Menlu Libya Kepada Al-Hayaat News: Saya Akan Memimpin Usaha Mengembalikan ke Sistem Monarki

Muhammad Abdul Aziz, Menlu Libya telah menyuarakan keinginannya untuk melihat Libya kembali ke sistem ‘Monarki Konstitusional’ sehingga Raja bisa menjadi simbol dimana rakyat bisa bersatu bertindak sebagai payung politik bagi sistem parlemen yang terdiri dari dua kamar; anggota parlemen dan anggota kerajaan, sementara pemerintah akan dijalankan oleh teknokrat. “Saya tidak berbicara tentang seorang raja yang memerintah melainkan raja sebagai sebuah simbol seperti sistem kerajaan di Belgia, Inggris dan Spanyol dan ketika kita berbicara tentang legitimasi Monarki, kita berbicara tentang nilai-nilai moderat, gerakan Senussi yang memiliki loyalitas kepada Raja’. Menlu Libya itu berbicara tentang keinginannya bagi kembalinya  konstitusi Monarki tahun 1951 di mana Libya dibagi menjadi tiga provinsi, dan dia percaya bahwa rakyat Libya akan merespon bentuk pemerintahan ini yang akan mengarah pada stabilitas, keamanan dan pemeliharaan kesatuan nasional.

Pada surat yang berbeda, Abdul Aziz juga menegaskan bahwa Eropa dan negara-negara tetangga berbagi aspirasi dengan rakyat Libya agar Libya menjadi negara yang stabil karena kepentingan bersama mereka dan dia menyangkal bahwa ada niat Barat untuk melakukan intervensi militer di Libya. Dia mengatakan: “Intervensi yang mereka bicarakan di Barat bukan suatu intervensi militer melainkan intervensi dalam lingkup dukungan internasional dan keberadaan pasukan internasional untuk membantu proses perlucutan senjata dan hal ini dianggap sebagai isu politik dan belum dipertimbangkan menjadi satu isu militer.

Komentar :

Jelas bahwa warisan agen Barat di dunia Muslim sangat terwakili pada mereka yang memiliki kekuasaan dan pengaruh di negeri-negeri Muslim. Di sini ada seorang menteri luar negeri yang mendesak untuk kembali ke sistem yang hampir mirip sekali dengan sistem Monarki di Inggris. Sistem ini sudah dipraktekkan di Libya oleh kolonialis dan agennya ketika pertama kali Libya merdeka dan sekarang mereka menyerukan kembalinya sistem Monarki untuk diterapkan di Libya. Mereka mencoba untuk mengulangi hal yang sama di Mesir yang akan kembali pada 60 tahun silam di masa Nasser untuk membuat bentuk baru pemerintahan Sisi. Jadi yang terbaik yang mereka dapat tawarkan adalah dengan kembali lima puluh tahun yang lalu dan berharap bahwa generasi sekarang telah melupakan masa itu dan mengklaim masa itu adalah masa keemasan. Subhaanallah ! Umat ini tidak memiliki masa keemasan, tidak ada kemuliaan, tidak ada kemenangan, tidak ada martabat atau kehormatan sejak kehancuran Khilafah pada tahun 1924. Yang kita miliki adalah kekalahan, penghinaan dan keburukan dengan para penguasa yang hanya tahu bagaimana mengikuti Tuan-tuan Barat mereka di Washington, Paris dan London dan menjadi agen setia mereka dan kepentingan mereka.

Umat tidak pernah dapat menerima solusi ini apakah mereka menyerukan sistem monarki, sistim militer atau sistim demokratis, karena semua sistem ini tidak ada hubungannya dengan keyakinan dan aqidah mereka. Sistem-sistem ini hanyalah sistem yang dirancang untuk menghambat seruan Islam dan untuk mencegah negeri-negeri Muslim dibebaskan dari pengaruh Barat dan persatuan. Di sini ada seorang Menlu Libya yang mengatakan bahwa Barat hanya menginginkan yang baik bagi Libya dan tentara Barat yang ada di Libya bermanfaat bagi negara dan tidak bisa disebut suatu intervensi militer! Pada saat yang sama, seluruh dunia yang dipimpin oleh Barat dengan jelas dan terbuka menyatakan bahwa musuh terbesar adalah kembalinya sistem politik Islam dimana mereka sekarang secara terbuka ada di sisi Bashar Al-Asads yang bertempur melawan rakyat Suriah, karena rakyat Suriah meminta diterapkannya Islam dan dibebaskan mereka dari campur tangan Barat.

Kaum Muslim di neger-negeri Arab bangkit dan mereka melepaskan belenggu ketakutan dan tiga tahun kemudian Libya, Tunisia, Yaman dan Mesir semua negeri itu telah dibentuk sesuai dengan agenda barat. Para agen Barat masih mengkontrol pemerintahan dan lembaga-lembaga dan hukum buatan manusia yang sama dan sistem-sistim yang sedang diterapkan.

Keinginan untuk kembali kepada Islam pada rakyat tetap kuat meskipun ada upaya yang dilakukan Barat dan para agennya , namun keinginan saja tidaklah cukup, melainkan harus dialihkan kepada proyek politik dan tujuan yang sejalan dengan emosi dan keinginan itu. Tujuan politik ini harus sama dengan apa yang di bawa oleh Rasulullah SAW, ketika beliau mendirikan Negara Islam pertama di Madinah Al-Munawwarah dan kemudian menyebarkan kekuasaan umat ini ke seluruh penjuru dunia. Kita memiliki sejarah, warisan, kemuliaan dan kehormatan kita sendiri dan itu semua dilakukan dengan melanjutkan jalan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada kita dan kita tidak akan pernah lagi akan kalan kecuali jika kita kembali ke jalan ini.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan ada nabi setelahku tapi akan ada Khulafaa’ (para Khalifah), Sahabat bertanya: ‘Apa yang Engkau perintahkan  kepada kita bagi mereka?’ Rasulullah SAW bersabda: “Berikan baiat kepada mereka satu demi satu dan sesungguhnya Allah akan bertanya kepada mereka tentang apa yang Dia sudah percayakan kepada mereka.

Jadi di sini sudah jelas, pedoman dan perintah dari Nabi Muhammad SAW yang mulia, jadi marilah kita ikuti perintahnya dan tinggalkan segala sesuatu selain darinya, karena semua itu hanya akan membawa kita kepada penghinaan yang terus menerus, perbudakan dan kekalahan kita di tangan musuh-musuh kita. Bukankah sudah cukup setelah hampir seratus tahun kita di jajah dan apakah kita tidak mengambil pelajaran??!

(sa/khilafah.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*