Meneladani Rasulullah Secara Kaffah Butuh Khilafah
HTI Press. Jember. Memasuki bulan Rabi’ul Awal, Muslimah HTI DPD II Jember menggelar pengajian jelang maulid (Ahad, 12/01) di Aula Bawah Gedung Graha Bina Insani. Bukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, pengajian ini dimaksudkan untuk mengajak ummat Islam mengembalikan posisi Rasulullah sebagai teladan dalam seluruh aspek kehidupan. Terutama dalam dakwah dan penegakan syari’at Islam secara kaffah. Pengajian dengan tema “Meneladani Rasulullah saw secara Kaffah dalam Naungan Khilafah” ini berlangsung dengan penuh khidmat.
Pengajian dibuka dengan sebuah drama dan puisi yang dibawakan oleh para pelajar Muslimah HTI yang masih duduk di bangku SD. Puisi yang mengisahkan pencarian seorang anak akan sosok Rasulullah. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, sangat sulit untuk menemukan gambaran sosok Rasulullah. Anak-anak generasi Islam saat ini lebih mengenal para artis-artis cilik dan boy/girlband dari pada Rasulullah. Terlebih lagi, ada tuduhan sebagai teroris bagi anak-anak yang ingin mengenal sosok Rasulullah lewat kajian-kajian keislaman.
Hadir sebagai narasumber adalah Ir. Iffah Mahmudah, muballighoh sekaligus koordinator lajnah khoshshoh lilmuballighoh MHTI DPD II Jember. Dalam materi pengajiannya, Ir. Iffah menyampaikan bahwa kenistaan menimpa umat Islam saat ini karena umat Islam setengah-setengah dalam beriman. Umat Islam saat ini mengimani bahwa Muhammad adalah Rasulullah, akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat menerapkan aturan demokrasi. Dalam demokrasi, syari’at Islam diabaikan dan Rasulullah tidak dijadikan teladan. Yang dijadikan teladan adalah suara mayoritas, sebagaimana penetapan hukum oleh legislatif saat ini.
Kerinduan akan sosok Rasulullah semakin menguat saat peserta diajak bersholawat bersama. Peserta semakin paham bahwa kehidupan sekulerisme dan demokrasi yang diterapkan saat ini telah menjauhkan Rasulullah dari kehidupan umat Islam. Rasulullah diakui sebagai Nabi tapi ajarannya dijauhi. Bahkan tak jarang Rasulullah dihina sementara umat Islam tidak dapat melakukan pembelaan. Menjelang siang, pengajian ditutup dengan puisi yang mengisahkan kerinduan seorang anak pada sebuah Negara yang akan mendekatkan mereka pada Rasulullah, yakni Negara Khilafah. Walhasil, pengajian tidak hanya diramaikan dengan pekik takbir dan pertanyaan, tapi juga tangis dari peserta yang haru menyimak puisi kerinduan pada Rasulullah. []