Dibalik Rencana Kedatangan Obama ke Saudi

Tindakan Pemerintah Arab Saudi, Jumat (7/3/2014), memasukkan Ikhwanul Muslimin , Front al-Nusra dan Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL), kelompok Syiah Huthi yang beroperasi di wilayah utara Yaman dan kelompok kecil Syiah yang kurang dikenal Hezbollah di Hijaz , dalam daftar teroris, menarik untuk dicermati. Tindakan ini penting dikaitkan dengan rencana   kunjungan Obama ke Saudi pada bulan maret ini.

Gedung Putih mengklaim, lawatan ke Arab Saudi merupakan agenda tambahan. Dalam Dalam agenda sebelumnya, Obama dijadwalkanmenghadiri KTT Nuklir global di Belanda, konsultasi dengan NATO dan Uni Eropa di Brussels, serta kunjungan ke Italia untuk bertemu Paus Fransiskus dan pemimpin-pemimpin Italia. Namun,mengingat krusialnya kondisi Timur Tengah sekarang ini, besar kemungkinan justru kunjungan ke Saudi inilah merupakan agenda utama Amerika.

Pembicaraan dengan Raja Arab Saudi Abdullah akan memusatkan perhatian pada isu-isu keamanan regional, termasuk perang di Suriah dan perundingan internasional dengan Iran terkait perjanjian final tentang program nuklirnya.

Amerika Serikat sendiri melihat hubungan antara kedua negara adalah sangat penting. WashingtonPost (3/2) melansir pernyataan Jay Carney, Juru Bicara Gedung Putih, tentang pentingnya hubungan ini.

“Saudi Arabia dekat dengan Amerika Serikat.  Kami memiliki hubungan bilateral yang luas dan mendalam meliputi masalah-masalah yang luas.  Presiden mengharapkan dengan sangat kunjungan tersebut, dimana akan dibahas semua masalah dalam pertemuannya … apapun perbedaan yang mungkin terjadi di antara kami maka itu tidak mengubah hakikat bahwa itu merupakan kerjasama penting dan sangat erat.”

Kunjungan ini strategis untuk menyelaraskan kepentingan kedua negara dalam konflik di Suriah. Saudi sendiri disebut-sebut memberikan bantuan kepada  beberapa pasukan perlawanan Suriah melalui Yordania.

Surat kabar Le Figaro Perancis pada 28/10/2013 melansir laporan jurnalis Georges Malbrunot yang menyatakan setiap minggu 15 ton senjata sampai ke gudang FSA.  Ia mengisyaratkan bahwa pembelian senjata itu didanai oleh Saudi, dibeli dari pasar gelap di Ukraina dan Bulgaria sebelum dipindahkan dengan pesawat Saudi ke bandara di selatan Yordania.  Laporan ini  juga menyatakan, selama enam bulan pertama tahun ini, telah sampai sebanyak 600 ton senjata ke para penentang presiden Suria Bashar Asad melalui Yordania.

Tindakan Saudi ini cukup meresahkan Amerika. Negara Paman Sam ini khawatir senjata-senjata ini akan jatuh ketangan revolusioner yang berseberangan dengan Amerika. Apalagi di Saudi ada kekuatan pro Inggris. Mereka bergerak berdasarkan arahan Inggris dan mengacaukan kepentingan Amerika. Semua itu membuat Amerika mengkhawatirkan aktifitas Saudi di front selatan di Suria

Disamping itu ada faktor lain yang berpengaruh. Keluarga Saudi- meski sekarang ini dipimpin oleh Raja Abdullah dan lingkarannya yang cenderung berkiblat ke  Inggris , namun  di Saudi juga terdapat pula ada orang-orang yang berafiliasi  ke Amerika. Untuk itu Amerika memilih tidak menampakkan permusuhannya dengan Saudi untuk memudahkan orang-orangnya bermain. Sekaligus untuk mengembalikan pengaruh Amerika seperti di masa raja Fahd.

Langah-langkah Strategis

Walhasil, pertemuan kedua belah pihak didasarkan kepentingan menuntaskan perbedaan! Hal ini diterjemahkan dengan langkah-langkah praktis kedua pihak sebagai langkah-langkah pendahuluan dan pengkondisian bagi kunjungan Obama.

Diantaranya, Saudi mengeluarkan undang-undang menghukum para kombatan di luar negeri dan orang-orang yang berafiliasi ke kelompok-kelompok radikal –qânûn mu’âqabati al-muqâtilîna fî al-khâriji wa al-muntamîna li at-tiyârâti al-mutatharrifati-” (Al-Iqtisadiya, 3/2/2014). Tentu saja yang dimaksudkan adalah perang di Suria. Undang-undang itu dikeluarkan pada 3/2/2014  bersamaan waktunya dengan rencana kunjungan Obama.

Perlu diperhatikan pertemuan Muhamad bin Nayef (menteri dalam negeri) dengan CIA dan kepala-kepada intelijen lainnya di Washington. Mereka bertemu dalam rangka mendiskusikan sejumlah persoalan termasuk masalah Suria.

Jaringan berita Ar-Ruaya (24/2/2014) menyebutkan: Suzan Rice penasehat keamanan nasional dan Lisa Monaco penasehat keamanan dalam negeri para Rabu  bertemu dengan pangeran Muhammad bin Nayef menteri dalam negeri Saudi.

Pasca pertemuan itu juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Caitlin Hayden menjelaskan ketiga pejabat itu saling tukar pandangan tentang masalah-masalah regional dan menegaskan komitmen mereka untuk menguatkan kerjasama antara dua negara.

