NGOBRAS (Ngobrol Bareng Islam Rabu Sore) Bersama Muslimah Hizbut Tahrir Chapter Kampus Universitas Islam Indonesia (UII)
HTI Press. Yogyakarta. Memasuki bulan Rabi’ul Awwal, kaum muslimin mulai disibukkan dengan berbagai acara untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabi’ul Awwal. Mulai dari pengajian, pasar malam, sampai kegiatan yang tidak ada tuntunannya di dalam islam sama sekali, seperti sekatenan. Kaum muslimin jadi banyak yang salah kaprah dalam menapaktilasi kehidupan Rasulullah SAW, termasuk dalam meneladani Rasul SAW. Hal ini wajar, karena semenjak payung islam -Khilafah Islamiyyah- runtuh dan barat menggencarkan perang pemikirannya, kaum muslimin menjadi semakin jauh dari pemikiran Islam sehingga keteladanan kepada Rasulullah SAW pun menjadi kabur maknanya.
Hal inilah yang mendorong Muslimah Hizbut Tahrir Chapter Kampus Universitas Islam Indonesia, untuk kembali meluruskan pemahaman terkait keteladanan terhadap Rasulullah SAW di tengah-tengah civitas akademika dengan mengangkat tema “Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW dengan sebenar-benarnya, dalam NGOBRAS (Ngobrol Bareng Islam Rabu Sore), pada Rabu (08/01), di Masjid Ulil Albab Kampus UII, dengan menghadirkan Ustadzah Mei Allif, S.T.,M.Eng sebagai pembicara.
“Kekeliruan yang tumbuh subur di tengah masyarakat saat ini terkait dengan meneladani Rasulullah SAW terjadi dalam tiga aspek. Pertama, beliau SAW hanya diteladani dalam aspek ibadah ritual saja, seperti shalat, zakat dan lainnya. Kedua, kaum muslimin hanya meneladani beliau SAW dalam aspek akhlak saja, seperti jujur, sabar, baik kepada tetangga dan lainnya. Ketiga, beliau diteladani dalam aspek kehidupan rumahtangga saja. Padahal, beliau SAW adalah teladan terbaik (uswatun hasanah) bagi kaum muslimin, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam surah Al-Ahzab ayat 21″, papar Mei.
Keteladanan kepada Rasulullah SAW dalam bersyariat Islam haruslah secara kaffah (totalitas), sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam surah An-Nisa ayat 65, bahwa kaum muslimin dilarang memutuskan perkara dengan selain Al-Qur’an dan As-Sunnah (perkataan, perbuatan, diamnya rasul). Kita tidak dikatakan beriman sebelum menghukumi dan memecahkan segala problem kehidupan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun untuk mewujudkan keteladanan kepada beliau dalam bersyariat Islam secara kaffah, maka hal ini membutuhkan institusi untuk menerapkan syariat Islam itu secara kaffah, yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah, sehingga kita bisa mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah beliau dengan sebenar-benarnya. []