Investigasi Al Jazeera mengungkap dugaan pemukulan dan pemerkosaan pada operasi anti terorisme yang sedang berlangsung di Nairobi, Kenya
Di Eastleigh, yang sebagian dihuni etnis Somalia yang tinggal di Nairobi, warga setempat mengatakan mereka terus merasa khawatir ketika memasuki toko, untuk memastikan tidak ada agen keamanan yang mengikuti mereka.
Sebagian keluarga telah mengunci diri di rumah, dan anak-anak buru-buru diingatkan oleh orang tua mereka setiap kali melihat seorang polisi yang lewat. Sebagian mengatakan mereka ingin meninggalkan Kenya, tetapi khawatir atas keselamatan mereka.
Selama tiga minggu terakhir, etnis Somalia yang tinggal di Kenya telah diserang oleh polisi yang sering dikritik karena kebrutalan mereka dan tindak korupsi yang dilakukan.
Lingkungan etnis Somalia di Nairobi yang dikunci telah mereka protes, termasuk oleh para aktivis HAM, yang sebagian telah dicap sebagai simpatisan teroris.
Bisnis yang dimiliki etnis Somalia di Eastleigh menderita kerugian jutaan dolar karena operasi itu, kata Hassan Guled, ketua Asosiasi Bisnis Eastleigh.
Pemerintah Kenya baru-baru ini mengumumkan telah menyelidiki 20 bank karena dugaan mendanai kelompok bersenjata Somalia al-Shabab.
Somalia menyebut langkah itu sebagai “perang ekonomi”. Operasi Usalama (Perdamaian) itu dimulai dengan keras setelah terjadi ledakan yang menewaskan enam orang pada tanggal 31 Maret 2014 di sebagian besar wilayah etnis Somalia di Nairobi timur.
Setelah itu, pasukan keamanan Kenya menyerbu rumah-rumah di ibukota, mengumpulkan ribuan pengungsi Somalia dan maupun penduduk Kenya keturunan Somalia.
Etnis Somalia telah menuduh pasukan keamanan memukuli orang-orang, termasuk anak-anak, mencuri uang dan barang-barang berharga, dan memperkosa kaum perempuan dan remaja putri.
Pekan lalu 17 organisasi – termasuk Amnesty Internasional, negara – negara yang mendanai Komisi Hak Asasi Manusia Nasional Kenya, Transparansi Internasional Kenya dan cabang Kenya dari Komisi Hakim Internasional – mengatakan operasi keamanan itu “merupakan diskriminasi yang bertentangan dengan ketentuan “konstitusi negara.
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan mereka merasa “terganggu” oleh laporan pelanggaran yang berkaitan dengan operasi keamanan itu.
Zipora Mboroki, juru bicara polisi Kenya, mengatakan kepada Al Jazeera operasi itu akan terus berjalan sampai Kenya menjadi “aman”.
Dia mengatakan polisi belum menerima keluhan dari masyarakat tentang operasi itu sambil menambahkan siapapun dapat melaporkan keluhan mereka ke otoritas pengawasan independen Kepolisian.
Kenya, yang merupakan tempat bagi sekitar 2.4 juta etnis asal Somalia, juga menjadi tuan rumah bagi ratusan ribu pengungsi Somalia. Keputusan negara untuk mengerahkan pasukan menyerang Somalia pada tahun 2011 telah memicu serangan balasan oleh al-Shabab, yang tahun lalu menyerbu mal kelas atas di Nairobi dan menewaskan hingga 67 orang. (rz/www.aljazeera.com)