Dolar Naik, Harga Mencekik

Jika perekonomian AS terguncang maka secara otomatis berpengaruh terhadap perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia.

Anda sebaiknya tak berbelanja barang-barang elektronik saat ini, khususnya produksi luar negeri. Dapat dipastikan harganya mahal. Ini karena harganya berdasarkan nilai kurs dolar.

Nilai rupiah sendiri terus melemah. Satu dolar Amerika Serikat (AS) telah menembus lebih dari Rp 12.000. Ini adalah kurs yang lumayan tinggi dibanding beberapa bulan lalu yang tidak sampai Rp 10.000/dolar AS.

Di akhir tahun 2013 kurs dolar meroket kurs rupiah dibuka melemah ke level 12.230 per dolar AS atau terpangkas 35 poin dari penutupan sebelumnya di level 12.195 per dolar AS. (www.bi.go.id)

Tak bisa disangkal, dolar masih menjadi mata uang utama dunia. Kondisi tersebut tidak lepas dari peran negara adidaya Amerika Serikat. Maka jika perekonomian AS terguncang maka secara otomatis berpengaruh terhadap perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia.

Penyebab

Anggota Lajnah Maslahiyah DPP HTI Alimuddin Yasir menjelaskan, ada beberapa penyebab kenaikan dolar ini. Pertama, ada rencana dari Bank Federal USA (Bank Cenral Amerika)  yang biasa disebut The Fed akan mengurangi stimulus (Tappering Fed).  Stimulus adalah aliran dana dari The Fed yang nilainya saat ini mencapai 85 milyar dolar AS per bulannya. Stimulus akan dikurangi pada Januari 2014 menjadi 75 milyar dollar AS per bulannya.

Kedua, krisis geopolitik di Timur Tengah. Meningkatnya tensi politik di Suriah menjadi topik utama dunia. Munculnya hegemoni meliter AS terhadap Suriah membuat pelaku pasar mencari aset aman risiko sebagai perlindungan nilai investasi mereka. Dolar AS sebagai salah satu mata uang safe haven diburu oleh para investor sehingga harganya melonjak naik.

 

Dampak

Kenaikan dolar dalam dua bulan terakhir (November-Desember 2013) di mana  1 dolar AS  terus naik dari Rp 11.400-Rp 12.250 berimbas pada ketidakstabilan ekonomi makro dan ekonomi mikro. Kondisi ini membuat pemerintah galau menyikapi kenaikan dolar dengan berbagai alasan spekulasi masih kondisi aman, padahal kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang serba susah, penuh dengan penderitaan. “Apalagi pendapatan masyarakat masih minim atau masih banyak angka kemiskinan,” kata Alimuddin.

Ia menjelaskan, pelemahan mata uang ini hampir terjadi di semua negara. Bila dicermati, nilai mata uang suatu negara terhadap dolar akan merosot jika penawaran (penjualan) mata uang tersebut meningkat. Sebaliknya, permintaan yang tinggi terhadap mata uang tersebut membuat nilainya meningkat.

Hal ini tentu bukan tanpa dampak atau efek, ketergantungan Indonesia terhadap barang impor akan membuat kenaikan harga kebutuhan pokok dan biaya produksi tinggi. Apalagi kebutuhan pokok Indonesia masih tergantung pada impor seperti kedelai, tepung gandum, BBM, daging sapi. Di samping itu juga harga minyak naik, harga baja naik, harga tiket umrah naik. Menurutnya, ini bisa menjadi ancaman bagi kebangkrutan bagi perekonomian Indonesia.

Alimuddin berkeyakinan bahwa sistem mata uang kertas yang disandarkan pada dolar inilah sumber masalahnya. Sistem itu tidak stabil karena tidak ditopang oleh emas dan perak. Akibatnya, uang akhirnya tidak memiliki nilai intrinsik yang bisa menjaga nilainya.

Dalam sistem kapitalisme saat ini, lanjutnya, uang bukan lagi semata-mata sebagai alat tukar tapi sudah menjadi komoditas yang diperdagangkan. Walhasil, uang kehilangan fungsi utamanya.

Ia mengusulkan alternatif mengatasi masalah ini yakni dengan kembali kepada sistem mata uang emas. Sistem mata uang ini telah terbukti stabil dan teruji selama berabad-abad lamanya di dunia. []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*