Penangkapan Moazam Begg adalah kriminalisasi terhadap umat Islam.
Aktivis Muslim Internasional dari Inggris, Moazam Begg, ditahan polisi Inggris setelah dua bulan kembali dari Suriah dengan tuduhan berhubungan dengan terorisme di Suriah. Tuduhan itu dinilai kaum Muslim Inggris sengaja dibuat-buat oleh pemerintah Inggris.
Penahanan ini memicu protes Muslim Inggris pada Ahad 2 Maret 2014. Mereka berunjuk rasa dengan tema “Apakah sebuah kejahatan, menentang ketidakadilan?” Aksi ini dilakukan di depan kantor Kementerian Dalam Negeri di London. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap imigrasi, anti terorisme, dan yang berhubungan dengan kepolisian dan keamanan di Inggris. Dalam aksinya, umat Islam Inggris menuntut kebebasan Moazam Begg.
Moazzam Begg merupakan warga negara Inggris yang cukup dikenal di dunia Internasional. Dia dulu ditahan di penjara Guantanamo selama beberapa tahun dan akhirnya dibebaskan tanpa dakwaan. Dia kembali ke Inggris dan sekali lagi tak terbukti melakukan tindakan di luar hukum. Begg kemudian menuntut keterlibatan pemerintah Inggris dalam penahanannya ke pengadilan. Dia memenangi tuntutan tersebut.
Setelah dibebaskan dari penjara Guantanamo, Begg kemudian bergabung ke dalam sebuah organisasi yang bernama Cageprisoner (CAGE). Dia sangat aktif dalam kampanye peduli terhadap nasib saudara-saudara Muslim yang ditahan dan terpenjarakan di seluruh penjuru dunia sebagai dampak dari War On Terror, termasuk penyiksaan dan pengabaian hak-hak umat Islam di Inggris dan di negara-negara lainnya di media-media termasuk TV.
Protes yang dihadiri ratusan umat Islam ini menghadirkan pembicara Hamza Tzortzis, Shaikh Haytham Haddad, Anas al Tikriti, Taji Mustafa, Susan Bryant, Azad Ali, Abdullah Al Andalusi, dan Ismail Patel.
Di dalam orasinya Taji Mustafa mengatakan pemerintah Ingris berusaha menakut-nakuti masyarakat Muslim bahwa segala sesuatu berhubungan dengan Suriah adalah pasti berhubungan dengan terorisme. Untuk itu, kata Taji, pemerintah Inggris menangkapi semua Muslim yang mempunyai hubungan dengan Suriah, termasuk yang memberikan bantuan misi kemanusiaan atau yang hanya sekadar berkunjung ke Suriah. Pemerintah Inggris bahkan berusaha menahan semua bantuan kemanusiaan yang diperuntukkan untuk Suriah.
“Semua dilakukan untuk membungkam umat Islam agar umat sama sekali tidak peduli dengan penderitaan umat Islam di Suriah,” tegas Taji Mustafa aktifis HT yang terkemuka di Inggris.
Taji Mustafa mempertanyakan kenapa khusus dalam masalah Suriah, pemerintah Inggris menganggap rakyat Suriah melawan rezim diktator pemerintahannya sendiri dicap sebagai terorisme. Sementara itu, sikap berbeda ditunjukkan dalam kasus Irak. Rakyat Irak yang melakukan perlawanan terhadap Saddam Hussein, begitu juga dengan rakyat Libya yang melawan pemerintahannya sendiri, sama sekali tidak dianggap terorisme dan warga negara Inggris yang mendukung melakukan bantuan kemanusiaan dan lainnya, tidak dianggap berhubungan dengan terorisme.
“Jawabannya sangat jelas, karena rakyat Suriah memperjuangkan tegaknya Islam, dan menyerukan kepada pemerintahan Islam. Oleh karena itu mereka ingin menghambat sama sekali tercapainya tujuan rakyat Suriah tersebut dengan berusaha menghentikan semua bantuan, walaupun itu hanya untuk bantuan kemanusiaan,” ujar Taji Mustafa.
Menurut Taji Mustafa, umat Islam harus terus mendukung perjuangan rakyat Suriah melawan rezim Bashar Al Assad, jangan sekali-sekali sampai umat Islam berhenti memberikan sumbangan karena takut. Umat Islam harus mendukung saudara-saudara Muslim mereka yang diintimidasi oleh pemerintah Inggris, dan membantu keluarga-keluarga mereka.
Taji Mustafa menegaskan, umat harus sadar bahwa apa yang dilakukan pemerintah Inggris ini adalah untuk mencegah kebangkitan Islam di tengah umat. Makanya, umat Islam tidak boleh berdiam diri dan harus berjuang untuk agama mereka.[]Ummu Aulia; kontributor Media Umat di Inggris