بسم الله الرحمن الرحيم
Rangkaian Jawaban asy-Syaikh al-‘Alim ‘Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah Amir Hizbut Tahrir atas Pertanyaan di Akun Facebook Beliau
Jawab Soal:
Seputar Konferensi, Long March, Aksi, dan Diskusi.
Apakah Hizbut Tahrir Mengubah Thariqahnya?
Kepada Ummu ‘Akasyah – Wassim Kordoghli – Nona Amer
Pertanyaan:
a. Ummu ‘Ukasyah
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Syaikhuna al-jalil Atha’ bin Khalil Abu Rasytah:
Saya memohon kepada Allah SWT agar menolong Anda atas apa yang Anda kerahkan berupa daya upaya besar demi Islam dan kaum Muslimin, dan semoga Allah memberi imbalan upaya ini dengan deklarasi tegaknya al-khilafah melalui kedua tangan Anda, Allahumma amin.
Amma ba’du. Ada orang yang mengklaim bahwa Hizb telah mengubah sebagian dari thariqahnya dan bahwa penyelenggaraan berbagai konferensi tidak berhubungan dengan keberadaan Hizb sebagai partai intelektual …
Jazakumullah khayran.
b. Kepada Nona Amer
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya punya pertanyaan … dan saya berharap Anda menjawabnya … dinyatakan dalam hal-hal yang ditabanni oleh al-‘Alim Taqiyuddin rahimahullah bahwa beliau menolak demonstrasi … dan sekarang kami melihat demonstrasi menyebar luar biasa dan Anda sendiri mengorganisasikannya … Lalu apakah ada dalil syar’iy atas aktifitas Anda??
والسلام عليكم
c. Kepada Wassim Kordoghli
السلام عليك أميرنا ورحمة الله وبركاته
Di dalam kitab ad-Dawlah al-Islamiyyah halaman 245 dinyatakan: “oleh karena itu penyelenggaraan berbagai konferensi khilafah bukan merupakan thariqah untuk tegaknya daulah al-islamiyyah …” Pertanyaan saya syaikhuna: Kenapa Hizb menyelenggarakan berbagai koferensi dan diskusi sementara di dalam kitab-kitabnya Hizb menolak dilakukannya aktifitas-aktifitas itu … Kami mohon penjelasan masalah ini sehingga kerancuan hilang dari kami.
Jawab:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Pertanyaan-pertanyaan Anda mirip dari sisi topik. Yaitu tentang berbagai konferensi, long march, aksi, diskusi dan apakah Hizb mengubah thariqahnya?
Jawabnya: wahai saudara-saudara, bahwa Hizb tidak mengubah thariqahnya. Sebab thariqah Hizb itu telah diistinbath dengan istinbath yang shahih dari kitabullah dan sunnah nabi-Nya saw. Thariqah Hizb itu telah dirinci secara jelas, tidak ada kerancuan tentangnya di buku-buku Hizb. Tatsqîf, Tafâ’ul dan tegaknya al-Khilafah… Semuanya beserta dalil-dalilnya dijelaskan di dalam buku-buku kami.
Kami mengajak manusia untuk mengemban dakwah dan siapa saja yang memenuhi ajakan tersebut, kami kelompokkan di dalam hizb dan ia menjadi syabab Hizb… Demikian juga kami melakukan aktifitas-aktifitas umum untuk mewujudkan opini umum yang terpancar dari kesadaran umum … dan kita meminta nushrah ahlul quwwah dan kita tegakkan al-Khilafah dengan izin Allah.
