HTI Press, Tulungagung. Sabtu malam (8/2), GPRS (Gema Pelajar/Pemuda Rindu Syariah) Tulungagung mengadakan acara seru dan menarik, “Cangkrukan Dakwah”. Malam itu, Cangkrukan Dakwah, acara kumpul-kumpul anak muda yang dibuat sebagai tempat nongkrong anak muda Tulungagung ini membahas tren aktual seputar remaja dan cinta. Judul acara yang diangkat dalam acara berbentuk ludrukan ini adalah “Pilah-pilih Cinta, Kiat Sukses Mencari Dambaan Hati.
Hadir sebagai narasumber, Ust. Khalid Wahyudin yang memaparkan materi luar biasa tentang fenomena cinta di kalangan para remaja saat ini. Tak terkecuali pembahasan seputar Valentine’s Day.
Dijelaskan oleh narasumber bahwa Valentine’s Day merupakan budaya yang merusak tingkah laku para pemuda muslim. Pasalnya, budaya peringatan Valentine’s Day sendiri memang sudah jamak diketahui identik dengan kemaksiatan dalam bentuk pergaulan bebas antara pria dan wanita. Hanya saja, budaya ini dipoles atas nama cinta dan kasih sayang sebagai kamuflase.
Ust. Khalid Wahyudin pun menjelaskan efek dari cara penyaluran rasa cinta yang salah ini. Selain dekadensi moral, produktivitas menurun, juga ancaman Allah swt bagi kaum yang melegalkan—dengan diamnya—perzinahan merajalela di kalangannya.
Selain menunjukkan bahaya pergaulan bebas yang dikampanyekan—salah satunya—lewat budaya peringatan Valentine’s Day, narasumber juga memberikan solusi praktis bagi para remaja dan pemuda untuk mengalihkan nafsu syahwat yang menggoda. Dibahas pula bagaimana langkah kongkrit para pemuda dalam menyiapkan diri untuk lebih progresif menuju jenjang pernikahan.
Dijelaskan pula oleh Ust. Khalid Wahyudin bahwa cara mengatasi permasalahan dekadensi moral di kalangan remaja dan pemuda ini membutuhkan peran masyarakat dan negara. Masyarakat perlu lebih aktif dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, menganjurkan kebaikan dan mencegah munculnya kemungkaran di lingkungannya.
Peran negara pun sangat vital, terutama menjadi benteng dan filter masuknya propaganda budaya yang merusak moral warga negaranya. Negara memiliki wewenang besar untuk memberikan sangsi bagi ara pelaku kemaksiatan dan para propagandis ide-ide yang bertentangan dengan nilai-nilai agama sebagai barometer moral individu dan masyarakat. Sementara yang bisa melakukan hal ini hanyalah negara yang menjadikan syariah Islam sebagai pedoman hidup warga negaranya, yaitu Kekhalifahan Islam.
Di samping pertunjukan, para penonton pun diajak turut serta untuk aktif memberikan suaranya. Ada yang mewakili kalangan guru, orang tua, mahasiswa, juga pelajar. Semua sepakat bahwa diperlukan adanya benteng, baik di kalangan keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan negara untuk menjaga eksistensi generasi muslim yang cerdas dan berkualitas. Salah satunya dengan mengadakan dakwah ala Cangkrukan Dakwah untuk menyosialisasikan solusi-solusi Islam dalam mengatasi masalah yang muncul di kalangan para pemuda dan remaja.
Dipandu Ust. Yudi Syamsidar yang berperan sebagai Pak RT serta Ust. Khalid Wahyudin yang memang dikenal suka melucu, acara ludruk kajian ini terasa semakin hidup dengan banyolan-banyolan ala cangkrukan. Rencananya, Cangkrukan Dakwah GPRS akan berkeliling, nanggap di seantero Kabupaten Tulungagung dengan tema-tema aktual seputar remaja dan pemuda. Nantikan di kehadirannya di lingkungan Anda. []Maktab I’lamy HTI Tulungagung