Seminar Ibu Dan Peningkatan Kualitas Generasi

HTI Press. Bogor. Pagi yang cerah mengawali seminar “Ibu dan peningkatan generasi” yang dilaksanakan oleh MHTI Tegal Gundil di Majelis Khoirunnisa, Bangbarung Bogor (26/01/2014). Seminar ini merupakan follow up dari acara KIN Jakarta. Dihadiri para kader posyandu, ibu pekerja, dan Ibu rumah tangga. Seminar dibuka dengan sebuah hadits tentang kemulyaan seorang Ibu yang disampaikan oleh MC. Sesaat sebelum materi, acara diselingi Testimoni  oleh Mba Mariana, seorang penjual jamu keliling yang juga merupakan aktivis Muslimah HT Tegal Gundil. Mariana menyampaikan tentang pengalamannya, dari mulai susahnya hidup di zaman kapitalisme yang harus banting tulang dan jauh dari anak, hingga akhirnya bertemu dengan HT dan  mengkaji Islam ideologis didalamnya.

Hadir sebagai pemateri  Dra. Zulia Ilmawati, Psi dan Eko Pujiastuti, S.Pd yang dipandu oleh  Riril Nuril Huda, S.P sebagai host.Dalam kesempatan pertama, Zulia menyampaikan tentang “Derita Ibu Dalam Kapitalisme”. Kapitalisme memandang perempuan hanyalah alat untuk mengumpulkan materi, sehingga sah-sah saja untuk mengeksploitasinya demi tujuan tersebut. Bahkan mendorongnya memasuki bursa kerja, sehingga tak sedikit peran perempuan yang tercerabut sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Keluarga, khususnya anak tak jarang menjadi “tumbalnya”. Ditambah opini perempuan sukses ala barat, menjadi semakin menyesatkan dan menjauhkan perempuan dari tugas utamanya.

Pemateri kedua, Eko menjelaskan tentang peran ibu yang seharusnya dalam Islam, setelah sebelumnya diputarkan tayangan”Peradaban Islam Memuliakan Perempuan”. Hukum asal perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dan ia adalah kehormatan yang harus dijaga, begitulah Islam memandang. Perempuan memiliki peran penting sebagai istri sholihah, memberikan jaminan kesehatan, keamanan dan juga sebagai madrasatul ula bagi anak-anaknya. Sehingga tak heran jika Khilafah sangat menjaga peran penting perempuan, khususnya ibu. Diantaranya dengan mengharuskan para ayah untuk memperlakukan kaum ibu dengan baik, memerintahkan para ayah dan wali untuk bekerja menafkahi keluarganya. Jika ayah atau suami tidak ada atau tidak mampu, maka ahli waris wajib menafkahi para ibu, jika tidak ada ahli waris, maka negara wajib menanggung kebutuhan para ibu.

Materi diakhiri dengan diskusi dan seruan kepada para peserta yang hadir untuk menanggalkan sistem kapitalisme dan beralih kepada Islam agar Ibu dapat kembali kepada peran utamanya dan terjadi peningkatan generasi yang berkualitas.Acara pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ibu Wahyuningsih []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*