Krisis Ukraina: Muslim Tatar Berada Dalam Acamanan Kekerasan Etnis di Bawah Pemerintahan Separatis Baru di Crimea

Bagi orang yang mungkin menjadi orang yang pertama yang akan dibawa di bawah todongan senjata jika orang-orang yang baru di sini berhasil mendapatkan kekuasaannya, Fazil Amazayev, bertindak sangat tenang. Menurutnya, tindakan tersebut “akan menyatukan semua umat Islam di sini;, mereka akan menjadikan kami semua sebagai musuh”.
Amazayev adalah anggota senior Hizbut Tahrir, organisasi politik Islam yang legal di Ukraina. Namun, di antara pernyataan pertama yang dibuat oleh Perdana Menteri separatis baru di Crimea dan kepala keamanan yang telah ditunjuk adalah bahwa “HT adalah organisasi teroris berbahaya ” yang harus ditangani.

Hizbut Tahrir telah disalahkan di banyak negara dan dianggap mempromosikan radikalisme, namun militansi kekerasan yang disebabkannya sulit ditemukan di Ukraina. Dan ketakutan untuk menjadi target sektarian tidak hanya terbatas pada aktivis di kalangan rakyat Tatar : banyak kalangan masyarakat yang tinggal jauh dari pusat-pusat kota di mana warga berbahasa Rusia terus bergerak, dan ada pula yang pergi ke bagian lain negara.

Amazayev mengatakan dia yakin bahwa rakyat Tatar di Crimea tidak akan membiarkan dirinya dan orang lain dari kelompoknya diambil oleh kepala keamanan yang baru, Petr Zima, yang dipromosikan dari jabatan sebelumnya di Sevastopol, yang merupakan tempat dari Armada Laut Hitam Rusia. ” Zima membangun reputasi di Sevastopol untuk melakukan serangan, dengan menuduh orang-orang terlibat dalam ekstrimisme. Namun, jika dia mulai melakukan serangan itu sekarang, dia akan membuat kesalahan besar. Rakyat di wilayah [Tatar] itu, Mufti dan Majlis  mengkritik kami di masa lalu, tapi sekarang kita semua menghadapi musuh bersama. Dan, jika mereka mulai menganiaya kami, kami tahu bagaimana cara bertahan hidup, kami telah melakukannya di Suriah, Mesir, Libya, Tunisia. ”

Namun demikian, Amazayev mulai sangat berhati-hati, dengan tidak keluar dari kota asalnya, Bakhchisarai, tempat bersejarah masjid di mana kaum Muslim merupakan populasi yang cukup besar. “Saya kira tidak akan aman bagi saya untuk melakukan perjalanan, tidak pada saat ini, ” katanya.

Semakin besar masyarakat Tatar adalah berselisih dengan penduduk nasionalis Rusia atas isu pemisahan dari Ukraina. Pemerintahan baru Crimea yang dipimpin Sergei Aksenov menyelenggarakan referendum mengenai masalah ini, dan membuka jalan untuk pemerintahan oleh Moskow – seperti kutukan bagi rakyat Tatar yang dideportasi dari wilayah ini, secara massal  ke Siberia dan wilayah stepa di Asia Tengah oleh Stalin pada akhir Perang Dunia kedua.

Pada hari ini Pemimpin Republik Rusia Tatarstan tiba di Crimea. Namun, banyak yang menganggap Rustam Minnikhanov sebagai utusan Kremlin yang dikirim untuk membujuk Majlis untuk mengubah kebijakannya menolak untuk mengakui pemerintahan separatis Crimea baru. “Dia bukan seseorang yang kami pandang sebagai pelindung, ” kata salah satu pejabatnya.
Perasaan berada di bawah ancaman telah menyebabkan terbentuknya kelompok-kelompok pertahanan diri di lingkungan rakyat Tatar : tumbuhnya prevalensi ketakutan pada rakyat yang telah hidup damai secara keseluruhan dengan orang-orang dari Rusia dan Ukraina sejak mereka kembali dari pengasingan di tahun 1990-an.

Ketegangan saat ini muncul dengan cepat. Suatu demonstrasi menentang pemisahan diri ini menarik 10.000 orang dari komunitas Muslim terbesar Ukraina untuk turun ke jalan-jalan di ibukota Krimea, Simferopol, pekan lalu. Ada teriakan ” Allah Akbar” dari sekumpulan kecil orang Tatar yang melakukan protes untuk menentang para pembicara Rusia dan mengeluh mereka diintimidasi.

Tidak terjadi tindak kekerasan yang serius pada kedua kelompok atau polisi, tetapi dua orang dilaporkan tewas dalam desak-desakan kerumunan massa yang berkumpul di luar parlemen negara.

Pada malam itu bangunan parlemen diambil alih oleh orang-orang bersenjata berbahasa Rusia di balaclava. Keesokan harinya, tentara Vladimir Putin mulai mengambil alih lokasi-lokasi strategis. Segera saja jumlah sebenarnya dari mereka yang tewas dalam demo itu menjadi empat atau enam orang. Semua korban itu, diklaim sebagai orang-orang Rusia yang dibunuh oleh orang-orang Tatar.

Kumpulan orang-orang  di jalan segera mengerumuni keluarga korban, dan melewati orang-orang Tatar dan melakukan pelecehan terhadap mereka. Adem Suleymanov segera pulang di malam hari itu melalui Simferopol di Lenin Square ketika dia didatangi oleh tiga pemuda yang mengenakan pita oranye dan hitam dari dari pasukan militer Rusia di St George.

“Mereka datang sambil mabuk. Mereka menuntut agar saya memberikan uang untuk keluarga mereka yang meninggal. Hal itu saya lakukan, ” kenangnya. “Kemudian salah seorang dari mereka hendak memukul saya mulai berteriak ‘ Mengapa anda ingin membunuhnya?” Dan kemudian dia mulai menendang saya. “Suleymanov dikerumuni oleh para penyerangnya di patung Lenin dimana Majlis menuntut patung itu harus ditarik dan diganti dengan sebuah taman yang mencerminkan perdamaian dan persatuan di antara bangsa-bangsa yang berbeda di Crimea.

Suatu “pawai untuk perdamaian” dilakukan di Bakhchisarai oleh Liga Wanita Tatar Crimea. Pawai itu berjalan melewati para preman nasionalis Rusia yang membentuk barisan di depan markas Ukraina yang dikelilingi oleh pasukan Moskow. “Saya tidak suka tentara asing menduduki negara kami, ” kata Aliya, 25 tahun. ”

Sambil duduk di balkon dan menonton pawai dan tentara Rusia, Rifat Ibrahimov,  75  tahun berharap bahwa kejadian masa lalu tidak terulang kembali. “Saya masih sangat muda ketika kami dipaksa pindah dari sini pada waktu itu dan saya berusaha melupakan sebagian hal-hal buruk yang terjadi itu, terutama setelah kami kembali ke rumah. Tidak, saya tidak ingin melihat hari-hari seperti itu terjadi lagi.”, katanya.

 

www.independent.co.uk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*