Opini: Apakah Islam Adalah Ideologi? Jawaban untuk Syekh Hamza Yusuf

Syekh Hamza Yusuf baru-baru ini membuat update status Facebook yang mengatakan hal sebagai berikut :

“Islam bukanlah sebuah ideologi, politik ataupun sebaliknya. Islam adalah wahyu dari Allah yang menjelaskan dan mengingatkan manusia akan tugas mereka terhadap Sang Pencipta untuk menghormati dan menyembah Tuhan dengan rasa syukur atas karunia kehidupan dan semua hal yang menyertainya, dan tugas mereka terhadap sesama makhluk sebagai ciptaan Allah yang unik dan dilindungi. ”

Ketika ambiguitas dapat menyebabkan penegasan atas kesalahpahaman kepada masyarakat, maka penting untuk memperjelas makna dari apa yang kita katakan, dan memastikan hal itu sejelas mungkin. Di sini, Syekh Hamza Yusuf membuat batasan tentang arti kata “ideologi” dan hubungannya dengan Islam, dan dalam artikel lain (https://sandala.org/blog/the-importance-of-being-ambiguous-or-the-sin-tax-of-ignoring-syntax) menjelaskan bahwa yang dia maksud  berbeda, dengan arti kata yang kurang lazim digunakan. Artikel kedua ini lebih panjang, dan Syekh Hamza Yusuf mempostingnya sebagai respon status Facebook baru-baru ini sebagai penjelasan tentang apa yang dia maksudkan.

Berikut ini adalah tanggapan terhadapnya :

1 – Dimulai dengan kata “ideologi.” Meskipun, sebagai Muslim, kita mengartikannya sebagai sesuatu yang sangat spesifik ketika kita mengatakan “ideologi”, namun kata tersebut juga didefinisikan dalam banyak kamus dengan arti yang mirip dengan definisi kami tentang arti “ideologi.” Misalnya, Kamus Merriam- Webster mengatakan “ideologi” adalah :

a – sekumpulan konsep sistematis terutama mengenai kehidupan manusia atau budaya

b – cara atau muatan karakteristik berpikir dari individu, kelompok , atau budaya

c – pernyataan-pernyataan, teori-teori dan tujuan-tujuan yang terintegrasi yang merupakan suatu program sosial politik

Dan Islam memuat ketiga hal tersebut. Islam adalah “ideologi” menurut hampir semua definisi kamus.

Sebagai seorang muslim, ketika kita berbicara tentang “ideologi,” kita sebenarnya mengacu pada terjemahan dari kata bahasa Arab yang artinya adalah : “mabda’ ” atau مبدأ, yang berarti : 1 ) Dasar dimana sudut pandang kehidupan anda diatur, dari mana anda mengambilnya 2 ) seperangkat solusi untuk hidup sesuai dengannya.

Dengan kata lain, ideologi Islam adalah : 1) Akidah Islam sebagai dasar pandangan hidup kita, dan 2 ) Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber dari segala solusi bagi kehidupan.
Hal itu adalah sebuah ideologi. Tanpa diragukan lagi, Islam adalah sebuah ideologi.

2 – Kemudian disebutkan “politik atau sebaliknya.” Apakah Islam adalah sebuah sistem politik atau sebaliknya ?

Pertama-tama, Nabi Saw. bersabda, bahwa semua nabi adalah para politisi dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al – Bukhari : “Dulu Bani Israil dipimpin/diurus (disini menggunakan kata “politik”) oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, nabi yang lain menggantikannya. Namun, tidak ada nabi setelahku, dan yang akan ada adalah para khalifah, yang berjumlah banyak.”

