Majalah Al-Waie edisi Arab menerima beberapa memoar dari Yang Terhormat, Salim al-Amr. Kami telah mempublikasikan sebagian dari memoar itu karena Insya Allah di dalamnya terdapat pelajaran dan manfaat bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Kami menyampaikan terima-kasih dan penghargaan kepada Saudara Salim untuk memoar yang ekspresif dan menggugah ini. Kami memohon kepada Allah SWT untuk memberikan kepada dia apa yang yang akhirnya akan datang. Semoga Allah menjaga dia dari segala keburukan dan kejahatan.
Setelah beberapa minggu, Abu Yasin akan menyelesaikan hukumannya dan akan bebas. Hukumannya adalah tiga setengah tahun. Saya tentu berduka cita karena waktu pembebasannya segera tiba Ia akan segara berada di antara keluarganya, orang-orang yang dicintai, dan partainya yang sedang menunggu dengan penuh kesabaran Namun, saat itu terjadilah suatu peristiwa serius yang di luar dugaan, yakni adanya upaya pembangkangan terhadap Hizb dari sebagian syabab. Saya tidak menemukan beliau sangat terpengaruh kecuali pada masa sulit ini. Perkara yang sangat menyakitkan beliau adalah adanya sebagian orang yang sakit hatinya menebarkan fitnah kepada beliau bahwa dia telah memisahkan diri dari kepemimpinan Syaikh Abdul Qadim Zallum—semoga Allah SWT merahmati beliau.
Saat banyak orang yang berkunjung membawa berita buruk tentang masalah ini, beliau tidak menemukan tempat mengadu terkait masalah ini kecuali kepada Allah di sepertiga malam yang terakhir. Sungguh mulia beliau pada saat bermunajat kepada Allah. Namun, saya semakin bersedih karena akan berpisah dengan beliau. Beliau merupakan bapak saudara sekaligus teman saya. Meski beliau mengalami musibah yang sangat berat, beliau selalu berupaya untuk tidak memperlihatkan masalah ini kepada yang lain.
Saat itu saya belum menjadi syabab Hizb. Saya duduk sendiri dan ber-istikharah kepada Allah untuk bergabung dan berjuang bersama syabab Hizbut Tahrir. Setelah ber-istikharah, saya segera menyampaikan keinginan saya agar beliau memperkenankan saya menjadi salah satu bagian dari syabab Hizb. Wajah beliau pun berseri dan beliau menebar senyum. Beliau sangat berkeinginan agar saya bisa menyelesaikan pelajaran dasar dalam Hizb sebelum beliau keluar. Waktu yang tersisa tinggal seminggu lagi. Hanya saja saya menolak karena sulitnya kurikulum dan tidak adanya kitab-kitab pendukung. Akhirnya, beliau mengajari saya sebagian garis-garis besar dan sebagian perkara administratif dalam Hizb sebagai sebuah pemikiran yang masih bersifat umum. Sejak itu saya merasa bahwa diri saya seolah-olah baru dilahirkan kembali pada tahun 1998, yakni karena mulianya bergabung dengan para syabab Hizbut Tahrir. Sungguh karunia ini, selain hakikatnya karena Allah, wasilahnya adalah karena Abu Yasin. Semoga Allah selalu menjaga beliau.
*****
Abu Yassin sangat mengagumi kepribadian Muhammad al-Fatih. Saya ingat bahwa dia pernah menggambar peta dunia di atas selembar kertas, dalam waktu dua menit, untuk menunjukkan di mana Komandan Muhammad al-Fatih mencapai penaklukannya.
Ketika saya meminta izin untuk meninggalkan beliau dari duduk untuk pergi tidur, dia akan berkata kepada saya, “Mudah-mudahan itu menjadi tidur yang baik.” Sebelum terlelap tidur, beliau selalu memberi kami kata perpisahan, yakni keyakinan yang mendalam akan harapan mendapat kemuliaan, pertolongan dan keteguhan dari Allah.
Abu Yasin adalah seorang penyair. Bisanya ia menulis beberapa bait bagi para syabab yang dimuliakan Allah. Dia memiliki diwan (antologi puisi) yang selalu beliau simpan, namun kemudian disita. Saya masih ingat beberapa bait yang selalu dilantunkannya berkali-kali, di antaranya:
في سبيل الله دنيانا تهون – نبذل الأرواح لا نخشى المنون
Di jalan Allah dunia kita jadi hina/Kita kan pasrahkan nyawa, tak takut mati menimpa
Pada malam pembebasannya, dia menulis beberapa bait sajak untuk menghibur para aktivis dari organisasi/kelompok lain yang datang untuk mengucapkan selamat atas pembebasannya.
Abu Yasin adalah orang yang paling mulia di antara kami. Ia mengingatkan saya bahwa saya telah berbuat baik kepada beliau. Itu hanya karena kadang aku melayani kebutuhan beliau. Beliau berkata, “Engkau telah banyak berbuat baik kepadaku. Aku memohon semoga Allah mengumpulkan kita kelak di selain tempat ini.”