Thariqah untuk menegakkan daulah ini, seperti yang kami katakan, diistinbath dengan metode yang shahih dengan izin Allah, mengikuti apa yang ditempuh oleh Rasulullah saw sejak diwahyukan kepada beliau sampai beliau menegakkan daulah di Madinah al-Munawarah. Thariqah itu adalah: Tatsqif untuk membangun tubuh Hizb, Tafa’ul ma’a al-ummah (berinteraksi bersama ummat) dengan aktifitas-aktifitas umum untuk mewujudkan opini umum yang terpancar dari kesadaran umum (al-wa’yu al-âm), dan berikutnya Thalab an-nushrah kemudian penegakan Daulah …
Tampak kerancuan pada diri si penanya akibat mencampurkan antara aktifitas opini umum pada tahapan tafa’ul dengan penegakan daulah… dan masalah percampuran ini menjadi jelas sebagai berikut:
1. Jika ditanyakan apa aktifitas opini umum selama tahapan tafa’ul? Jawabannya adalah, semua aktifitas yang di dalamnya terjadi interaksi dengan umat, tegak di atas ide Islam dan hukum-hukumnya; misalnya, penyelenggaraan ceramah, diskusi, konferensi publik, aksi long march, aksi “demonstrasi” yang kami pimpin dan kami gerakkan dengan panji kami dan yel-yel kami … jika kami mampu- dan aktifitas semacamnya …:
a. Rasul saw mengumpulkan orang di bukit Shafa dan beliau menyeru mereka:
– Imam al-Bukhari telah mengeluarkan riwayat dari Ibn Abbas ra. ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ: ﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ﴾، صَعِدَ النَّبِيُّ عليه الصلاة والسلام عَلَى الصَّفَا، فَجَعَلَ يُنَادِي: «يَا بَنِي فِهْرٍ، يَا بَنِي عَدِيٍّ» – لِبُطُونِ قُرَيْشٍ – حَتَّى اجْتَمَعُوا فَجَعَلَ الرَّجُلُ إِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَخْرُجَ أَرْسَلَ رَسُولًا لِيَنْظُرَ مَا هُوَ، فَجَاءَ أَبُو لَهَبٍ وَقُرَيْشٌ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِالوَادِي تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟» قَالُوا: نَعَمْ، مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلَّا صِدْقًا، قَالَ: «فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ» فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ سَائِرَ اليَوْمِ، أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ فَنَزَلَتْ: ﴿تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب﴾.
“Ketika turun ayat (artinya) “Dan berilah peringatan kepada kerabat terdekatmu”, Nabi saw naik ke bukit Shafa, dan beliau mulai menyeru: “Wahai Bani Fihrin, wahai Bani Adi –untuk satu marga Quraisy- sehingga mereka berkumpul, dan jika seorang laki-laki tidak bisa keluar dia mengirim utusan untuk melihat apa itu. Lalu datanglah Abu Lahab dan Quraisy, maka beliau bersabda: “Bagaimana pendapatmu seandainya aku beritahukan bahwa pasukan ada di lembah ingin menyerang kalian, apakah kalian membenarkanku?” Mereka berkata: “Benar, kami tidak punya pengalaman denganmu kecuali engkau jujur.” Beliau bersabda: “Aku memberi peringatan kepada kalian di depan azab yang pedih.” Maka Abu Lahab berkata: “Celakalah kamu sepanjang hari, apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Maka turunlah ayat (artinya): “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (TQS al-Masad [111]: 2)
– Imam Muslim telah mengeluarkan dari Ibn Abbas, ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: ﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾، وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ، خَرَجَ رَسُولُ اللهِ عليه الصلاة والسلام حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا، فَهَتَفَ: «يَا صَبَاحَاهْ»، فَقَالُوا: مَنْ هَذَا الَّذِي يَهْتِفُ؟ قَالُوا: مُحَمَّدٌ، فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ، فَقَالَ: «يَا بَنِي فُلَانٍ، يَا بَنِي فُلَانٍ، يَا بَنِي فُلَانٍ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ»، فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟» قَالُوا: مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا، قَالَ: «فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ»، قَالَ: فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ أَمَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا، ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ، كَذَا قَرَأَ الْأَعْمَشُ إِلَى آخِرِ السُّورَةِ.
“Ketika turun ayat (artinya): “Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat” dan tokoh-tokohmu di antara mereka yang ikhlas. Rasulullah saw keluar hingga beliau naik ke bukit Shafa dan berteriak: “Wahai pagi”. Mereka berkata: “Siapa yang berteriak itu?” Mereka mengatakan: “Muhammad”. Lalu mereka berkumpul kepada beliau. Maka beliau bersabda: “Ya bani fulan, ya bani Fulan, ya bani Fulan, ya bani Abdu Manaf, ya bani Abdul Muthallib.” Mereka pun berkumpul kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian seandainya aku beritahukan bahwa sepasukan berkuda keluar di balik gunung ini apakah kalian membenarkan aku?” Mereka menjawab: “Kami tidak punya pengalaman denganmu kecuali engkau benar.” Beliau bersabda: “Maka aku memberi peringatan kepada kalian di depan azab yang sangat pedih.” Ibn Abbas berkata: “Maka Abu Lahab berkata: “Celakalah kamu, apakah engkau mengumpulkkan kami untuk ini?” Kemudian turun surat ini “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” (TQS al-Masad [111]: 2) Demikianlah al-A’masy membaca surat ini hingga akhir surat.
