Kampanye Politik Mahasiswi Sumbar: Tinggalkan Demokrasi Tegakkan Khilafah Untuk Indonesia Lebih Baik
HTI Press. Padang. Selasa, 01 April 2014, tepat di bundaran Ex. Balai kota Padang. Sekitar 100 Aktivis Mahasiswi dari berbagai kampus se-Sumbar berkumpul untuk menyerukan “Tinggalkan Demokrasi, Tegakkan Khilafah untuk Indonesia Lebih Baik”. Aksi Panggung Politik Mahasiswi ini merupakan bentuk kepedulian Muslimah HTI DPD I Sumbar terhadap permasalahan umat. Aksi ini juga merupakan edukasi politik tentang peran dan tanggung jawab hakiki intelektual. Mereka tidak boleh terjebak turut memberikan harapan palsu pada publik akan adanya perbaikan kondisi bangsa melalui mekanisme pesta demokrasi. Sebaliknya, harus mengerahkan segenap potensi strategisnya untuk membangun kesadaran publik bahwa perbaikan bagi bangsa ini tidaklah cukup hanya sekedar pergantian wajah para penguasa namun juga perlu mengganti sistem demokrasi yang terbukti rusak dan merusak.
Dalam orasi yang disampaikan para aktivis mahasiswi disebutkan alasan mengapa demokrasi harus ditinggalkan. Diantaranya, sistem demokrasi adalah sistem rusak dan merusak (beritanda.com, 01/04). Demokrasi adalah sistem yang gagal (failed system). Gagal sedari konsep awalnya, gagal dalam proses penerapannya, dan gagal dalam mencapai tujuannya yang utopis. “Tidak layak umat Islam sebagai khayru ummah menerapkan demokrasi”, demikian orasi yang disampaikan Asmi sebagai orator pertama (aktivis HMJ Perbandingan Agama IAIN IB Padang). Dara (aktivis BEM FMIPA UNAND) dengan lugas mengatakan “Demokrasi telah menyibukkan pemuda untuk meningkatkan perekonomian bangsa sebagai Tameng untuk menutup penyebab hakiki kemiskinan rakyat. Yaitu perselingkuhan kapitalis dan penguasa atas nama demokrasi yang melegalkan perampokan kekayaan negeri ini”.
Nefi (aktivis BEM FT UNP) menyatakan bahwa hanya Khilafah yang memuliakan peran politik pemuda. Pemuda dalam Khilafah berperan secara hakiki dalam meninggikan peradaban. Pemuda menjadi panglima, menjadi penemu dan peletak dasar berbagai ilmu. “Tinggalkan Demokrasi, mari berjuang tegakkan Khilafah!“. Peran politik pemuda dalam negara khilafah bukan seperti praktek demokrasi, yang hanya sekedar dijadikan sasaran empuk untuk dijaring suaranya. Orasi keempat disampaikan oleh Jessica (Aktivis BEM UNAND) yang menegaskan bahwa pilihan menegakkan Khilafah adalah tuntutan aqidah bagi manusia yang mengaku sebagai seorang muslim. “Bumi ini milik Allah maka terapkanlah hukum Allah untuk kehidupan yang lebih baik, barokah dan mewujudkan peradaban gemilang”.
Di akhir orasi para orator menyeru intelektual muslimah untuk bersama-sama memperjuangkan Syariah dan Khilafah sesuai metode kenabian sebagaimana telah dicontohkan Rasul SAW. dalam mendirikan Negara Islam di Madinah. Secara historis, khilafah telah terbukti selama 13 abad merupakan sebuah sistem yang dapat mewujudkan kesejahteraan, kemuliaan generasi, mewujudkan negara mandiri dan menyatukan seluruh umat (indowarta.co, 01/04). Acara diakhiri dengan pembacaan press release, doa dan penandatangan spanduk “Tinggalkan Demokrasi, Tegakkan Khilafah untuk Indonesia Lebih Baik” oleh seluruh peserta panggung politik mahasiswi dari berbagai kampus di Sumbar. []