Muballighah Pekanbaru Setuju Menolak Demokrasi dan Berjuang Menegakkan Khilafah
HTI Press. Pekanbaru. Gema takbir memenuhi ruangan Kantor DPD I HTI Riau, tempat diselenggarakannya agenda Majelis Mudzakarah Muballighah oleh Muslimah HTI DPD I Riau. Sekitar 80 peserta hadir dalam acara ini, mereka adalah para muballighah, daiyah, pimpinan dan anggota Majelis Ta’lim, serta ustadzah dari berbagai pondok pesantren di Pekanbaru dan sekitarnya. Acara yang diselanggarakan pada Ahad pagi (6/4) ini mengangkat tema “Demokrasi Sistem Kufur, Ganti dengan Khilafah”.
Pembicara pertama adalah Ustadzah. Ismiarni Moesa (Muballighah Riau) dalam paparannya menyampaikan bahwa demokrasi adalah sistem yang bertentangan dengan Islam. Cara melihat pertentangannya adalah dengan membandingkan asasnya bukan turunan cabangnya, “coba kita lihat antara bambu kuning dan kelapa gading. Meskipun warnanya sama-sama kuning, apakah bisa kita katakan mereka sama? Tentu tidak.” Ismiarni menjelaskan bahwa Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda dari asasnya. Jadi jangan lihat jargonnya, yang memang sengaja disamakan oleh Amerika untuk semata-mata kepentingan mendominasi dunia.
Lebih lanjut, Ismiarni menyampaikan bahwa kesalahan fatal demokrasi adalah kewenangan manusia menggantikan peran Allah sebagai pembuat hukum, sehingga aturan kehidupan umat Islampun berjalan sesuai dengan aturan kufur ini. Padahal Allah sudah memerintahkan untuk masuk Islam secara kaffah seperti pada firman Allah dalam Surah Al-Baqoroh (183).
Materi kedua membahas tentang “Khilafah adalah sistem yang Shahih”, yang disampaikan oleh Ustadzah. Noveriyanti,S.Hut (Ketua DPD I MHTI Riau). Senada dengan pembicara pertama, Noveriyanti juga mengatakan bahwa pangkal penderitaan umat tidak hanya umat Islam saja, tapi juga seluruh umat manusia karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalis dengan sistem pemerintahan demokrasi yang sarat liberalisasi dan privatisasi.
Noveriyanti membandingkan dengan penerapan aturan Islam dibawah negara Khilafah Islam. Khilafah Islam memberikan pelayanan kesejahteraan dan perlindungan yang tidak pernah diberikan oleh sistem manapun di negara manapun. Kegemilangan penerapan sistem Islam ini diakui oleh pakar dan Ilmuan-ilmuan asing yang notabenenya adalah non-Islam seperti Will Durran, Jonathan Bloom dan Sheila Blair, Wiet, dan lain-lain. Masing-masing dalam buku-bukunya menggambarkan betapa besar kesejahteraan yang dirasakan Umat Islam dan non-Islam dalam bingkai Khilafah.
Acara ditutup dengan penyampaian testimoni dari tokoh Muballighah Riau yang disampaikan oleh Ibu Nur Aina (Muballighagh ICMI Riau). Nur Aina mengungkapkan perasaan haru dan terkesan ketika bertemu dengan aktivis Muslimah Hizbut-Tahrir yang menurutnya tidak pernah lelah mendatangi masyarakat untuk mengajak pada perjuangan Khilafah, senantiasa istiqomah dalam perjuangan. Ia juga mengajak para peserta ikut dalam pembinaan di MHTI, “karena MHTI membuka kesempatan seluas-luasnya untuk berjuang bersamanya” ungkapnya. []