– Ahmad bin Yahya bin Jabir bin Dawud al-Baladzuri (w. 279 H) meriwayatkan dalam kitabnya “Jamal bin Ansâb al-Asyrâf” ia berkata: “Muhammad bin Sa’ad dan al-Walid bin Shalih telah menceritakan kepadaku dari Muhammad bin Umar al-Waqidi dari Ibn Abiy Sabrah dari Umar bin Abdullah dari Ja’far bin Abdullah bin Abi al-Hakam, ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ عليه الصلاة والسلام ﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾، اشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ وَضَاقَ بِهِ ذَرْعًا… فَلَمَّا أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ عليه الصلاة والسلام ، بَعَثَ إِلَى بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. فَحَضَرُوا وَمَعَهُمْ عِدَّةٌ مِنْ بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، وَجَمِيعُهُمْ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُونَ رَجُلا… فَجَمَعَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ عليه الصلاة والسلام ثَانِيَةً، فَقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ». ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ الرَّائِدَ لا يَكْذِبُ أَهْلَهُ. وَاللَّهِ لَوْ كَذَبْتُ النَّاسَ جَمِيعًا، مَا كَذَبْتُكُمْ. وَلَوْ غَرَرْتُ النَّاسَ، مَا غررتكم وَاللَّهِ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ، إِنِّي لَرَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ خَاصَّةً وَإِلَى النَّاسِ كَافَّةً. وَاللَّهِ، لَتَمُوتُنَّ كَمَا تَنَامُونَ، وَلَتُبْعَثُنَّ كَمَا تَسْتَيْقِظُونَ، وَلَتُحَاسَبُنَّ بِمَا تَعْمَلُونَ، وَلَتُجْزَوُنَّ بِالإِحْسَانِ إِحْسَانًا وَبِالسُّوءِ سوءا. وَإِنَّهَا لَلْجَنَّةُ أَبَدًا، وَالنَّارُ أَبَدًا. وَأَنْتُمْ لأَوَّلُ مَنْ أُنْذِرُ». فَقَالَ أَبُو طَالِبٍ: “مَا أَحَبَّ إِلَيْنَا مُعَاوَنَتَكَ وَمُرَافَدَتَكَ، وَأَقْبَلَنَا لِنَصِيحَتِكَ، وَأَشَدَّ تَصْدِيقَنَا لِحَدِيثِكَ. وَهَؤُلاءِ بَنُو أَبِيكَ مُجْتَمِعُونَ. وَإِنَّمَا أَنَا أَحَدُهُمْ، غَيْرَ أَنِّي وَاللَّهِ أَسْرَعُهُمْ إِلَى مَا تحب. فامض لما أمرت به. فو الله، لا أَزَالُ أَحُوطُكَ وَأَمْنَعُكَ، غَيْرَ أَنِّي لا أَجِدُ نَفْسِي تُطَوِّعُ لِي فِرَاقَ دِينِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ حَتَّى أَمُوتَ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ.” وَتَكَلَّمَ الْقَوْمُ كَلامًا لَيِّنًا، غَيْرَ أَبِي لَهَبٍ فَإِنَّهُ قَالَ: “يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، هَذِهِ وَاللَّهِ السَّوْءَةُ، خُذُوا عَلَى يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يأخذ على يده غيركم. فإن اسلمتوه حِينَئِذٍ، ذُلِلْتُمْ. وَإِنْ مَنَعْتُمُوهُ قُتِلْتُمْ” فَقَالَ أَبُو طالب: «والله، لنمنعه مَا بَقِينَا».
