Meningkatnya Kasus-kasus Islamofobia di Inggris

Secara angka, kejahatan kebencian terhadap Muslim telah melonjak di Inggris tahun ini.

Ratusan serangan anti-Muslim yang dilakukan di seluruh negara pada tahun 2013, dengan pasukan keamanan terbesar terjadi di Inggris, polisi Metropolitan, mencatat ada 500 kasus kejahatan Islamophobia.

Banyak pasukan keamanan yang melaporkan lonjakan jumlah kejahatan kebencian anti-Muslim setelah pembunuhan atas tentara Lee Rigby oleh dua ekstrimis Islam di Woolwich, London tenggara, pada bulan Mei.

Tapi angka-angka itu bisa jauh lebih tinggi karena hampir setengah dari 43 pasukan keamanan di Inggris dan Wales tidak mengungkapkan berapa banyak kejahatan kebencian telah mentargetkan kaum Muslim. Sebagian pasukan mengaku mereka tidak selalu mencatat agama para korban kebencian-kejahatan keagamaan.

Permintaan terhadap kebebasan informasi dikirimkan oleh Asosiasi Pers bagi setiap pasukan kepolisian di Inggris dan Wales. Dari 43 pasukan keamanan, 24 orang memberikan angka atas jumlah kejahatan anti-Muslim dan insiden-insiden yang dilaporkan.

Tell Mama, Sebuah kelompok yang memonitor insiden-insiden serangan anti-Muslim, mengatakan telah menangani 840 kasus sejak April, dengan jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 1,000 kasus pada akhir Maret. Jumlah ini bisa dibandingkan dengan 582 kasus anti-Muslim yang ditangani dari Maret 2012 sampai Maret 2013.

Fiyaz Mujhal, direktur Faith Matters, yang mengorganisir proyek ‘Tell Mama’, mengatakan reaksi terhadap pembunuhan Rigby telah menyebabkan jumlah kejahatan Islamofobia melompat secara signifikan.

“Kelompok-kelompok sayap kanan, khususnya EDL [English Defence League], dengan jahat menggunakan internet dan media sosial untuk mempromosikan sejumlah kasus kebencian secara online,” katanya.

Mujhal mengatakan hukuman yang lebih keras diperlukan untuk mengatasi kejahatan Islamofobia dan bahwa pedoman yang diberikan oleh Crown Prosecution Service (CPS) untuk memantau media sosial tidak cocok untuk maksud tersebut.

“Mereka membuat masalahnya menjadi lebih sulit secara signifikan. Sekarang, kecuali ada ancaman langsung terhadap seseorang di Twitter atau Facebook, CPS tidak akan menuntut. CPS jelas tidak sinkron dengan realitas yang ada.

 

“Kita juga perlu hukuman lebih kuat. Dalam satu kasus, kepala babi ditinggalkan di luar masjid dan pelaku pergi dengan hukuman masyarakat. Bila anda menargetkan masjid, maka anda menargetkan seluruh masyarakat.”

Tell Mama menyerukan pihak kepolisian untuk meningkatkan pemantauan terhadap kejahatan Islamofobia.

“Ada tiga masalah yang kita temui,” kata Mujhal. “Pertama, kurangnya pemahaman bahasa Islamophobia yang dilemparkan kepada para korban dalam insiden apapun. Kedua, ada sangat sedikit pelatihan tentang bagaimana mengajukan pertanyaan yang relevan untuk menarik kasus-kasus anti-Muslim.

“Ketiga, proses pencatatan tidak sejalan satu sama lain. Satu pasukan keamanan membolehkan seorang perwira untuk menyatakan suatu insiden sebagai kasus anti-Muslim, sementara pasukan lain menyatakannya sebagai kejahatan rasial bernuansa agama. Tidak ada keseragaman.

“Harus ada pedoman bagi semua pasukan keamanan sehingga kita dapat mengetahui tingkat permasalahan.”

Seorang juru bicara CPS mengatakan: “komunikasi online dapat menyinggung, mengejutkan atau memberikan rasa tidak enak.

“Namun, seperti yang ditetapkan dalam pedoman CPS pada penuntutan kasus-kasus yang melibatkan komunikasi yang dikirimkan melalui media sosial, konten online harus lebih dari sekedar ofensif hingga bertentangan dengan hukum pidana.

“Untuk melindungi hak untuk kebebasan berbicara ambang batas penuntutan harus tinggi dan merupakan komunikasi yang sifatnya sangat ofensif, cabul, atau palsu yang dilarang oleh undang-undang.”

Asosiasi Kepala Polisi (ACPO) sebelumnya mengatakan 71 insiden yang dilaporkan kepada tim nasional ketegangan yang terjadi diantara masyarakat selama lima hari setelah pembunuhan Rigby tanggal 22 Mei.

Inspektur Polisi Paul Giannasi, yang merupakan juru bicara ACPO mengenai kejahatan rasial, mengatakan: “Kepolisian berkomitmen untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kejahatan rasial dan sangat penting bahwa kami mendorong lebih banyak korban yang menjadi korban kejahatan untuk melaporkannya kepada polisi atau melalui fasilitas pelaporan pihak ketiga seperti Tell Mama.

“ACPO telah memainkan peran kunci dalam meningkatkan mekanisme pelaporan, termasuk melalui pengembangan situs True Vision. Situs ini memberikan informasi kepada para korban dan memungkinkan orang untuk melaporkannya secara online.

“Kami jelas ingin agar tingkat kejahatan secara keseluruhan berkurang dan melihat para korban menjadi lebih sedikit, namun kami menyambut meningkatnya pelaporan atas kejahatan rasial, selama hal itu adalah tanda dari meningkatnya kepercayaan para korban untuk melaporkan.

“Dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian setempat, kami membantu memperbaiki cara kami menanggapi kejahatan kebencian ini dan menyediakan data kejahatan rasial yang kuat dan transparan.”

Seorang juru bicara kementerian kehakiman mengatakan: “Ini adalah kejahatan keji yang merusak kehidupan dan masyarakat.

“Pengadilan sudah memberikan hukuman yang lebih keras pada kasus-kasus dimana ras atau agama menjadi faktor yang memperparah. Jumlah orang yang menerima hukuman kustodial (hukuman penjara atau pada lembaga terapi) atas kejahatan yang mengerikan ini adalah lebih tinggi daripada sebelumnya.” (rz/www.theguardian.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*