Kongres Ibu Nusantara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Tengah

HTI Press. Semarang, Ahad 22 Desember 2013. Sekitar 120 ibu-ibu dari kalangan Majlis Ta’lim, Tim Penggerak PKK, aktivis perempuan, LSM, pendidik, pekerja, dan ibu rumah tangga di kabupaten dan kota Semarang,  hadir dalam acara Kongres Ibu Nusantara yang diselenggarakan oleh Muslimah  Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Tengah, di hotel Grand Saraswati.

Orator pertana, Sri Endah Abdullaah (DPD I MHTI Jawa Tengah), menyampaikan bahwa problem kemiskinan yang dihasilkan oleh sistem kapitalis telah memobilisasi kaum perempuan untuk bekerja. Melalui program pemberdayaan perempuan, para perempuan digiring untuk berdaya secara ekonomi. Hanya demi gengsi atau hanya demi sesuap nasi untuk bertahan hidup, para perempuan bekerja harus menangggung berbagai resiko: stres dan depresi, anak-anak terlantar, terjadi pelecehan seksual dan perdagangan manusia.  Belum lagi para ibu dan perempuan yang menjadi buruh migran banyak mengalami kasus penyiksaan, pelecehan dan tidak dipenuhi hak-haknya.

Orator kedua, Siti Sholihat (Lajnah Fa’aliyah DPD I MHTI Jawa). Dengan semangat Siti Sholihat menyampaikan bahwa Sistem kapitalis telah mengkerdilkan peran ibu dari peran utamanya sebagai pendidik generasi menjadi mesin-mesin ekonomi berkedok pemberdayaan ekonomi perempuan. Hal yang memilukan, sekitar 7 juta perempuan indonesia dijual ke luar negeri  menjadi tenaga-tenaga kerja murahan dan tidak bergengsi. Gerakan pemberdayaan ekonomi perempuan telah menggiring para perempuan keluar dari fitrahnya sebagai pendidik generasi berkualitas penerus estafet kepemimpinan. Pemberdayaan ekonomi perempuan ala kapitalis bukannya menghantarkan para perempuan sejahtera tetapi menghantarkan para perempuan menuju penderitaan hidup karena sejatinya mereka dieksploitasi.

Orator ketiga, Husnul Khotimah (Lajnah Khossoh Lil Muballighoh DPD I MHTI Jawa Tengah), menyampaikan bahwa hanya sistem Islam saja yang mampu menjaga perempuan dari berbagai bentuk eksploitasi. Sistem Khilafah, satu-satunya sistem yang mampu menjaga dan menjamin kemuliaan, martabat dan kesejahteraan perempuan. Untuk itu beliau sampaikan bahwa kaum perempuan harus memiliki kontribusi dalam merubah kondisi perempuan yang terpuruk akibat diterapkannya sistem kapitalis menuju kemuliaan dan kesejahteraan perempuan dalam naungan khilafah. Diakhiri dengan pekik takbir, Husnul menyeru peserta: “Saatnya Ibu berjuang menegakkan syari’ah dan khilafah.

Semangat acara mencapai puncaknya dengan monolog yang disampaikan oleh  Ayu Maylani yang mengajak para peserta untuk turut berjuang membebaskan kaum perempuan dari derita eksploitasi dengan mewujudkan tegaknya syari’ah dan khilafah. Seruan Ayu maylani mendapat respon luar biasa dari peserta, beberapa ibu yang diantaranya membawa balita maju ke depan menyambut seruan perjuangan dengan diiringi pekik takbir, Allahu Akbar…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*