Remaja Vs Ujian

Bagi setiap orang, yang namanya hidup pasti aja ada ujiannya. Mulai dari lahir hingga meninggalnya. Ujiannya ngga sekedar hal yang menyenangkan, tapi juga terkadang hal yang kurang menyenangkan pada pandangan manusia. Cara menghadapi ujian pun beragam. Sebagai contoh, di sekolahan kan sekarang lagi musim Ujian nih ya, contohnya Ujian Nasional (UN). Nah, para siswa yang mau menghadapi UN, ada yang sibuk mempersiapkan diri dengan banyak belajar, banyak berdoa, serta minta restu dari orang-orang disekitarnya. Di sisi lain, ternyata ada juga lho, siswa yang malah sibuk mencari kunci jawaban atau trik mencontek yang baik dan benar. Sampai-sampai ada satu sekolah yang meminta para siswanya buka sepatu ketika UN, karena sepatu disinyalir bisa membantu aktivitas  percontekan. Weleh weleh weleh.

Atau ada juga nih, ujian hidupnya sama, tapi cara menyelesaikannya berbeda. Ada siswa yang sama, hidupnya pas-pasan, untuk membayar SPP sulit bin susah karena pendapatan ayahnya  nge-pas banget untuk kehidupan sehari-hari. Ada siswa yang menyelesaikan ujian hidupnya itu dengan bekerja sampingan seperti membantu rumah tangga lain, atau ada juga yang berjualan makanan di sekolah. Tapi ada juga lho siswa lain yang menyelesaikan permasalahannya  dengan berjualan. Tapi bukan barang yang dijualnya melainkan dirinya sendiri. Uwih! Mereka yang awalnya ingin menambah uang saku, atau membantu orang tua, bergeser “menjajakan dirinya” untuk mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa eksis. Saat ini mereka dikenal sebagai “cabe-cabean”  untuk remaja putri, malah sekarang remaja putranya juga gak ketinggalan jadi “terong-terongan”. Masya Allah! Menyeramkan…

Your Mind, Your Attitude, Your Personality

Apa sih sebenernya yang membuat para siswa di atas berbeda dalam menyelesaikan permasalahannya? Nah, ini menarik banget buat dibahas. Sobat, ternyata, pemahaman kita dalam memandang kehidupan ini sangat berkaitan erat dengan cara kita menyelesaikan masalah.

Sebagai contoh nih ya, kalo kita punya pemikiran baik sama seseorang, maka kita akan bersikap dan berperilaku baik pada orang tersebut. Tapi sebaliknya pada orang yang menurut pemikiran kita menyebalkan. Tentunya  perilaku kita secara spontan akan berbeda kepada seseorang yang udah nipu kita, dibandingkan dengan seseorang yang berbagi uang kecilnya sebesar 1 Milyar kepada kita. Hehe.

Jika seseorang berpikiran bahwa hidup yang sangat singkat ini pasti akan berakhir happy ending dan endingnya di surga tanpa hisab, maka dalam hidupnya pasti tidak ada standar yang digunakan. Mengalir begitu saja. Berbeda bagi seseorang yang menganggap bahwa hidup kita ini sudah selayaknya diatur sama yang udah nyiptain kita, nyaitu Allah SWT, maka sudah sewajarnya, kita-kita tau diri untuk ikut aturan yang udah nyiptain kita. Jadi, pemikiran itu berimbas pada perilaku dan kepribadian seseorang.

Sobat, pemikiran memang lahir dari setiap individu. Tapi ngga jarang juga lho, ternyata pemikiran kita ini sudah disetting secara sistemik. Secara sistemik itu artinya secara terencana, terstruktur dan disupport oleh banyak komponen. Sebagai contoh, sistem yang diterapkan di negeri kita ini berpeluang besar mensetting pemikiran dan perilaku rakyatnya jadi hedonis, foya-foya, dan gaul bebas. Lihat aja tayangan TV sekarang,  dimana-dimana ada pencarian bakat yang ngga genah alias aneh-aneh.

Bukan hanya berdampak pada tayangan TV saja, sistem di negeri kita ini mempengaruhi semua sistem termasuk yang namanya sistem pendidikan yaitu melalui kurikulum. Bangsa kita sudah berkali-kali ganti kurikulum agar bisa mencetak generasi yang lebih baik. Tapi, coba tengoklah mulai dari perilaku hingga prestasi para siswa. Perilaku yang sering terhembus adalah perilaku yang ngga baik, mulai dari mencontek, gaul bebas hingga pembunuhan sadis….

Ini semua akibat cara berpikir bangsa ini dalam menjalani pemerintahan dan kehidupan yang berlandaskan sekulerisme. Kamu tahu gak makhluk apa itu? Sekulerisme itu faham alias pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak dijadikan dasar untuk membentuk pola pikir dan perilaku dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam pendidikan.           