“Ketika turun kepada Nabi saw ayat (artinya) “Dan berilah peringatan kepada kerabat terdekatmu”, hal itu menjadi hal yang berat dan membuat dada beliau terasa sempit… ketika pagi hari Rasulullah saw mengutus kepada Bani Abdul Muthallib. Lalu mereka hadir dan bersama mereka sejumlah orang dari Bai Abdu Manaf, semuanya empat puluh lima orang … lalu Rasulullah mengumpulkan mereka kedua kalinya. Dan beliau bersabda: “Segala puji hanya bagi Allah aku memuji-Nya. Aku meminta pertolongan-Nya dan aku beriman kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya”. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang pemimpn tidak membohongi warganya. Dan demi Allah seandainya aku berdusta kepada seluruh manusia, aku tiak akan berdusta kepada kalian. Seandainya aku menipu manusia niscaya aku tidak akan menipu kalian. Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia seluruhnya. Demi Allah tidaklah kalian mati seperti kalian tidur, dan sungguh klaian akan dibangkitkan seperti kalian dibangunkan, dan sungguh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian perbuat, dan sungguh kalian diberi balasan atas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Dan sungguh adalah surga itu kekal dan neraka itu kekal. Dan kalian sungguh adalah orang pertama-tama yang aku peringatkan.” Lalu Abu Thalib berkata: “Alangkah senang bagi kami membantu dan menyertaimu dan kami menyambut nasehatmu dan sangat membenarkan pembicaraanmu. Dan mereka anak bapak moyangmu berkumpul. Melainkan aku adalah salah seorang dari mereka. Hanya saja aku, demi Allah, yang paling cepat kepada apa yang engkau sukai. Jalankan apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah aku akan terus menjaga dan melindungimu. Hanya saja aku tidak menemukan diriku suka untuk meninggalkan agama Abdul Muthallib hingga aku mati di atas apa sebagaimana dia.” Kaum itu berbicara lembut. Kecuali Abu Lahab, ia berkat: “Wahai bani Abdul Muthallib, ini demi Allah adalah keburukan. Tindaklah dia sebelum dia ditindak oleh selain kalian. Jika kalian menyerahkan dia saat itu, kalian dihinakan. Dan jika kalian melindunginya maka kalian diperangi.” Abu Thalib berkata: “Demi Allah sungguh kami akan melindunginya selama kami ada.”
- Begitulah, mengumpulkan orang dan berbicara di tengah mereka adalah bagian dari aktifitas umum yang dilakukan.
b. Rasul saw memimpin kaum Muslimin dalam dua barisan di barisan pertama dipimpin ole Umar dan dibarisan kedua Hamzah:
Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran al-Ashbahani (w. 430 H) meriwayatkan di dalam kitabnya “Hilyatu al-Awliyâ’ wa Thabaqâtu al-Ashfiyâ’ dari Ibn Abbas, ia berkata:
سَأَلْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: “لِأَيِّ شَيْءٍ سُمِّيتَ الْفَارُوقَ؟ قَالَ: أَسْلَمَ حَمْزَةُ قَبْلِي بِثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلْإِسْلَامِ… قلت: أَيْنَ رَسُولُ اللهِ عليه الصلاة والسلام ؟، قَالَتْ أُخْتِي: هُوَ فِي دَارِ الْأَرْقَمِ بْنِ الْأَرْقَمِ عِنْدَ الصَّفَا، فَأَتَيْتُ الدَّارَ… فَقُلْتُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، قَالَ: فَكَبَّرَ أَهْلُ الدَّارِ تَكْبِيرَةً سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ، قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتْنَا وَإِنْ حَيِينَا؟ قَالَ: «بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتُّمْ وَإِنْ حَيِيتُمْ» ، قَالَ: فَقُلْتُ: فَفِيمَ الِاخْتِفَاءُ؟ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَتَخْرُجَنَّ، فَأَخْرَجْنَاهُ فِي صَفَّيْنِ، حَمْزَةُ فِي أَحَدِهِمَا، وَأَنَا فِي الْآخَرِ، لَهُ كَدِيدٌ كَكَدِيدِ الطَّحِينِ، حَتَّى دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ، قَالَ: فَنَظَرَتْ إِلَيَّ قُرَيْشٌ وَإِلَى حَمْزَةَ، فَأَصَابَتْهُمْ كَآبَةٌ لَمْ يُصِبْهُمْ مِثْلَهَا، فَسَمَّانِي رَسُولُ اللهِ عليه الصلاة والسلام يَوْمَئِذٍ الْفَارُوقَ، وَفَرَّقَ اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ”
“Aku bertanya kepada Umar ra.: “Karena apa engkau dipanggil al-Faruq?” Umar menjawab: “Hamzah masuk Islam tiga hari sebelumku. Kemudian Allah melapangkan dadaku untuk Islam … Aku katakan: “Di mana Rasulullah saw?” Saudariku berkata: “Belliau di Dar al-Arqam di bukit Shafa” lalu aku mendatangi rumah itu… Lalu aku katakan: “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya”. Umar berkata: “Maka penghuni rumah itu bertakbir dengan takbir yang bisa didengar oleh orang yang ada di masjid.” Umar berkata: “Lalu aku katakan: “Ya Rasulullah bukankah kita di atas kebenaran jika kita mati dan jika kita hidup?” Beliau menjawab: “Benar dan demi Dzat yang jiwaku ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kalian di atas kebenaran, jika kalian mati dan jika kalian hidup.” Umar berkata: “Maka aku katakan: “Lalu kenapa kita bersembunyi? Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh engkau keluar.” Maka kami keluar dalam dua barisan, Hamzah di salah satunya dan aku di barisan satunya lagi. … Sampai kami masuk ke masjid.” Umar berkata: “Maka Quraisy melihat kepadaku dan kepada Hamzah, dan mereka ditimpa kesedihan yang belum pernah menimpa mereka. Maka Rasul menyebutkan pada hari itu al-Faruq dan memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.”
