Total nilai harta 85 orang ultrakaya dunia sama dengan jumlah kekayaan setengah penduduk dunia. Itu berarti, kekayaan 85 orang itu setara kekayaan 3,5 miliar penduduk dunia lainnya.
Data itu berdasarkan laporan terbaru Oxfam, lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di London, Inggris, yang diterbitkan Senin (20/1/2014). Laporan berjudul “Working for the Few” itu dipublikasikan bertepatan dengan pelaksanaan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss, pekan ini.
Laporan itu menunjukkan bahwa orang-orang ultrakaya dunia tidak hanya pulih dari krisis keuangan global, bahkan kekayaan mereka berkembang positif.
Menurut laporan itu, kekayaan 1 persen orang terkaya di dunia bernilai sekitar 110 triliun dollar AS, atau 65 kali total nilai kekayaan separuh penduduk dunia lainnya. Laporan itu juga menunjukkan, 85 orang terkaya dunia mengendalikan sekitar 1,7 triliun dollar kekayaan, atau setara dengan kekayaan separuh populasi dunia.
Berbagai respons politik terhadap krisis keuangan global, termasuk sejumlah tindakan bank-bank sentral dan langkah-langkah penghematan yang diperkenalkan pemerintah sejumlah negara, justru telah membuat yang kaya menjadi luar biasa kaya. Di AS, misalnya, 1 persen orang terkaya negara itu meraup 95 persen pertumbuhan pascakrisis keuangan antara tahun 2009 dan 2012, sementara 90 persen populasi lainnya menjadi semakin miskin.
Survei Oxfam di enam negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Brasil, India, dan Afrika Selatan, menemukan bahwa mayoritas orang percaya hukum dan peraturan condong berpihak pada yang kaya. Oxfam juga mengatakan, tujuh dari 10 orang tinggal di negara-negara di mana kesenjangan ekonomi telah meningkat dalam 30 tahun terakhir.
Oxfam menyebutkan, pertumbuhan ketimpangan semakin menjadi-jadi akibat cengkeraman elite terkaya pada kekuasaan. Elite yang segelintir itu mengacaukan proses politik sekaligus memengaruhi sistem perekonomian agar menguntungkan kepentingan mereka.
Karena itu, Oxfam meminta WEF berupaya membendung gelombang peningkatan ketidaksetaraan sekaligus menyuarakan agar tidak lagi terjadi aksi penggelapan pajak sebagai salah satu penyebab ketimpangan. ”Namun, kita tidak bisa berharap akan terjadi pemberantasan ketimpangan tanpa mengatasi akar kesenjangan,” kata Direktur Eksekutif Oxfam, Winnie Byanyima.
Laporan itu mengatakan, adanya peningkatan konsentrasi kekayaan dan representasi politik yang tidak seimbang merupakan tren yang serius dan mengkhawatirkan. “Konsentrasi besar sumber daya ekonomi di tangan segelintir orang merupakan ancaman signifikan terhadap sistem politik dan ekonomi yang inklusif.” (kompas.com, 21/1/2014)