HTI Press, Banda Aceh. Untuk mengingatkan kembali maulid nabi sebagai proses usaha meneladani Rasulullah saw. dalam berdakwah bagi penerapan syariat Islam secara kaffah, Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Banda Aceh menyelenggarakan Kajian Strategis Masyarakat Aceh (KASATMATA) di Masjid al Furqan Beurawe, Ahad (26/1/2014).
Tak dapat dipungkiri lagi, perkara syariat seharusnya sudah mendarah daging dalam diri masyarakat Aceh. Karena melaksanakan syariat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. melalui Rasulullah Muhammad saw. Akan tetapi, saat ini banyak juga umat Islam melupakan tanggung jawab ini dan melupakan perintah Rasul-Nya.
“Jangan kita meulok-lok (begitu bersemangat/berlomba-lomba, red) dalam melaksanakan kegiatan maulid Nabi saw. Tetapi, kita meulet-let (bersantai-santai dan memperlambat, red) ketika berdakwah memperjuangkan penerapan syariat Islam,” ujar aktivis HTI Banda Aceh, Doumy Djauhari Daud pada sesi pertama pemaparan materi. Beliau berujar juga, banyak ayat di dalam Alquran yang menerangkan bahwa penegakan hukum syariat harus dilakukan oleh seluruh umat. Fi’il amar yang seruannya kepada seluruh kaum muslimin yang ada di ayat-ayat tentang qishas, jilid dan potong tangan merupakan perintah kepada seluruh umat Islam melalui mekanisme Negara.
“Ketika hal ini tidak dilaksanakan maka masalah ini akan menjadi dosa untuk seluruh umat Islam yang sudah mengetahui dan tidak berusaha. Bagi umat yang tidak dapat melaksanakan, namun sudah berusaha semaksimal mungkin, akan dianggap sebagai orang yang terpaksa,” ujarnya kembali.
Hadirnya rangkaian musibah, bencana, kemiskinan, dan kebodohan karena kaum muslimin saat ini tidak menjalankan syariat Islam secara kaffah. Umat Islam sekarang berbeda jauh dengan umat Islam dahulu. Saat itu, umat Islam memiliki kekuatan yang sangat kuat. Seperti masa Umayyah dan Abbasiyah. Hal ini membuat orang-orang kafir tak akan berani menjajah Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya.
“Umat Islam memiliki kontribusi dalam peradaban dunia. Dulu umat Islam menguasai sepertiga dunia, memiliki satu bendera dan dulu Aceh tidak ada. Aceh merupakan bagian dari Kekhalifahan Turki Usmaniyah,” ujar pemateri kedua oleh Ketua DPD I HTI Aceh, Ustadz Ferdiansyah Sofyan. Setelah umat Islam runtuh, saat itulah Inggris dan Amerika Serikat (AS) berani mengobrak-abrik Islam. Umat Islam terpecah belah dalam sekat-sekat nasionalisme. Selama umat Islam masih memakai sistem bukan Islam, selama itulah umat ini akan menjadi umat yang selalu ditindas dan dihinakan.
Untuk melawan dan bangkit dari keterpurukan ini, tiada lain umat Islam diminta kembali meneladani Rasulullah saw., dan bergerak berdakwah menerapkan kembali syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah ‘ala minhajjin nubuwwah.[]maktab I’lami HTI Banda Aceh