Jadi long march termasuk aktifitas opini umum untuk menggerakkan orang dan menyadarkan mereka atas ide-ide dan hukum-hukum Islam. Aktifitas itu dilakukan dengan syarat kita mampu melakukannya dengan panji kita dan yel-yel kita dan ide-ide kita. Kita tidak bergabung dengan selain kita dalam aktifitas umum yang tidak kita pimpin; karena Rasul saw ketika memimpin kaum Muslimin pada aksi long march itu, kaum muslimin tidak bergaung dengan gerakan-gerakan lain dengan berbagai kepemimpinan. Akan tetapi kaum muslimin keluar dalam dalam barisan pada long march dengan kepemimpinan Rasulullah saw.
2. Adapun jika dikatakan apa thariqah penegakan al-khilafah: Apakah demonstrasi, maka kami katakan tidak… Apakah ceramah-ceramah, maka kami katakan tidak… apakah berbagai konferensi, maka kami katakan tidak… Sebab, semua itu dan semisalnya merupakan aktifitas opini umum yang dilakukan pada tahapan tafa’ul, dan itu bukan thariqah penegakan daulah. Thariqah penegakan daulah tidak lain adalah apa yang telah kami sebutkan di awal dan berakhir dengan aktifitas thalab an-nushrah dan penegakan daulah.
Inilah topik itu dan mudah-mudahan sekarang telah menjadi jelas. Karena itu, tidak ada pertentangan antara yang ada di buku-buku kami dengan aktifitas-aktifitas kami. Ucapan kami di dalam buku-buku kami bahwa konferensi dan long march, demonstrasi dan diskusi-diskusi… bukanlah thariqah syar’iy, berdasarkan dalil-dalil, untuk menegakkan daulah… ini adalah ucapan yang benar. Demikian juga ucapan kami bahwa aktifitas-aktifitas ini adalah aktifitas-aktifitas umum yang dilakukan pada tahapan tafa’ul, jika kami mampu sesuai syara’ … ucapan ini juga benar. Dan tidak ada pertentangan di antara apa yang ada di buku dengan aktifitas yang kami lakukan… Yang wajib adalah Anda baca kalimat-kalimat ini di buku-buku kami pada konteks yang kalimat itu digunakan. Anda baca dengan pemahaman dan pandangan yang cemerlang, maka masalahnya akan menjadi sangat jelas dengan izin Allah…
Tinggal masalah yang tidak dinyatakan di dalam pertanyaan, akan tetapi kadang terlintas di benak mereka yaitu; jika demikian, kenapa Hizb tidak menyelengarakan konferensi atau aktifitas long march pada tahun-tahun sebelumnya?
