“Upaya Menyelamatkan Generasi Dari Budaya Liberal‘’
HTI Press. Palembang. LKS-Lajnah Khusus Sekolah-Muslimah HTI Sumsel mengadakan Talkshow dengan tema “Upaya Menyelamatkan Generasi dari Budaya Liberal” (Sabtu, 15/02/2014). Talkshow diselenggarakan di Aula Hotel Paradis Palembang. Dihadiri sekitar 50 orang peserta dari kalangan perlajar-SMP/SMA baik OSIS maupun ROHIS dan guru-guru dengan berbagai asal SMP/SMA kota Palembang. Sebagai narasumber, Qisthi Yetty Handayani, S.Pt (Ketua Muslimah DPD I HTI Sumsel) dan Ema Sofiana Wahab, S.Ag. (Mahasiswi Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang & Pemerhati Pendidikan).
Melihat fakta yang terjadi di kalangan remaja saat ini Ema mengatakan “bahwa saat ini remaja Islam nampak kehilangan jati diri sebagai seorang muslim, mengapa hal ini terjadi? Karena masuknya arus liberalisme (seperti: sex bebas, life style hedonis, dll) ditengah-tengah umat Islam sehingga tidak nampak pada dirinya sosok remaja yang berkepribadian-pola pikir dan pola sikap-Islam”, ungkap Emmah. Remaja menjadi pembebek dan latah mengikuti life style yang bukan berasal dari Islam, kealfaan peran negara sebagai filter masuknya paham asing tak terlihat ditengah-tengah umat muslim, tambahnya.
Senada dengan apa yang telah diungkapkan oleh Emmah, Qisthi menjelaskan bahwa “saat ini remaja menjadi objek pengrusakan akidah oleh barat, sebagaimana kita ketahui bahwa remaja adalah generasi penerus peradaban, jika para remaja rusak maka bisa kita tebak peradaban seperti apa nantinya”. Penerapan sistem kapitalis-liberal telah menjerat para remaja kita.
Banyak sebab yang membuat pergaulan bebas bak “sarapan pagi” para remaja di tanah air. Antara lain karena merosotnya nilai-nilai agama pada diri mereka. Pendidikan dan pembinaan agama yang mereka dapatkan di sekolah selama ini hanyalah sebatas ibadah ritual tanpa ada pengaitan dengan aturan Islam yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Inilah buah dari pendidikan sekuler, yang menghasilkan individu-individu yang liberal dalam pergaulan dengan lawan jenis. Darinya lahir para pelajar yang bergaya hidup materialis dan hedonis serta mengagungkan kebebasan, ujarnya. Ketidak sinergisan antara peran orang tua, masyarakat, sekolah, dan negara membuat kenakalan para remaja menjadi-jadi, untuk menjawab hal demikian Islam mampu membuat semua sinergis antara satu dengan lainnya. Hal ini didasarkan karena dorongan ketakwaan terhadap Allah SWT dimana Allah dijadikan sebagai Sang Pengatur (Al-Mudabbir), dan institusi yang mampu meng-cover semuanya adalah Khilafah sehingga kita tidak akan menemukan remaja bermasalah, jelas Qisthi dengan penuh semangat. []