Islam Pilihan Cerdas Pemuda Visioner

HTI Press. Yogyakarta. Pemilu tinggal menghitung hari, namun akankah perubahan bisa dicapai dengan berulangkali diadakannya pemillu? Dalam rangka menyikapi hal ini, Majelis Tafkir yang rutin diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengangkat tema yang bertajuk “Pilihan Cerdas Pemuda Visioner”.

Tidak kurang dari 40 mahasiswi UIN Suka (Sunan Kalijaga) Yogyakarta yang kesemuanya aktivis kampus, menghadiri Majelis Tafkir Spesial yang bertempat di Manzilul Fatihat pada hari Jum’at (27/03). Rizka Kusuma R, selaku pembicara pertama dari BEM SKI Fakultas Adab dan Ilmu Budaya memaparkan kebobrokan demokrasi, yang sejatinya tidak mendatangkan kesejahteraan sedikitpun bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia.

“Di tempat kelahirannya pun demokrasi gagal dalam mewujudkan cita-citanya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi esensinya tidak hanya sebatas memilih calon rakyat. Tetapi juga menyerahkan hak pengaturan urusan kehidupan kepada orang yang dicalonkan yaitu mandat membuat UU yang biayanya sangat mahal bahkan sampai 13 M untuk satu RUU. Bukti dari kegagalan sistem ini misalkan dalam bidang pendidikan, meskipun begitu banyak sarjana yang dilahirkan oleh berbagai perguruan tinggi tapi seringkali gagal dalam meningkatkan kualitas. Banyak pemuda yang melakukan seks bebas, terjerat narkoba, dan sebagainya, tak luput juga diterapkannya sistem demokrasi. Sebagai seorang pemuda muslim, kita tak boleh berdiam diri dalam menyikapi hal ini, tentu harus ada upaya yang kita lakukan,” paparnya panjang lebar.

“Sebagai seorang pemuda muslim, tentu kita tak akan salah pilih, yaitu dengan memilih Islam sebagai solusi yang wajib kita pegang. Karena Islam sudah terbukti secara empiris maupun teoritis berhasil sebagai sistem kehidupan, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin,” sambungnya.

Sementara itu Hernani Sulistyaningsih sebagai pembicara kedua mencoba meyakinkan para peserta yang hadir dengan uraiannya bahwa, islam sebagai sebuah ideologi dan sistem kehidupan sudah pernah diterapkan dan juga sebagai janji Allah. Islam pasti akan kembali sebagai sebuah ideologi, dan itu tidak akan lama lagi.

“Melihat fakta demokrasi saat ini yang sungguh sangat berbeda dengan pemerintahan Islam, pemuda Islam harus menentukan pilihan secara tepat. Maka Islam sejatinya adalah pilihan cerdas pemuda visioner,” simpulnya.

Tanggapan antusias dari salah satu peserta pun datang: “Kebobrokan demokrasi juga terlihat dari penggunaan suara mayoritas yang tidak pada tempatnya, dimana suara mayoritas itu kan tidak selalu identik dengan kebenaran. Ketika suara mayoritas mengesahkan UU yang menghalalkan perzinahan, maka hukumnya akan menjadi mubah/ boleh di tengah masyarakat padahal dalam Islam hukumnya haram. Sebagai umat muslim sudah selayaknya kita mengambil Islam tidak hanya sebagai agama ritual tapi juga sebagai sistem kehidupan,” paparnya berapi-api.

Acara berlangsung lancar, dan diakhiri dengan pembacan doa oleh Kania Halisandi. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*