Jawabnya adalah jelas dalam paparan sebelumnya. Kami tidak melakukan aktifitas opini umum berupa long march atau demonstrasi dan semacamnya, kecuali jika kami mampu memimpinnya secara menonjol dan terbuka, dan dengan panji dan yel-yel kami, tanpa bercampur dengan panji-panji lain dan yel-yel lain, seperti bercampurnya tinta dengan susu. Begitu pula tempat dan waktunya sesuai dengan tujuan yang kami perjuangkan … Jika hal itu mungkin maka kami lakukan aktifitas itu dan jika tidak, maka tidak kami lakukan…
Perlu diketahui, dahulu pada tahun enam puluhan ketika ada kunjungan Borghuiba ke Yordania menyerukan perdamaian dengan Yahudi, Hizb pada masa Abu Ibrahim rahimahullah, telah mengorganisir delegasi yang sebagiannya menyerupai long march. Mereka keluar ke perdana menteri di Amman, dan di al-Quds ke gubernurnya, dan di al-Khalil kepada gubernurnya… Dan aku bersama mereka di al-Khalil (Hebron). Dengan begitu akan saya nukilkan apa yang aku ikut di dalamnya:
“Hizb telah menyuruh syabab dan para pendukungnya berkumpul pada jam sepuluh pagi di jalan utama di kota al-Khalil. Kemudian kami keluar ke kantor gubernur “al-Imarah”, yang sekarang sudah dihancurkan. Ketika kami ada di jalan, datang komandan keamanan dan terjadilah diskusi dan debat … Kami tidak diijinkan keluar dengan jalan kaki akan tetapi diijinkan dengan kendaraan. Maka kami pun naik kenadaraan dan bus pergi ke al-Imarah dan jumlah kami waktu itu banyak… dan kami tunaikan tugas kami, lalu kembali… Begitulah, prinsipnya aktifitas semacam ini, jika mampu kita lakukan dengan kepemimpinan kami saja, dan kami pandang itu tepat, maka kami lakukan. Dan jika kami tidak mampu memimpinnya dan mengontrolnya atau kami memandang situasinya tidak tepat, tidak kami lakukan.
Begitu juga pendirian Maktab I’lami. Ini termasuk aktifitas opini umum. Jika bisa kami lakukan maka kami lakukan, jika tidak maka tidak kami lakukan. Contoh lain, tentang pengangkatan juru bicara resmi Hizb. Hal ini tidak memungkinkan pada awal pendirian Hizb, karena itu kami tidak melakukannya. Dan pada masa Amir kedua, Beliau menugaskan saya untuk menjadi juru bicara di Yordania. Maka saya pun akhirnya berada di penjara yang hampir-hampir tidak keluar, karena lagi-lagi masuk ke dalamnya… Akan tetapi sekarang, dengan segala puji hanya bagi Allah, kami dirikan lebih dari satu Maktab I’lami… dan semuanya adalah aktifitas opini umum. Akan tetapi seandainya seseorang bertanya: apakah pendirian Maktab I’lami merupakan thariqah untuk menegakkan al-Khilafah? Maka jawabnya adalah tidak.
Dan sekarang kami kembai ke awal, jika ditanya:
Apakah ceramah-ceramah termasuk aktifitas opini umum, yang kami lakukan pada tahapan tafa’ul? Jawabnya benar.
Apakah konferensi-konferensi termasuk aktifitas opini umum yang kami lakukan pada tahapan tafa’ul? Jawabannya benar.
Apakah longmarch demostrasi yang kami pimpin dengan manejemen kami, termasuk aktifitas opini umum yang kami lakukan pada tahapan tafa’ul? Jawabannya benar… Apakah pendirian Maktab-maktab I’lami termasuk aktifitas opini umum yang kami lakukan pada tahapan tafa’ul? Jawabannya benar.
Akan tetapi seandainya kami ditanya:
Apakah ceramah-ceramah adalah thariqah penegakan daulah? Jawabannya tidak.
Apakah konferensi-konferensi merupakan thariqah penegakan daulah? Jawabannya tidak.
Apakah longmarch demonstrasi merupakan thariqah penegakan daulah? Jawabannya tidak.
Apakah pendirian Maktab-Maktab I’lami merupakan thariqah penegakan daulah? Jawabannya tidak.
Jelas bahwa pertanyaan pertama adalah tentang aktifitas opini umum pada tahapan tafa’ul. Sementara pertanyaan-pertanyaan kedua adalah tentang thariqah penegakan daulah. Keduanya adalah dua masalah yang berbeda, bukan satu masalah. Untuk masing-masing ada jawabannya, dan tidak ada pertentangan di antara kedua masalah itu dan di antara kedua jawabannya…
Kami memohon kepada Allah SWt agar masalah ini menjadi jelas, tanpa ada kerancuan dan ambiguitas. Dan yang demikian bagi tiap orang yang berusaha untuk mencari kebenaran, maka niscaya ia memahaminya dan melakukannya. Sedangkan mereka yang berusaha mencari kebatilan, maka tambahan penjelasan tidak akan berguna baginya. Hal itu karena hal itu dilakukan bukan untuk mengetahui kebenaran. Keduanya adalah perkara yang tidak akan bertemu. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.
Saudaramu
Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
06 Rabiul Awal 1435 H
07 Januari 2014 M
http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/index.php/contents/entry_32263
Sungguh jawaban yang tuntas. Semoga Allah Azza wa Jalla melimpahkan rahmatNya kepadamu wahai Abu Yasin.