menggelar acara Diskusi Terbatas “Riung Mungpulung Tokoh/Ormas/Lembaga Muslimah Jabar” di De Tuik Café &Resto Bandung. Acara yang bertajuk “Mengukir Jawa Barat untuk Terus Lebih baik” ini dihadiri sekitar 20 orang tokoh muslimah dari berbagai Ormas Islam, seperti GMI Pusat, Pengajian Wanita Salman, Al-Hidayah Jabar, BKMM Jabar, WI Jabar, WSI, HCB, Al-Irsyad Islamiyah dan pengurus MHTI Jabar.
Selain untuk mengokohkan silah ukhuwah di antara aktivis Muslimah Jawa Barat, acara ini juga ditujukan untuk menjadi forum tabayyun terhadap pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini disampaikan MHTI ketengah masyarakat, terutama pemikiran Islam yang dianggap ekstrim dan melawan arus.
Diawali dengan sambutan dari Ibu Hj. Ina Wiyandini (Owner De Tuik cafe & produk Ina Cookies, sekaligus sebagai ketua GMI Pusat), dan diikuti dengan penyampaian pengantar diskusi mengenai “Pandangan Hizbut Tahrir Tentang Sistem Politik Demokrasi” oleh Ketua Muslimah HTI DPD I Jawa Barat, Ibu Siti Nafidah Anshory.
Siti Nafidah mengawali paparannya dengan menyampaikan makna politik/siyasah sebagai “pengaturan urusan umat” yang disandarkan pada hadits riwayat Hakim yang menyebutkan tentang pengurusan umat oleh para Nabi dan khalifah yang jumlahnya banyak. Menurutnya, Umat yang terurus dengan sistem politik yang benar tentu akan menjadi umat yang mulia & sejahtera sebagaimana umat Islam terdahulu. Lalu beliau mengajak audiens untuk melihat realitas sistem demokrasi yang hari ini sedang diterapkan atas umat Islam dan dipropagandakan sebagai sistem politik terbaik, modern dan bersesuaian dengan Islam.
Melalui pendekatan sejarah, Siti juga memaparkan bahwa Demokrasi dan liberalisme sebetulnya lahir dari rahim yang sama yakni aqidah Sekulerisme yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Ini terbukti dari prinsip dasar demokrasi yang selain mengagungkan kebebasan/HAM juga menyerahkan kedaulatan dan hak membuat hukum kepada rakyat/manusia dan bukan pada sang Pencipta. Demokrasi bukan sekadar prosedur memilih pemimpin/wakil rakyat dalam pemilu sebagaimana digembar-gemborkan para pengusungnya untuk mengecoh umat Islam, melainkan merupakan sistem hidup yang memiliki asas dan aturan hidup tertentu. Hal ini sesuai dengan definisi yang disampaikan Jack C. Plano dalam The International Relation Dictionary, bahwa Demokrasi adalah ideologi yang ditata dengan memadukan nilai-nilai liberal kebebasan individu, persamaan, martabat, dan persaudaraan, rule of law serta proses politik yang demokratis.
Memasuki sesi diskusi, beberapa peserta menyampaikan apresiasi atas tujuan acara berikut penjelasan yang disampaikan. Para peserta juga terlibat aktif dalam diskusi mengenai beberapa pertanyaan yang disampaikan terkait beberapa masalah kontemporer seputar pergaulan bebas remaja, penanggulangan HIV AIDS, kristenisasi, Pluralitas masyarakat dan pemilihan pemimpin, serta bagaimana menjadikan Jabar semakin baik disaat sistem Demokrasi diterapkan dan belum tegaknya sistem Khilafah sebagai penggantinya. Diskusi yang cukup hangat ini akhirnya mengerucut pada pentingnya pembinaan individu dalam keluarga dengan pengokohan aqidah Islam serta pembinaan masyarakat yang mengarah pada penyadaran akan kewajiban penerapan Islam Kaffah, yang di yakini akan menyelesaikan seluruh permasalahan.[]