Audiensi ke Kantor Media “Beritasurabaya”
Menjelang Kongres Ibu Nusantara, Tim Media Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia melakukan audiensi ke Kantor Media “Beritasurabaya”
Selasa, 17 Desember 2013. Tim Media DPD I MHTI Jatim mengadakan audiensi ke kantor beritasurabaya.com. Tim disambut hangat oleh pimpinan (Ibu Titin).
Dian (Media DPD I MHTI) menanyakan kabar dan menyampaikan ucapan terimakasih atas kesediaan mbak Titin sebagai pemilik media beritasurabaya menerima kunjungan TIM. Mbak Titin mengaku senang mendapat kunjungan dari pengurus MHTI. Dian membuka pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangan tim media DPD 1 Jatim MHTI, yaitu silah ukhuwah dan mengundang konferensi pers pada agenda akhir tahun 2013 MHTI yang bertema KONGRES IBU NASIONAL : BERJUANG MEWUJUDKAN KEHIDUPAN SEJAHTERA DALAM NAUNGAN KHILAFAH.
Di lanjutkan dengan penjelasan dari Tawang (media MHTI) yang menggambarkan bagaimana APEC adalah forum kerjasama dalam bidang ekonomi tingkat kawasan Asia Pasifik yang berfungsi sebagai kran pasar bebas di Indonesia. Begitu juga dengan WTO yang baru beberapa hari dilaksanakan sejatinya adalah forum untuk meliberalisasi perdagangan dan kendaraan bagi Negara maju untuk memperluas pasar. Negara berkembang harus menghilangkan hambatan perdagangan dan investasi, mencabut subsidi, menghilangkan tarif. Hasil-hasil yang dicapai tidak pernah menguntungkan Negara berkembang tapi hanya menguntungkan Negara maju. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sejak Indonesia melakukan kerjasama perdagangan yang terjadi adalah lebih dari 6000 perusahaan telah gulung tikar akibat syarat yang ditetapkan oleh Negara maju (baik APEC, WTO maupun perjanjian perdagangan yang lain).
Bahkan UN Women menyatakan perempuan miskin meningkat 70% setelah WTO. Di tambah ACFTA, barang-barang murah dari Cina membanjiri Indonesia yang berakibat tutupnya UKM-UKM dikarenakan lebih mudah membeli barang dari Cina yang murah daripada harus berproduksi sendiri. Dampaknya tentu PHK, dan saat para suami di PHK perempuan merasa bertanggungjawab untuk tetap membuat dapur mereka tetap mengepul. ILO juga mengatakan jumlah TKI dan TKW meningkat pesat. Ketidakmampuan melihat akar masalah kemiskinan membuat pemerintah melibatkan perempuan dalam mengatasinya. Padahal Negara Indonesia sangat kaya sumber daya alamnya.
Diskusi terjadi cukup hangat diantara tim MHTI dan mbak Titin. Mbak Titin menyampaikan hasil “penglihatannya” selama ini memang peran perempuan dikerdilkan hanya pada peran ekonomi saja. Mbak Titin menggambarkan bagaimana perempuan kelas bawah tidak memiliki pilihan selain bekerja dan di eksploitasi oleh yang mempekerjakan mereka akibat ketidaktahuan mereka pada peran mereka.
Tawang menambahkan bahwa MHTI menemukan bahwa kemiskinan Negara ini disebabkan kapitalisasi pada kekayaan alam. Kekayaan alam Negara ini semuanya dikuasai oleh asing, akibatnya masyarakat tidak bisa menikmati kekayaan alam yang melimpah. Dari sisi perdagangan bebas, banyak perusahaan gulung tikar dan bapak-bapak terkena PHK. Perempuan merasa harus menyelamatkan keluarganya, dari sinilah seruan perempuan untuk menjalankan roda ekonomi bangsa. Namun, hakikat dari seruan tersebut adalah eksploitasi perempuan dibalik pemberdayaan ekonomi perempuan. Seharusnya pemerintah tidak menyelesaikan masalah kemiskinan dengan menjadikan perempuan sebagai penggerak roda perekonomian bangsa. Maka harus ada upaya penyadaran kepada para perempuan terutama Ibu agar tidak menjadi pelaku ekonomi an sih. Para Ibu harus tetap memahami peran utama mereka. Bagaimana Islam memiliki aturan yang sempurna dan paripurna dalam hal ini. Perempuan dalam system Islam selama hidupnya tidak pernah terbebani mencari nafkah, ketika Ibu bekerja mereka tidak dalam keadaan tereksploitasi. Untuk menjamin hal tersebut system ekonomi yang digunakan adalah system ekonomi Islam dan dalam penerapannya haruslah dalam sistem pemerintahan Islam.