Daurah “Islamic Building Personality, Menggapai Pribadi Terbaik”, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Chapter Kampus UII Yogyakarta
HTI Press. Yogyakarta. Berangkat dari kesadaran akan pentingnya menyelamatkan dan mengarahkan para pemuda dari kehidupan permisif, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Chapter Kampus UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta, kembali menggelar daurah yang bertajuk “Islamic Building Personality, Menggapai Pribadi Terbaik” di Pondok Laras, Jalan Kaliurang, Yogyakarta (Jumat, 18/04/2014).
Peserta Daurah datang dari berbagai kampus di DIY, seperti Universitas Islam Indonesia, AMA YPK, STIKES GUNA BANGSA Yogyakarta, MMTC, UIN Sunan Kalijaga, STTN BATAN dan STT Adisucipto.
Daurah yang diselenggarakan untuk mengajak para mahasiswa mengkaji Islam dan turut bergerak berjuang mengembalikan kemuliaan Islam ini menghadirkan Elok Amiana Sanaky dan Asri Wahyuni Ahmad, sebagai pemateri. Keduanya adalah aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus UII.
Asri Wahyuni Ahmad menyampaikan materi pada sesi I dengan tema “Think Right, Do the Right Thing”, yaitu terkait konsep ihsanul amal (amalan yang baik) di dalam Islam.
“Di dalam Islam, sebuah amal akan dianggap ihsan, jika pelakunya seorang yang mukmin, dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT dan caranya harus showwab (benar) menurut syariat.” Terang Asri.
“Hingga konsekuensi dari semua itu adalah wajibnya menuntut ilmu agama bagi seorang muslimah karena semua amalan kita akan dihisab kelak di Yaumil Akhir.” Lanjut Aktivis Muslimah HTI Chapter Kampusi UII itu.
Asri pun menambahkan, bahwa jika ingin amalan kita menjadi amalan yang baik sehingga bisa kita persembahkan di hadapan Allah kelak, maka kita wajib mengkaji Islam secara rutin untuk mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh kita kerjakan di dalam hidup ini.
Elok sebagai pemateri sesi II, menyampaikan kepada peserta agar mampu untuk menyusun prioritas amal yang baik di dalam kehidupan yang sangat singkat ini dengan permainan game Tujuan Hidup.
Dalam permainan itu peserta diminta untuk menuliskan aktivitas apa saja yang akan dilakukan seandainya kesempatan hidupnya tinggal satu tahun, kemudian dilanjutkan seandainya peserta hanya punya sisa waktu satu jam saja untuk hidup di dunia. Dari jawaban-jawaban permainan tadi Elok menyampaikan pentingnya untuk tidak menunda melakukan amalan shalih selagi hayat masih di kandung badan.
Diakhiri dengan makan bersama antara peserta dan panitia pelaksana, acara Daurah itu pun ditutup. []