Aktivis Muslimah Berkontribusi Mengubah Masyarakat Sesuai Jalan Dakwah Rasulullah
HTI Press. Yogyakarta. Dari kilas balik peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2013 di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan, dan lainnya, menunjukkan bahwa bangsa ini masih terpuruk. Demikian kesepakatan pendapat yang terungkap dari Forum Silaturahmi Aktivis Gadjah Mada (FORSAM GAMA), Sabtu (11/1) di selasar utara Masjid Kampus UGM Yogyakarta diselenggarakan oleh MHTI Chapter Kampus UGM.
Agenda yang dipandu oleh Endang Pamulatsih (mantan Ketua Departemen Kemuslimahan Keluarga Mahasiswa Muslim Pertanian UGM ) ini dihadiri sekitar 25 aktivis dari berbagai organisasi tingkat fakultas dan universitas di UGM. Nuraini Septiti, aktivis Jama’ah Vokasi Al ‘Alim (JAVA) menyampaikan pantikan diskusi dengan menggambarkan bahwa Indonesia sekarang tidak “sedang baik-baik saja”. Terdapat banyak masalah di Indonesia dan aktivis kampus sebagai orang yang bergerak dan menggerakkan orang lain menuju keadaan yang lebih baik mempunyai peran penting dalam mengawali perubahan Indonesia. “Meski faktanya, masih ada beberapa aktivis yang masuk ke organisasi sekedar menitip nama sebagai sarana eksistensi diri bahwa dia adalah aktivis. Ada juga aktivis yang memiliki segudang program kerja tapi sedikit yang berkontribusi ke masyarakat bahkan urgensinya sama sekali tidak menyentuh persoalan masyarakat,” kritik Nuraini.
Afifatul Faizah aktivis Jama’ah Shalahuddin (JS) dan JAVA berkomentar terkait maraknya korupsi, gaul bebas remaja SMP, kenaikan harga LPG, yang menunjukkan Indonesia dalam kondisi sekarat. Hal tersebut diamini oleh Sheila Ramadhani dari Keluarga Muslim Peternakan (KMPT) yang merasakan kuliah tanpa uang itu susah, harus bersusah payah untuk mencari beasiswa, tentu masih banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan akibat biaya yang sangat mahal seperti UGM yang menerapkan UKT (uang kuliah tunggal). Mia (JS) melihat bahwa banyak aktivis terkungkung pada tugas-tugas perkuliahan, mulai dari kerja kelompok, responsi, praktikum, kerja laporan yang cukup menyita waktu karena hal tersebut bagian dari amanah orang tua. Terkadang aktivis sudah cukup bangga dengan mengadakan bakti sosial, memberikan sumbangan ke desa binaan, tanpa melihat apakah aktivitas tersebut tepat untuk membangkitkan umat. “Karena sudah banyak kegiatan serupa yang dilaksanakan namun umat masih terpuruk dengan kemiskinannya,” kata Mia.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh umat tentu membutuhkan solusi. Okta dari UMMATI terinspirasi dengan perjuangan Rasul beserta para sahabat, karena kondisi sekarang sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kondisi di masa Rasulullah memulai aktivitas dakwahnya. Okta menggambarkan tentang sosok Mushaab bin Umair yang menjadi duta Rasul/aktivis di Madinah berhasil mengubah keadaan masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang islami dengan konsep Islam yang membawa kedamaian bagi masyarakat majemuk. Endah dari JMF (Jamaah Muslim Fisipol) menambahkan bahwa Islam tidak sekedar mengurusi masalah ibadah mahdoh, namun mengatur seluruh aspek kehidupan, sejak kita bangun pagi sampai bangun negara, dan perubahan besar itu dimulai dari gerakan pemuda. Arofah dari BEM KH menegaskan, sebagai aktivis harus membangun pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam agar pergerakan yang dilakukan oleh aktivis terarah dan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. []