Muslimah HTI Serukan Tinggalkan Demokrasi

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) menilai sumber kerusakan dan kehancuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini karena menganut system demokrasi dalam segala bidang termasuk dalam menjalankan roda pemerintahan. Alih-alih ingin memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya namun kenyataannya justru telah membawa malapetaka dan biang penderitaan berkepanjangan.

Untuk itu MHTI menyerukan sudah saatnya rakyat khususnya umat Islam sadar dan segera meninggalkan demokrasi dan menggantinya dengan system khilafah.

Demikian salah satu seruan yang disampaikan Koordinator Lajnah Khusus Intelektual MHTI Jabar,Indira S.Rahmawaty,S.IP.,M.Ag saat menggelar konferensi pers di kantor HTI Jabar Jl.Jakarta Kota Bandung,Jumat (14/3/2014).

Lebih lanjut Indira menjelaskan bahwa system demokrasi yang telah dianut dan dijalankan selama puluhan tahun di Indonesia harusnya secara jujur menjadi bahan evaluasi bersama karena telah nyata gagal membawa kesejahteraan yang hakiki bagi rakyatnya.

Ia menambahkan pemilu sebagai bagian dari proses demokrasi yang laksanakan setiap lima tahun hanya berhasil mengganti rezim penguasa saja sementara sistemnya masih tidak berubah maka perubahan yang hakiki mustahil dapat terwujud.

“Selain karena bertentangan secara mendasar dengan Islam,kerusakan sistemik yang dihasilkan sistem demokrasi seharusnya makin menguatkan kita untuk menolak dan meninggalkan system demokrasi sekaligus menawarkan system politik pengganti yang Sang Pencipta wajibkan yakni system khilafah,”jelasnya.

Ia mencontohkan dalam setiap pemilu suara perempuan sering kali diperebutkan karena mempunyai potensi untuk mendulang suara terbanyak.

Namun,sambungnya,acapkali perempuan hanya dijadikan alat semata,kuota hingga 30 persen caleg perempuan dinilai hanya bentuk pembodohan saja.Padahal dalam Islam telah mengatur dan memberi hak politik bagi perempuan yang diatur secara syari. Untuk itu pihaknya menghimbau jika perempuan ingin berpatisipasi dalam politik maka harus dalam system politik yang benar yakni system khilafah.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Ketua MHTI Jabar,Siti Nafidah menambahkan yang diperlukan saat ini untuk mengubah system demokrasi kepada sisetem khilafah adalah mengubah mindset yang selama ini telah tertanam dalam benak umat Islam. Ia menambahkan bahwa system politik yang sejak awal sudah salah arah dan landasan harus tidak diikuti secara terus menerus. MHTI sendiri menurutkan telah dan akan terus menyadarkan umat Islam untuk kembali ke system Islam dengan tujuan untuk kemuliaan umat Islam sendiri.

Disinggung apakah seruan tersebut berkenaan dengan telah dekatnya pelaksanaan pemilu?.Dengan tegas Siti menolak jika seruan tersebut dalam rangka menghadapi pemilu bulan April mendatang. Menurutnya MHTI hanya memanfaatkan momentum saja agar rakyat khususnya umat Islam jangan mau dibodohi terus dengan konsep perubahan yang dikemas dalam pesta demokrasi.

Begitupun saat menjawab pertanyaan wartawan,apakah dengan menyerukan meninggalkan demokrasi MHTI mengajak untuk golput atau tidak memilih dalam pemilu nanti?. Secara diplomatis Siti mengatakan bahwa pihaknya bukan dalam posisi menyuruh memilih atau melarang dalam pemilu mendatang.

“ Kita tidak diinstruksikan untuk itu,core HTI sendiri bukan dalam posisi mendukung atau tidak mendukung namun hanya sebagai guiden atau pencerahan saja. Karena dalam hukum syarah pemilu itu kan mubah-mubah saja,boleh. Sekali lagi posisi kita bukan pada tataran golput atau tidak golput tetapi hanya memberi guiden atau penyadaran politik saja kepada umat Islam,”kilahnya. (walipost.com, 16/3/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*