 

كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبي خلفه نبي وإنه لا نبي بعدي وستكون خلفاء فتكثر

Sejak hijrah sampai tahun 1924 M, Islam telah menjadi entitas politik, dan tidak ada yang dapat menyangkalnya. Siapa yang dapat menyangkal bahwa sesungguhnya Abu Bakar ra. adalah seorang politisi? Atau bahwa sesungguhnya Umar ra. adalah seorang politisi? Mengapa para Sahabat memilih Abu Bakar ra. sebagai Khalifah pertama? Karena beliau adalah seorang Muslim terbaik di antara mereka, juga pemimpin dan penguasa terbaik di antara mereka.

Dan Islam jelas memiliki hukum dan solusi untuk semua urusan politik. Islam memiliki sistem pemerintahan yang lengkap, sistem ekonomi yang lengkap, kebijakan luar negeri yang lengkap, kebijakan pendidikan yang lengkap, sistem sosial yang lengkap, hukum pidana yang lengkap, dan sebagainya. Rincian sistem ini telah mendalam dijelaskan dalam kitab-kitab Hizbut Tahrir.

Tanpa keraguan, Islam adalah sistem politik.

3 – Dan ketiga, disebutkan “Islam merupakan wahyu dari Allah … yang mengingatkan orang akan tugas mereka terhadap Sang Pencipta mereka … dan tugas mereka terhadap sesama makhluk … ”

Ya, ini benar. Islam adalah seperangkat hukum, yang juga dikenal sebagai “Petunjuk” atau “Huda,” ( هدى ) seperti yang disebutkan pada ayat Al- Qur’an : ” Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk” (قل إن هدى الله هو الهدى) . Jadi, mengapa Sheikh Hamza Yusuf percaya bahwa petunjuk ini tidak ada pada petunjuk sosial, pemerintah, dan global?

Tugas kita terhadap Allah Swt. disebut sebagai “Ibadah” (tindakan peribadatan individual) dalam Islam. Dan tugas kita terhadap sesama makhluk disebut “Mu’amalah” (transaksi) dalam Islam.

Ini adalah sistem Islam. Ini adalah ideologi politik yang memecahkan semua masalah kehidupan: mulai dari masalah bagaimana menyembah Sang Pencipta kita (Ibadah), hingga masalah pribadi untuk mengetahui bagaimana mengatur kehidupan pribadi kita (seperti makanan, pakaian, dan lain-lain), bagaimana mengatur masalah-masalah sosial kita, hingga mengetahui bagaimana mengatur interaksi manusia (Mu’amalaah), termasuk mengatur masyarakat dan pemerintahan.

Tidak seorang pun yang  waras yang akan berpikir bahwa Allah Swt. akan menurunkan sebuah sistem lengkap tanpa memberikan kita seperangkat solusi yang lengkap untuk mengatur masyarakat kita, yang sangat kita butuhkan bimbingan-Nya. Islam adalah seperangkat solusi yang lengkap, dengan jelas dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an : “Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu Agamamu … ” .

4 – Adapun artikel yang diposting kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dengan “ideologi” dan “politik ,” anda mengatakan di dalamnya :

“Selain itu, anda bahkan tidak dapat menemukan satu katapun dalam bahasa Arab klasik yang menunjukkan makna ‘ideologi’; tidak ada padanan kata yang dapat ditemukan dalam kamus otoritatif  Ibn Manzur tentang bahasa Arab klasik ,  Kamus Lisan al – Arab, dan hal ini tentunya tidak dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an atau hadits. Tidak kaum Salaf dan tidak juga para ulama Islam yang menggunakan istilah itu selama 1300 tahun yang lalu. Sebenarnya, istilah ini menjadi tersebar luas setelah munculnya ideologi-ideologi di dunia Islam, yang tercemar oleh pemikiran Marxis, dan mulai membentuk kembali Islam sebagai gerakan perlawanan kolonial dan paska – kolonial.  Karena orang-orang Arab bahkan tidak memiliki kata itu atas fenomena ini dalam bahasa klasik mereka, mereka harus membuat satu kata untuk mengekspresikan ide itu, ketika kita mencari kata ‘ideologi’ di dalam setiap kamus bahasa Inggris – Arab modern, kita menemukan kata ‘idiolojiyyiah ” .

