Semangat Muballighah Menyerukan Politik
HTI Press. Bogor. Antusiasme lebih dari 600 muballighah yang hadir di Aula Mesjid Adz Dzikra Sentul, Bogor, begitu terasa. Mereka hadir dari wilayah kota dan kabupaten Bogor. Acara Liqo Muharram Lil Mubhallighah yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 30 November 2013 oleh DPD II MHTI Bogor ini, mengusung tema “Peran Politik Muballighah Dalam Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah”.
Para peserta menyetujui bahwa kekacauan di Indonesia, serta porak porandanya dunia saat ini, terjadi karena tidak diterapkannya hukum Allah di muka bumi. Kapitalisme adalah biang kerok dari seluruh peristiwa yang terjadi.
Sistem demokrasi yang merupakan sistem turunan dari kapitalisme, adalah sistem hidup yang dibuat oleh manusia, menjadikan suara mayoritas adalah suara kebenaran.Elis Anisah sebagai pembicara pertama menyatakan, “Kedaulatan ada di tangan rakyat, tetapi secara fakta, kedaulatan ada di tangan pemilik modal”. Manusia memposisikan dirinya sebagai pembuat aturan, meyakini bahwa aturan buatannyalah yang terbaik. Padahal hak membuat hukum hanyalah di tangan Allah. “Demokrasi adalah sistem kufur dan hukum jahiliyyah, karena itu haram untuk diterapkan”, papar Elis.
Rahma Qomariyah sebagai pembicara kedua, mengungkapkan upaya musuh-musuh Islam, “Yang membuat kaum muslimin kuat adalah bila menerapkan Al Qur’an dan Hadits dalam pemerintahan, yaitu Khilafah. Mereka sengaja menghancurkan khilafah, sehingga umat meninggalkan politik. Mereka menggantikan definisi politik dengan sesuatu yang menjijikkan, politik itu kotor.” Hal itu diperparah lagi dengan isu terorisme yang dihembuskan musuh-musuh Islam di tengah-tengah masyarakat.
Islam memandang, politik adalah pengaturan urusan umat. Negara adalah institusi yang menjalankannya secara praktis dan umat melakukan muhasabah pada penguasa. “Pada saat orang Islam tidak mau berpolitik, maka Al Qur’an dan Hadits tidak bisa diterapkan dengan sempurna”, ujar Rahma. Muballighah sebagai pihak yang dipercaya oleh umat, memiliki kesempatan emas untuk menyebarkan kebenaran.
Testimoni salah seorang peserta yang pernah menjadi caleg dari salah satu partai politik di Indonesia, bu Ipit Suprihatin dari Leuwiliang menyatakan, “Demokrasi tidak bersumber dari Islam. Demokrasi identik dengan kedzaliman.” Kurniasih dari Cimanggu menceritakan pengalamannya bertemu dengan Hizbut Tahrir. Dengan keistiqomahannya, umat melihat kebenaran. Beliau menutup dengan kalimat,“Jangan pernah takut dalam menyampaikan politik. Marilah kita bersama-sama Hizbut Tahrir menegakkan khilafah rasyidah.”
Mulialah apa yang disampaikan para muballighah untuk menyeru manusia melaksanakan kewajibannya, menyembah Allah dengan tunduk dan patuh pada semua perintah dan larangan-Nya, sehingga bisa menghantarkan manusia menjadi umat yang terbaik. []