Ketika berbicara kepada Rohingya Vision, saksi mata Jamila Begum mengklaim bahwa sepupunya Hasina, yang sedang hamil dua bulan, dibunuh oleh para perawat rumah sakit atas perintah dokter.
Diberitakan bahwa para perawat di Myanmar telah membunuh seorang wanita hamil Rohingya setelah memeriksakan diri
ke rumah sakit karena infeksi urinoir tetapi tidak pernah diperiksa sebelumnya.
Hasina Begum, 28 tahun, pengungsi Rohingya yang telah mengungsi setelah desanya diratakan dengan tanah oleh ekstrimis Budha,
tiba di rumah sakit Arakan di Sittwe tanggal 5 April.
Namun, pada malam 8 April, dia dinyatakan meninggal di rumah sakit itu. Ketika berbicara kepada Rohingya Vision, saksi mata
Jamila Begum mengklaim bahwa sepupunya Hasina, yang sedang hamil dua bulan, dibunuh oleh para perawat atas perintah dokter.
Saksi mata itu mengatakan bahwa dua perawat Rakhine muncul untuk memberinya suntikan meskipun dia sudah pulih dan tidak membutuhkannya.
Ketika saksi menolak mengizinkan perawat untuk memberinya injeksi, saksi lalu dipukuli. Kedua perawat kemudian melanjutkan untuk memberikan Begum injeksi, meminta sambil mengancam ‘apakah anda mengaku sebagai orang Rohingya? ‘
Tiga menit kemudian, Begum sudah mati. Mayatnya dikeluarkan pada hari berikutnya. Dia meninggalkan seorang anak berusia 6 tahun dan ayahnya yang cacat fisik di kamp-kamp pengungsi Depaing (Refot Baariza). (World Bulletin, 14/4/2014)