HTI Press, Sumedang. Demokrasi adalah sistem yang terkejam dibanding sistem politik manapun. Hal tersebut mengemuka dalam Halqah Islam dan Peradaban yang digelar oleh DPD II HTI Sumedang di Gedung Pusat Dakwah Islam, Kota Sumedang pada Ahad (23/2). Mengangkat tema tentang ‘Pemilu, Demokrasi, dan Harapan Umat’, acara tersebut dihadiri sekitar 1000 peserta dari berbagai kalangan.
Dalam kesempatan tersebut, Ust Dwi Condro Triono, P.Hd, DPP HTI, menunjukkan kekejaman Demokrasi dengan membandingkannya dengan sistem Monarki dan Teokrasi. “Bila dalam Monarki dan Teokrasi penguasa menindas rakyat secara terang-terangan. Demokrasi lebih parah, karena menindas rakyat tapi dengan mengatasnamakan rakyat. Ini kan lebih kejam” ujarnya.
Beliau menjelaskan mekanisme penindasan dalam Demokrasi dengan sebuah perumpamaan. “Untuk mewakili rakyat yang jumlahnya banyak, Demokrasi menetapkan bahwa rakyat harus menunjuk wakil rakyat atau pemimpinnya. Namun wakil ini perlu kendaraan untuk naik kekuasaan. Kendaraan inilah yang dimaksud partai politik” katanya.
Ia kemudian menambahkan, bahwa sebagai kendaraan, Parpol ini butuh bensin dalam artian dana. “Siapa yang memberi bensin? Nah, mereka adalah Para Kapitalis alias pemilik modal. Maka akhirnya, wakil rakyat yang sudah naik ke tampuk kekuasaan itu akan menghamba pada Para Kapitalis sebagai pemberi bensin” bebernya.
Namun Ia tak memungkiri bila Demokrasi kini masih banyak diagungkan. Menurutnya, hal tersebut semata mata karena kebanyakan orang masih belun mengetahui sistem Politik Islam secara benar. “Bila mereka tahu dan membandingkan sistem Islam dengan Demokrasi, akan lain jadinya” tuturnya.
Sementara pembicara lainnya, Ust Budi Mulyana, Pengamat Politik Islam menyoroti Pemilu yang akan dihelat tak lama lagi. Menurutnya, tak ada harapan dengan Pemilu akan tegak Sistem Islam. Karena pada dasarnya Pemilu tak di-setting untuk mengganti sistem. Pemilu itu dari konsep dan sejarahnya, ada sebagai cara untuk mengganti pemimpin saja.
Ia menambahkan, Pemilu yang dihelat dalam naungan Demokrasi, alih alih membawa kebaikan justru menambah masalah. “Ada politik uang, suap dan banyak lagi. Banyak masalah yang terjadi ketika Pemilu ini tiba” tegasnya.
Acara yang dimulai sejak pukul delapan ini ditutup menjelang dzuhur, dengan doa yang disampaikan oleh Al Hafizh KH Ali Bayanullah, Pengurus Lajnah Khusus Ulama [LKU] HTI Jabar yang juga tokoh Ulama asal Sumedang. []MI HTI Sumedang