You know lah…

Negeri kita ini sangat sulit memfasilitasi para warganya untuk bisa berkontribusi dalam dunia pendidikan. Seolah-olah menjadi siswa yang cerdas inovatif seperti visi pendidikan di negeri kita ini hanyalah ilusi. Kalau pun ada spirit untuk membentuk siswa yang inovatif, nyatanya belum banyak berhasil. Para siswa lebih senang ikut perlombaan yang ga pake mikir dibandingkan dengan ikut lomba karya inovatif atau karya tulis. Coba kalau ada audisi untuk jadi artis idola…. Wuih peserta audisinya pasti bejibun.

Terkait prestasi, minim terdengar prestasi yang memunculkan inovasi yang bermanfaat. Memang sih ada para siswa yang memenangkan olimpiade hingga tingkat internasional, tapi what next after win? You know…nama mereka kebanyakan menghilang dengan alasan tidak bisa mengeksplor diri lebih jauh, karena tidak terfasilitasi oleh sekolah bahkan negara. Ada juga yang ngilang dari peredaran ngga tau apa kontribusinya buat negara.

Produk sistem

Seharusnya negara kita punya satu pemahaman yang bisa membawa kebahagiaan hakiki pada warganya. Kebahagiaan hakiki yang dimaksud adalah bahagia ketika bisa melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Jadi kalau masih ada siswa yang malas-malasan ke sekolah, masih ada yang mencontek, tidak jujur, malas berpikir dan berkarya, maka perlu dicek, jangan-jangan sistem pendidikan di negeri ini yang sudah membuat anak  didik jauh dalam mengkaitkan standar Allah SWT dalam setiap keputusannya. Buktinya masih banyak tuh pelajar yang mengumbar aurat, asyik dengan genk motor,  atau melakukan yang tidak diridhoi Allah SWT untuk mengejar yang namanya “prestasi” dalam kacamata liberal. Sekali lagi, inilah produk sistem pendidikan sekuler yang belum menggunakan hukum Allah SWT dalam standar pengembangan kurikulumnya.

Beda banget kalau kita bandingkan dengan produk pendidikan di zaman kejayaan Islam. Para siswa dan ilmuwan di masa keemasan Islam, berlomba-lomba untuk berkarya dalam koridor yang diridhoi oleh Allah SWT. Berbagai penemuan spektakuler diraih oleh para ilmuwan Islam. Islam pun sangat menghargai orang-orang yang berilmu. Sebagai contoh, bagi mereka yang berhasil membuat karya buku, maka hadiah yang diberikan padanya adalah emas seberat buku yang telah dibuat oleh orang tersebut. Tapi kerennya,  mereka yang berkreasi dan berinovasi pada masa keemasan Islam, selalu menggunakan Islam sebagai standar. Mereka pintar juga berakhlak mulia. Mereka cerdas juga sholih/ah. Mereka menguasai ilmu dunia juga ilmu akhirat. Mereka tak lupa tekun dan rajin melakukan ibadah. Subhanallah, mereka benar-benar #smartwithislam.

Menjadi #smartwithislam

Islam mencetak para remaja menjadi #smartwithislam  bukan hanya dengan kurikulum pendidikannya saja. Tetapi juga membenahi semua aspek kehidupan. Mulai dari dasar negara, asas pendidikan, asas ekonomi, asas kebudayaan dan lain sebagainya. Makanya berat banget mencetak remaja #smartwithislam kalo cuma mengandalkan kesolihan remaja atau keluarganya saja.  Karena lingkungan (sistem kehidupan)  punya pengaruh sangat besar dalam mencetak pemikiran,  perilaku dan kepribadian seseorang, termasuk remaja.

Sobat, kepengen ga sih bisa kembali seperti masa keemasan Islam. InsyaAllah masa itu akan terjadi, karena itu sudah dijanjikan oleh Allah SWT. Bagi yang meyakini janji Allah SWT tersebut, yuk sama-sama kita menyongsong janji Allah SWT tersebut. Tapi ingat, Allah SWT tidak akan merubah kondisi kita tanpa ada usaha dan perjuangan dari kita semua. Bukankah Allah berfirman : ..” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri…” (Al-qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 11).

So, ngga perlu malu jadi orang yang memperjuangkan agama Allah SWT, ngga perlu malu jadi orang yang kontra maksiat, karena itulah remaja yang dirindukan surga. Ngga perlu tergoda sama “dunia” yang hanya sementara. Godaan dunia yang sering melenakan kita semua itu adalah ujian. Ujian yang harus kita hadapi untuk jadi remaja smartwithislam, jadi orang yang mulia di sisi Allah SWT. Apakah kamu mau? []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*