Diskusi Tokoh Muslimah HTI Cilacap Mengkritisi Pemberdayaan Perempuan
HTI Press. Cilacap. Keikutsertaan Indonesia dalam Forum Perdagangan Bebas Asia Pasific (ACFTA) ternyata telah mengerucutkan perjuangan pemberdayaan kaum perempuan untuk agenda global “Women As Economic Driver”. Hal ini yang kemudian membidani banyaknya pemikiran pemberdayaan perempuan dengan cara kemandirian perempuan secara finansial. Program ini pun ternyata telah diterjemahkan dengan banyak implementasi program baik dengan program PNPM Mandiri, PPEP maupun program kemandirian usaha untuk perempuan. Semuanya itu bertujuan agar perempuan bisa terjun secara langsung dalam dunia usaha untuk menyelesaikan krisis ekonomi.
Akan tetapi, problem yang mencuat di tengah-tengah masyarakat saat ini, ternyata sangatlah banyak akibat dari penerapan program tersebut. Meningkatnya angka perceraian dan krisis rumah tangga, merupakan sebagian kecil problem yang muncul dan menjadi fenomena krisis perempuan yang sudah sulit untuk diselesaikan. Hal ini juga menimpa kebanyakan perempuan di Cilacap. Cilacap yang merupakan Kabupaten dengan angka perceraian tertinggi di Jawa Tengah, juga merupakan Kabupaten dengan penyumbang TKW terbesar di Jawa Tengah. Tidak hanya itu sesungguhnya masih banyak problem lainnya yang menimpa kaum perempuan Cilacap. Hal inilah yang kemudian mendorong MHTI DPD II HTI Cilacap untuk mengadakan Diskusi Tokoh Muslimah Edisi ke 4 dengan tema “Kemana Arah Perjuangan Pemberdayaan Perempuan Saat Ini?”
Acara ini diadakan di Ruang VIP Rumah Makan Taman New Aroma, Jl. Suprapto Cilacap dan dihadiri lebih dari 30 tokoh muslimah dari berbagai kalangan di Kabupaten Cilacap. Baik dari kalangan Ormas seperti Wanita Islam, Al Irsyad, Muballighoh, pengusaha, kalangan praktisi kesehatan dan pendidikan juga beberapa Caleg (Calon Anggota Legislatif) hadir dan ikut serta aktif dalam diskusi.
Ummu Syahidah sebagai pemimpin diskusi menguraikan alur pemberdayaan perempuan saat ini sejak adanya perjanjian ekonomi Indonesia dalam perdagangan bebas. Diurai dari kondisi keterikatan negara ini dengan kapitalisasi dari negara Barat, melahirkan berbagai kebiijakan yang sangat pro kapitalis dan ternyata banyak menyengsarakan kaum perempuan. Dalam pemaparan materinya, Ummu Syahidah banyak menjelaskan bahwa target negara kapitalis terhadap kaum perempuan Indonesia saat ini sebenarnya hanya ingin menjadikan kaum perempuan sebagai bumper krisis dan tumbal kapitalisasi Barat di negeri Muslim.
Acara yang diadakan pada Ahad (9/3) ini mendapat banyak sekali respon positif dari kalangan tokoh perempuan yang hadir. Mereka pun siap menindaklanjuti bahasan tema diskusi tokoh ini dengan meluruskan pandangan pemberdayaan perempuan versi Barat dengan definisi yang sebenarnya dalam Islam. []