Padahal realitasnya, andai kata saya berbuat baik kepada beliau setahun penuh maka niscaya saya tidak akan bisa membalas secuil pun dari kebaikan kepada saya. Beliau tidak tahu bahwa saya merasakan kenikmatan tersendiri ketika berkhidmat kepada beliau. Allahlah Yang menjadi saksi akan hal ini.
Abu Yasin dibebaskan dari Penjara Salt. Beliau meninggalkan kesepian yang mendalam di belakang beliau. Kami merasa sakit akan perpisahan ini selama berbulan-bulan hingga kami dipindahkan ke Penjara Gurun Jafr di Selatan Jordan.
*****
Situasi Penjara Salth mulai bergejolak Ini adalah akibat dari apa yang disebut sebagai kasus pembunuhan Khaled Meshaal, sementara Zionis Mossad yang melakukan operasi ini dilepas tanpa dibawa ke pengadilan. Pemerintahan Yordania seolah mengatakan, “Orang-orang Yahudi adalah milik kita yang paling berharga.”
Sebagai akibat dari kekacauan dalam penjara oleh tahanan politik dan tahanan yang yang berpikir serius untuk melarikan diri, yakni mereka yang dijatuhi hukuman yang lama, terutama karena sebagian keluarga Fir’aun (aparat negara) yang menyembunyikan keimanan, mereka bersiap-siap untuk memudahkan pelarian dari penjara, karena mereka percaya bahwa keadilan akan berpihak kepada kami.
Setelah pengurus penjara mencurigai urusan ini, mereka memutuskan untuk memindahkan kami ke Penjara Gurun Jafr di ujung selatan Jordan. Di sepertiga malam yang terakhir, dalam kegelapan malam, kami dipindahkan setelah mereka mengikat erat mata kami, dan di bawah penjagaan ketat membawa kami dipindahkan ke Penjara Jafr. Ini terjadi pada akhir tahun 1998.
Penjara Jafr adalah salah satu penjara tertua yang hampir tidak cocok untuk ditempati. Namun, Allah SWT memberikan karunia kepada kami dengan memberi kami ketenangan dan kedamaian pada hati kami. Ketika pengurus penjara menyadari bahwa kami merasa betah dengan tempat itu, mereka menambahkan ke dalam kamar lebih dari 15 tahanan yang ditangkap dalam kasus narkoba, kekerasan dan yang lainnya dari kasus-kasus kriminal. Aparat penjara melakukan ini karena mengira bahwa kami akan berbenturan dengan mereka. Namun sebaliknya, kami menganggap mereka sebagai saudara, memperlakukan mereka dengan baik dan mulai memengaruhi mereka. Tidak ada seorang pun dari syabab di penjara pada saat itu kecuali saya dan saya berada di sana sendirian di antara anggota kelompok-kelompok yang mengadopsi perjuangan bersenjata. Ini adalah ujian.
Kami menjalin hubungan baik dengan para sipir penjara dan mengetahui dari mereka bahwa para tahanan baru akan dipindahkan besok ke penjara itu. Saya melihat daftar nama-nama yang ada yang akan dipindahkan itu dari salah satu sipir, dan menemukan bahwa Atha bin Khalil Abu al-Rashtah ada di dalamnya. Saya tidak tahu bahwa sekali lagi Abu Yasin telah ditangkap, terutama karena beliau berada di luar penjara hanya empat bulan atau kurang. Hatiku seakan terbang karena bahagia. Banyak sekali kesulitan yang membawa manfaat. seolah-olah berita yang baru saja dibaca adalah keputusan akan pembebasan diriku dari penjara.
Kami berjanji bertemu dengan Abu Yasin pada malam berikutnya. Sungguh, beliau adalah sebaik-baiknya tawanan dan sebaik-baiknya tamu. Secara jujur, semua orang senang dengan kedatangan beliau. Beliau adalah orang yang mendapat penghormatan dan layak untuk mendapatkannya.
Pada hari itu, saya mulai mempersiapkan diri untuk belajar selama berada di dalam penjara. Ayah dan ibuku—semoga Allah SWT melimpahi mereka dengan rahmat-Nya—membawakan semua buku yang diperlukan. Mereka menertawakanku, bagaimana saya bisa berpikir tentang belajar. Padahal saya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Saya pun mulai membuat perencanaan dan mulai belajar. Karena keberuntunganku, datanglah orang yang membangkitkan semangat saya. Beliau adalah Abu Yasin. Beliau mengajari saya beberapa materi. Sungguh sangat indah uslub-uslub yang beliau bawakan. Beliau menguraikan materi dengan cepat dan tidak terduga. Materi yang biasanya memerlukan waktu berbulan-bulan, hanya saya selesaikan kurang dari satu bulan. Semoga Allah SWT membalas beliau dengan balasan yang berlimpah.
Saya tidak begitu yakin dengan Ahlun-Nushrah (orang-orang yang memiliki kekuatan untuk memberi dukungan terhadap dakwah). Saya lalu membicarakan hal ini dengan beliau. Kemudian beliau memberi saya pelajaran praktis dalam hal ini.
