Majelis Mudzakarah Muballighah Jember: Demokrasi Kuno dan Kufur
HTI Press. Jember. Sudah sepuluh kali Indonesia menyelenggarakan pemilu. Sebentar lagi pemilu ke-sebelas akan dihelat. Tak pelak, sekitar 200 Triliun akan dihabiskan untuk pesta demokrasi lima tahunan ini. Setelah sepuluh kali digelar, faktanya kehidupan rakyat semakin memprihatinkan. Beragam persoalan mulai dari kemiskinan, kerusakan moral, korupsi dan eksploitasi perempuan. Menyikapi hal ini, MHTI DPD II Jember menyelenggarakan Majelis Mudzakarah Muballighah dengan tema “Demokrasi Sistem Kufur, Ganti dengan Khilafah”. Sekitar 300 orang dari kalangan muballighah, pemangku pesantren dan pengurus Majelis Taklim memenuhi aula atas gedung Graha Bina Insani, Ahad (16/03).
Majelis dikemas dengan begitumenarik. Menampilkan monolog dan nasyid perjuangan yang dibawakan oleh santriwati PP Nurul Ulum asuhan Nyai Munawwaroh Ahmad. Hadir sebagai pemateri adalah Ustadzah Ir. Iffah Mamudah (Ko. LKM MHTI DPD II Jember) dan Ustadzah Nauroh Alifah, S.Si (ketua MHTI DPD II Jember).
Dalam materinya, Iffah menjelaskan bahwa demokrasi yang dianut dunia saat ini sesungguhnya adalah sistem yang sangat kuno. Dibuat oleh filsuf Yunani lima ratus tahunan sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw.
“Jika masyarakat Arab sebelum Islam datang saja disebut jahiliyah, apalagi masyarakat Yunani ini?” terang Iffah.
Demokrasi yang kuno dan telah dikubur itu dibangkitkan kembali oleh Barat dan dipaksakan keseluruh dunia. Ditegaskan pula bahawa selain kuno, demokrasi juga merupakan sistem kufur. Demokrasi kufur karena wewenang Allah untuk membuat hukum diambil alih oleh manusia. Sementara manusia membuat hukum sesuai hawa nafsudan keinginannya.Inilah yang menjadi sumber segala problematika di Indonesia. Oleh karena itu menurut Iffah, pemilu untuk melanggengkan demokrasi saat ini bukanlah solusi untuk perubahan Indonesia.
Berdirinya Negara Indonesia tentu memiliki tujuan.Tujuan bernegara adalah terciptanya kesejahteraan, keamanan dan perlindungan, pendidikan serta kesatuan.“Khilafah secara historis telah terbukti memenuhi hal ini,” urai Alifah.
Ilmuwan Barat Jonathan Bloom & Sheila Blair mengakui hal ini.”Di negeri-negeri Islam, tidak hanya umat Islam tetapi juga Kristen dan Yahudi menikmati kehidupan yang baik,” kutipnya. Khilafah juga akan menyatukan umat Islam dan untuk menegakkannya dibutuhkan adanya kerja politik.
Antusiasme peserta tampak saat sesi diskusi. Menurut peserta, Khilafah sangat layak untuk diperjuangkan dan Hizbut Tahrir perlu untuk lebih menggencarkan dakwah termasuk kepada media. “Supaya perjuangan Khilafah tidak kalah dengan opini sekuler, “ucap seorang peserta berapi-api.
Hadir dalam majelis tersebut Nyai Munawwaroh Ahmad, muballighah dan pemangku pesantren yang konsisten dalam memperjuangkan khilafah. Beliau menyampaikan pesan kepada peserta untuk mengambil peran dalam perjuangan. “Perempuan harus terlibat aktivitas politik Islam. Yakni berjuang menegakkan khilafah!” tegas beliau.
Sebelum diakhiri, Ustadzah Santi Amalia, anggota LKM MHTI DPD II Jember menyampaikan seruan kepada mubalighah. Indonesia Negara yang sangat kaya akan tetapi demokrasi menjadikan Indonesia miskin dan terjajah. Perubahan bukan dengan berharap pada demokrasi. Muballighah diharapkan mengambil peran kunci mereka untuk menyadarkan umat akan kerusakan demokrasi dan kewajiban Khilafah. []