Jika anda melihat kembali sepanjang tahun 1900-an, anda akan menemukan bahwa munculnya gerakan-gerakan Islam yang bekerja untuk mengembalikan Khilafah berlangsung di dunia Arab, bukan di dunia yang menggunakan bahasa Inggris. Jadi, untuk memperdebatkan arti kata “ideologi” dalam bahasa Inggris begitu berlebihan dan tidak akurat. Kata yang digunakan oleh gerakan-gerakan ini dan para ulama adalah kata “mabda” atau مبدأ . Kata ini jelas ada dalam buku-buku para ulama klasik, dan setumpuk kamus Arab (Lisaan Al – Arab, Al – Qamoos Al – Muheet , dan lain-lain). Orang-orang yang meng-Arabkan kata ideologi menjadi “idiolojiyyah” adalah orang-orang yang tidak berpengalaman dalam topik ini.

Oleh karena itu, kata yang tepat untuk digunakan adalah : mabda ‘(مبدأ). Silahkan luangkan waktu anda untuk mengkaji arti kata itu lebih dalam, dan anda akan menemukan bahwa Islam, tanpa diragukan lagi, merupakan sebuah ‘mabda’, sejalan dengan makna historis kata tersebut dan maknanya dalam kehidupan modern sehari-hari.

5 – Dan di bagian lain dari artikel yang sama, anda membahas politik , dan berkata : “Tetapi untuk mengatakan bahwa politik itu penting untuk mempraktekan Islam yang membantah kumpulan hadist al- Bukhari : di mana Nabi Saw. berkata kepada Hudzaifah bahwa jika tidak ada pemimpin yang jelas dari umat Islam maka hendaknya melepaskan diri dari semua kelompok dan berpegang teguh hanya kepada Islam. ”

Bahkan jika terjemahan dan interpretasi anda dari hadits ini adalah akurat (Anda tahu, seperti halnya yang saya lakukan bahwa hadits itu ambigu dan mengandung banyak arti), hal itu tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa Islam memiliki kewajiban politik (فرائض ) bahwa kita umat Islam bertanggung jawab baik secara individu (عين) maupun kelompok (كفاية) .

Untuk menyangkal bahwa politik itu penting bagi praktek yang dilakukan seseorang dalam Islam, berarti menyangkal semua kewajiban yang penting bagi seseorang dalam Islam.

Hadits Al – Bukhari yang dikutip itu mengacu pada tidak adanya Khilafah dan adanya “kelompok” (negara-negara yang berdasarkan bendera dan kebangsaan). Kita diberitahu untuk menjauhkan dari mereka semua (menjauh dari nasionalisme dan loyalitas kepada pemerintah mereka), dan tidak bergabung dengan mereka. Hal ini tidak berarti meninggalkan kewajiban politik dalam Islam. Ini hanya berarti menjauhkan diri untuk bergabung dengan politik yang terpecah belah, jika anda tidak dapat menemukan Jama’ah Muslim (yaitu Khilafah) .

Semoga Allah Swt. membimbing kita kepada segala yang dapat membahagiakan-Nya, dan membuka hati kita untuk mendengarkan orang lain atas saran yang diberikan. Rasulullah Saw. bersabda dalam Hadits Mutawaatir: “Semoga Allah memuliakan orang-orang yang mendengar perkataanku ini, dan memahami mereka, dan kemudian menyebarkan kata-kata itu persis seperti yang dia dengar. Karena mungkin orang yang membawanya lebih baik untuk memahami dari pada orang yang mendengarnya, dan mungkin bahwa seorang yang mengajarkan Fiqih akan membawanya kepada seseorang yang memiliki pemahaman Fiqih yang lebih dari dia.” (rz/www.siyasahpress.org)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*