Sebelumnya, Amerika mengutus menlu John Kerry dua kali pada November 2013 dan Januari 2014.  Kunjungan berulang ini untuk menenangkan para pejabat Saudi berkaitan dengan ikhwal politik Amerika terhadap dengan Iran dan Suria.  Kerry berkali-kali menegaskan komitmen Amerika untuk tidak mengizinkan Iran mendekati kemampuan memproduksi senjata Nuklir. Sesuatu yang dikhawatirkan rezim Saudi.

Tegasnya, kunjungan Obama ini merupakan langkah AS menenangkan rezim Saudi. Mengingat rezim ini  sedang gusar dengan berbagai peristiwa di kawasan itu. Saudi sangat khawatir pergolakan di Suriah akan berimbas kepada mereka.

Saudi sendiri memang tidak punya niat menolong warga Suria. Malahan Saudi menginginkan Amerika menuntaskan masalah rezim Suria di Konferensi Jenewa 1 dan 2 yang didukung oleh keluarga Saud.  Dengan itu mereka terlepas dari dampak revolusi Suria.  Jadi perhatian Saudi adalah mempertahankan kekuasaan dinastinya, bukan darah kaum Muslimin dan menolong umat Islam di Suriah.

Amerika Serikat dengan kunjungan Obama ini ingin menyakinkan Saudi bahwa saling mendekatnya AS dengan Iran dan sikap AS di Suria tidak diarahkan untuk mengganggu tahta kekuasaan Saudi.  Amerika tahu bahwa pusat perhatian keluarga Saud adalah kursi kekuasaan, bukan berapa jumlah umat Islam yang terbunuh dan terluka di Suriah.

Meskipun mengklaim kunjung Saudi hanyalah tambahan agenda, namun diduga kunjungan Obama ke Saudi adalah yang paling utama. Obama akan berusaha meyakinkan pemerintah Saudi bahwa kursi mereka terjaga.

Hubungan AS dengan Iran dan Irak dan di Suriah, Lebanon dan Yaman tidak diarahkan menentang pemerintah Saudi.  Akan tetapi, adalah menentang apa yang disebut “terorisme”.  Pada konteks ini Obama akan memuji langkah-langkah Saudi dalam keputusan-keputusannya melarang orang-orang Saudi pergi berperang di Suriah.

Semuanya Pion-pion Catur Negara Imperialis

Apakah itu Iran, Arab Saudi, Turki, Yordania ataupun Qatar, semua negara Muslim ini hanyalah pion-pion pada papan catur, yang dimiliki dan diatur oleh Amerika Serikat. Meskipun berbagai pertemuan, konferensi dan pertemuan puncak negara-negara Muslim, mereka tidak menyajikan solusi lain selain melaksanakan apa yang dikembangkan di London, Paris dan Washington.

Peran Arab Saudi adalah memberikan senjata kepada kelompok perlawanan pro Saudi untuk menciptakan hubungan ketergantungan. Arab Saudi saat ini adalah negara utama yang membiayai dan mempersenjatai penentang Assad. Arab Saudi memang memiliki tujuan tersendiri untuk melawan pengaruh Iran di Suriah.

Turki telah memainkan peran sentral dalam memberikan tempat dan bangunan bagi strategi Amerika dalam membawa wajah-wajah baru yang setia untuk bernegosiasi dengan rezim. Turki melatih para pembelot dari Tentara Suriah di wilayahnya. Pada Juli 2011 sekelompok dari mereka mengumumkan lahirnya Tentara Pembebasan Suriah (FSA) di bawah pengawasan intelijen militer Turki. Turki telah menempatkan pimpinan FSA, dan wilayah Selatan Turki telah digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Suriah.

Qatar telah mendanai revolusi Suriah dengan uang senilai $ 3 milyar ketika revolusi berkembang. Seperti Arab Saudi, Qatar menari mengikuti lagu-lagu dari Barat dalam membentuk bersama kelompok oposisi yang loyal. Qatar tidak mengajukan solusi baru untuk masalah-masalah di wilayah itu, tetapi mengambil bagian dalam pelaksanaan, memberikan tempat, mengatur dan membawa berbagai pihak dalam konflik secara bersama-sama. Semua kelompok dan faksi yang didukung dan diberikan tenpat oleh Qatar adalah memusuhi AS. Qatar sebenarnya berada di garis depan dalam semua strategi yang dirancang Uni Eropa untuk Suriah.

Yordania tidak menyimpang dari peran historisnya dalam mendukung tujuan-tujuan Barat di wilayah tersebut. Peran utama Yordania adalah memberikan tempat bagi CIA dan pasukan khusus AS yang telah melatih para pasukan perlawanan  Suriah yang berperang di selatan negara itu. Yordania juga telah menjadi salah satu rute utama yang dilalui senjata-senjata yang masuk ke Suriah. Seperti Qatar, Yordania sangat penting untuk mengatur aliran senjata bagi kelompok-kelompok perlawanan yang moderat yang tepat dan ramah kepada Barat

Iran telah memainkan peran langsung dalam mempersenjatai, mendanai dan menopang rezim al- Assad. Rezim Iran mempertahankan hubungan dekatnya dengan pimpinan Suriah untuk bertindak sebagai sebuah blok di wilayah tersebut. Ketika rezim al- Assad berada di ambang kehancuran, Iran campur tangan dan datang untuk menyelamatkannya melalui penggelaran pasukan Garda Revolusi (IRGC). (Farid Wadjdi dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*