Khilafah Untuk Masa Depan Anak Lebih Cerah
Oleh: Ummu Adzka (Aktivis MHTI)
Alangkah malang nasib anak di Indonesia. Krisis yang berkepanjangan membentuk sebuah mimpi buruk bagi masa depan mereka. Mulai dari krisis ekonomi kemudian menjalar menjadi krisis multidimensi, termasuk rusaknya moralitas bangsa. Kekerasan yang menimpa anak-anak telah masuk dalam skala darurat, sehingga Komisi Nasional Perlindungan Anak mencanangkan tahun 2013 lalu sebagai darurat nasional kejahatan seksual terhadap anak.
Permasalahan gizi buruk juga selalu menghantui anak Indonesia. Riskesdas 2010 menemukan tingkat prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 17,9% atau diperkirakan sekitar 3,7 juta balita mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk (antaranews.com, 25/01/011).
Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan sejak 2008 hingga 2010, sebanyak 67% dari 2.818 siswa SD kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24% mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22% pernah melihat pornografi dari situs internet, 17% dari games, 12% melalui film dan televisi, dan enam persen lewat telepon genggam (vivanews.com, 03/10/2010).
Kementerian Sosial RI memiliki data bahwa pada tahun 2010 ada 5,4 juta anak terlantar di negeri ini (antaranews.com, 05/07/2011). Ini adalah problema anak yang terdata, bagaimana dengan yang tidak terdata? Pasti jauh lebih mencengangkan. Jika tak ditanggulangi segera maka kebobrokan ini akan semakin parah. Dan Indonesia akan mengalami the lost generation.
Akibat Kesalahan Sistem
Sistem kapitalisme yang diterapkan oleh negara kita sejatinya dibuat oleh keterbatasan akal manusia. Sistem inilah yang menciptakan kondisi buruk bagi perkembangan psikis dan fisik anak Indonesia.
Azas sekulerisme pendidikan gagal mewujudkan output yang handal. Bagaimana tidak, pendidikan agama yang berfungsi membentuk generasi taat pada Tuhannya dihadirkan terpisah dari mata pelajaran lain, itupun dengan waktu pertemuan yang sangat sedikit. Tak heran jika menghasilkan generasi yang gemar maksiat. Seperti yang kita lihat saat ini, merebaknya fenomena cabe-cabean dan terong-terongan, premanisme, serta meluasnya budaya korupsi.
Kelimpahan materi yang menjadi standar kebahagiaan dalam kapitalisme telah meminggirkan nilai akhlak dan masa depan anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan tumbuh suburnya pornografi-pornoaksi dan meluasnya peredaran minuman keras serta narkoba. Demi rating, televisi yang diharapkan dapat menjadi media hiburan alternatif bagi anak juga banyak menayangkan kekerasan dan pornografi, tak peduli betapa bahayanya dampak tayangan mereka tersebut bagi perkembangan jiwa anak.
Sistem ekonomi kapitalisme menyebabkan meluasnya kemiskinan dan kesengsaraan. Banyak anak kurang gizi, sebagian lagi dipaksa mencari uang di jalanan, atau yang lebih parah lagi menjual diri. Beberapa anak malah menjadi korban pembunuhan oleh orangtuanya sendiri, yang stres karena tidak mampu memberikan nafkah yang cukup.
Dunia perpolitikan tidak dijadikan ladang pengabdian untuk mengurusi masyarakat, namun malah dipenuhi aneka intrik perebutan kekuasaan. Pemerintahan kapitalis sibuk mengurusi diri mereka sendiri dan abai pada nasib anak negeri. Sehingga seluruh permasalahan yang menimpa anak negeri tak kunjung usai, bahkan semakin bertambah parah.
Khilafah sebagai Solusi
Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, sudah selayaknya bersandar pada aturan Sang Pencipta. Begitupun saat merancang masa depan yang cerah bagi anak, harusnya kita merujuk pada syari’at Allah.
Khilafah adalah institusi negara yang menerapkan syari’at Islam secara total. Mulai dari sistem kenegaraan, politik dalan dan luar negeri, pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya. Institusi ini merupakan penanggungjawab utama bagi pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Termasuk memenuhi hak-hak anak secara utuh dan benar. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari-Muslim, Rasulullah SAW bersabda : “Seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.”
Syari’at menetapkan hak-hak anak yang wajib dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Jaminan hak hidup
Syari’at Islam menjamin hak hidup setiap anak, baik sebelum atau bahkan setelah dilahirkan. “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra : 31). Dengan demikian tidak akan ada lagi orangtua yang tega membunuh anaknya hanya karena khawatir tak mampu menafkahinya.
2. Hak untuk mendapatkan nafkah
Syari’at Islam menetapkan bahwa seorang anak berhak untuk mendapatkan nafkah dari ayahnya. Jika sang ayah tidak mampu, entah itu karena sakit keras ataupun cacat, maka kewajiban itu jatuh pada keluarga terdekat yang mampu (QS.Al-Baqarah : 233). Kalau ternyata merekapun tidak mampu, maka negaralah yang menanggung kewajiban itu melalui baitul mal.
3. Hak hidup aman
Orangtua wajib untuk melindungi anaknya, menjaganya dari berbagai gangguan dan memberikannya rasa aman.
4. Hak mendapatkan pendidikan
Dalam Islam, pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Negara wajib menjamin pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang sangat terjangkau, bahkan gratis jika memungkinkan. Khilafah tidak diskriminatif dalam memberikan layanan pendidikannya, baik anak dari keluarga kaya ataupun miskin memiliki hak dan kesempatan yang sama.
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak generasi yang berkepribadian Islam, memiliki tsaqofah Islam dan menguasai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan landasan aqidah Islam, maka diharapkan tidak akan ada lagi output pendidikan yang bermental korup dan gemar bermaksiat.
5. Hak hidup sehat
Secara umum anak memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya terjangkau. Islam memandang kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia, sehingga orangtua dan juga negara berkewajiban untuk menjamin pemenuhan kebutuhan ini, baik dalam tataran preventif maupun tataran kuratif.
Dengan demikian, jelaslah bahwa anak-anak membutuhkan institusi Khilafah demi masa depan yang cerah. Kewajiban kita semua sebagai muslimlah untuk mewujudkannya sehingga generasi calon pemimpin yang tangguh dan berkualitas di masa datang bukan lagi impian. Wallahu a’lam []