Berjuang Mewujudkan Kehidupan Sejahtera Dalam Naungan Khilafah
HTI Press. Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu 2013, Muslimah Hizbut Tahrir Sumatera Utara Mengadakan KONGRES IBU NUSANTARA dengan mengambil tema “Berjuang Mewujudkan Kehidupan Sejahtera Dalam Naungan Khilafah”. Acara yang bertempat di Convention Hall Amaliun Food Court, dihadiri oleh lebih dari 600 kaum ibu yang datang dari berbagai penjuru kota Medan dan beberapa kota yang ada di luar kota Medan, seperti Binjai, Kisaran, Serdang Bedagai, Deli Serdang dan Tebing Tinggi.
Kongres Ibu Nusantara ini merupakan rangkaian acara Muslimah Hizbut Tahrir secara nasional, karena tidak hanya diadakan di kota Medan namun di puluhan kota yang ada di seluruh Indonesia. Tampak hadir dalam acara ini adalah para ibu ibu PKK, Ibu- ibu dari penggerak Posyandu, Para Mubalighoh, para aktivis LSM serta ibu-ibu perwiritan dari berbagai penjuru sumatera utara.
Orator pertama Sri Cahyo Wahyuni memaparkan bagaimana kapitalisme telah menjadi penyebab mendasar kemiskinan yang menjerat kaum ibu. Menurutnya, saat ini para ibu telah termakan oleh doktrin kapitalisme yang berparadigma bahwa kesuksesan perempuan dilihat dari jumlah penghasilannya, padahal lanjutnya seorang ibu yang suskes dalam islam adalah wanita yang mampu mengatur rumah tangga dan mencetak anak-anak yang berkualitas dan bertakwa.
Ade Chairunnisa sebagai orator kedua menambahkan bahwa yang menyebabkan kemiskinan para kaum ibu bukan karena Indonesia yang miskin namun karena Indonesia telah masuk ke dalam jerat perdagangan bebas dimana memaksa Indonesia untuk menjual semua potensi SDA nya atas nama privatisasi. Perdagangan bebas juga menghasilkan eksploitasi perempuan berkedok pemberdayaan Ekonomi Perempuan, padahal sejatinya program ini telah membuat para ibu asyik bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah dan meninggalkan kewajibannya sebagai pendidik pertama anak yang pada akhirnya menjadi biang kehancuran keluarga. DR. Ir. Hj. Saleha Hanum Nst, M.Si selaku orator ketiga memaparkan secara gamblang mengenai dampak perdagangan bebas bagi kemiskinan perempuan dalam orasi nya yang berjudul “Gurita Perdagangan Bebas Menjerat Ibu Nusantara”. Menurutnya perdagangan bebas telah membuat Indonesia menjadi sasaran pasar bebas dunia yang efeknya mematikan para pedagang dan pengusaha lokal. Ia juga menambahkan bahwa program pemberdayaan perempuan yang diusung kapitalisme bagi para wanita dalam menghadapi perdagangan bebas merupakan program sesat dan menjerumuskan kaum ibu pada lembah kenistaan.
Gemuruh Takbir pun tak jarang dikumandangkan peserta sebagai bukti bahwa para ibu sudah muak dengan pembohongan sistem kapitalisme dan mendambakan kemulian dalam sistem islam melalui khilafah. Orator keempat Widya Hartanti menyampaikan bahwa hanya dengan penerapan Islam dalam bingkai khilafah lah para ibu akan mulia dan sejahtera, dalam Islam ibu lah yang seharusnya menjadi sekolah pertama bagi anak, ibu juga lah yang berperan sebagai istri dan juga sahabat suami. Para ibu tidak diwajibkan bekerja dalam Islam. Karena Islam memposisikan ibu sebagai ratu rumah tangga. Acara ditutup dengan doa yang dibawakan oleh Eka Susanti dan dilanjutkan oleh suguhan nasyid dengan menyanyikan lagu Mars “Jayalah Khilafah’.