Pada suatu hari, beliau memanggil saya seraya berkata, “Bacalah!” Tiba-tiba saya menemukan sebuah nasyrah (selebaran resmi ) dari Hizbut Tahrir yang baru sampai kepada beliau. Gerangan siapakah yang menyampaikan nasyrah tersebut kepada beliau? Saya akhirnya tahu, bahwa kebaikan (perlindungan terhadap dakwah) itu telah terwujud dan bahwa nushrah itu telah ada (telah siap).
Setelah melewati beberapa bulan, berita tentang amnesti umum terdengar di mana-mana di penjara setelah kematian Raja Hussein. Itu hanya beberapa hari. Setelah itu kami berada di luar tembok penjara—Mahasuci Allah yang di Tangan-Nya kunci segala sesuatu.
Kisah pembebasan saya dari penjara adalah salah satu yang menakjubkan dan aneh. Bagaimana bisa saya dibebaskan, padahal saya dihukum seumur hidup, dan dikecualikan dari undang-undang amnesti. “Teroris” dikecualikan dari amnesti itu. Namun, karena celah dalam undang-undang amnesti, saya keluar Padahal saya berada di tahanan dengan hukuman terpanjang (hukuman seumur hidup). Sebaliknya, teman saya, Ahmad al-Sa’ub, tetap di penjara. Dia dihukum 10 tahun. Dia telah dipindahkan ke Penjara Sawaqa dalam persiapan untuk pembebasannya oleh Raja Hussein. Namun kemudian, Raja meninggal, sementara Raja Segala Raja (Allah SWT) tetap hidup! Saya dibebaskan, sementara Ahmad tetap di Penjara Sawaqa.
Di sini saya teringat kata-kata Abu Yasin, “Tidak ada yang ditentukan di bumi, kecuali bahwa hal itu telah ditentukan terlebih dulu di langit.”
*****
Selama periode itu, Abu Yasin berpuasa pada sebagian besar hari-harinya. Setiap kali dia melakukan shalat fardhu, selalu ia ikuti dengan fardhu yang lain sebagai qadha’. Kami bertanya kepada beliau tentang hal itu. Beliau menjawab, “Di hari-hari masa muda saya, shalat saya tidak sesempurna yang seharusnya sehingga saya ingin menggantinya.”
Saya melihat Abu Yasin bahagia dalam hari-hari itu dan saya bertanya-tanya mengapa hal itu terjadi. Beliau mengatakan bahwa partai telah kembali menjadi lebih kuat dari sebelum terjadinya pembelotan, yang banyak orang berpikir bahwa hal itu akan menjadi akhir Hizbut Tahrir. Beliau menambahkan, “Saya juga telah menikahkan anak saya Yasin beberapa bulan yang setelah pembebasan saya. Sebelumnya, Yasin menolak untuk menikah, sementara ayahnya di penjara. Yang terpenting adalah kami telah keluar dari penjara dengan karunia Allah.
Beberapa hari kemudian saya datang menemui Abu Yasin, saya mengunjungi beliau di rumah beliau Kota Rusaifa. Sungguh betapa indahnya pertemuan dan sambutan beliau saat itu. Saya terlambat datang malam itu. Saya menduga, jamuan malam akan mewah sekali.
Setelah sambutan hangat selama beberapa waktu, beliau meminta anak-anak beliau untuk membawa makan malam, dan saya terkejut karena mereka membawakan minyak zaitun, rempah-rempah, telur, dan kentang. Namun, saya bersumpah demi Allah bahwa saya belum pernah melihat makan malam yang lebih baik dalam hidup saya, meskipun itu sederhana. Jika beliau mempunyai sesuatu yang lebih baik, pasti itu telah disajikan (Beliau mengajari saya bahwa berbuat baik adalah dari barang yang ada, seseorang tidak harus mempersulit diri dan mengada-ada). Beliau telah memberikan suatu pelajaran bahwa saya harus menjadi saya apa adanya, dan bahwa memuliakan tamu itu adalah dengan sambutan yang baik sebelum dengan yang lainnya.
Saya menghabiskan malam itu dengan Abu Yasin dan itu adalah malam yang paling indah. Beliau memberi saya salam perpisahan pada pagi harinya setelah kami berdoa subuh di masjid. Beliau menjadi imam shalat saat itu.
Saya belum melihat Abu Yasin lagi sejak tahun 1999 hingga hari ini. Saya memohon kepada Allah SWT untuk memberikan rahmat kepada kita dengan Khilafah setelah Dia memberi rahmat kepada kita dengan ulama yang mulia ini, Amir Hizbut Tahrir. Semoga Allah dan untuk membebaskan Yerusalem dan menaklukkan Roma di bawah kepemimpinannya. Sungguh Allahlah yang akan mengatur dan berkuasa akan hal itu. []
Subhanallah, meski tak pernah bersua dg mu wahai amir, sms keteladanan yg engkau berikan kanmkan membuka hati org2 yg membenci apa yg engkau perjuangkan, bahwasanya kemuliaan kan menjadi milik siapa sj yg berpegang teguh pd hukum Allah dan sunnah Rasulullah.