“Anak Indonesia berjatuhan jadi korban, Ibu Negara tidak berkomentar. Kita seperti tidak punya Ibu Negara.”
Sekolah yang harusnya menjadi tempat paling aman kedua setelah rumah, kini menjadi tempat paling menakutkan bagi anak-anak. Pasalnya, kasus pelecehan seksual yang terjadi pada murid taman kanak-kanak di Jakarta Internasional School (JIS) membuka mata seluruh pihak bahwa anak-anak kini terancam dan berpotensi menjadi korban kejahatan.
Tidak bisa dibayangkan, sekolah bertaraf internasional dengan pengamanan super ketat di sekolah bisa kecolongan tindak asusila. Ada apa? Pihak JIS pun dianggap tidak koperatif. Sementara pemerintah terkesan lemah dan tak berdaya. Padahal korban pelecehan itu pun terus bertambah.
Psikolog Anak Elly Risman Musa mengatakan bahwa pemerintah teledor mengawasi sekolah internasional. Ia tidak paham bagaimana peraturan perizinan untuk sekolah asing di Indonesia hingga kasus macam ini bisa terjadi, apalagi sekolah tingkat TK JIS tidak mendapatkan izin dari pemerintah.
“Peraturan pemerintah untuk sekolah asing bagaimana sih?” keluhnya kepada Media Umat.
Menurutnya, perlu kesadaran seluruh elemen masyarakat agar kejahatan terhadap anak tidak terjadi lagi. Ia pun menekankan seluruh elemen bangsa bergerak untuk melindungi generasi bangsa yang sedang terancam kejahatan.
“Kita harus bergerak jangan sampai ini selesai begitu saja. Kasus ini harus diungkap tuntas, pemerintah jangan kalah dan polisi jangan malah takut menghadapi ini,” ungkapnya.
Ia pun menyayangkan abainya pemerintah terhadap tindak kejahatan ini. Padahal kasus serupa sudah banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut catatan Elly, kasus pelecehan anak sudah terjadi di 12 provinsi di Indonesia baik di perkotaan hingga pelosok desa. “Seluruh anak Indonesia dalam bahaya,” jelasnya.
Elly bahkan mengkritik sikap pemerintah yang dinilai tidak peka merespon kasus-kasus serupa. “Kenapa menyangkut sekolah internasional baru heboh padahal kasus kekerasan seksual pada anak sudah sangat banyak. Tidak menganggap ini penting kali ya?”
Reaksi tidak berimbang dari pemerintah ini, menurut Elly, sangat mengecewakan, belum lagi ditambah hukuman yang didapat oleh pelaku sangat ringan. “Anak Indonesia berjatuhan jadi korban, Ibu Negara tidak berkomentar. Kita seperti tidak punya Ibu Negara,” keluhnya.
Bahaya Sekolah Asing
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Iffah Ainur Rahmah mengatakan, pemerintah harus mengevaluasi keberadaan seluruh sekolah asing di Indonesia. Pemerintah harus tegas terhadap sekolah asing yang tidak mengikuti aturan yang berlaku. Apalagi untuk kasus pelecehan murid TK JIS diketahui bahwa sekolah tersebut tidak mendapat izin.
Iffah juga menjelaskan keberadaan sekolah asing di Indonesia sangat berbahaya. Sebab, sekolah merupakan sarana paling efektif untuk menanamkan nilai dan gaya hidup bertentangan dengan agama dan budaya.
“Bukan hal baru lagi kalau keberadaan sekolah asing untuk melakukan pendangkalan akidah, pemurtadan, kristenisasi, dan sekulerisasi, serta sarana untuk menjauhkan kaum Muslimin dari Islam, pemikiran dan hukum-hukumnya,” ungkapnya kepada Media Umat.
Ironisnya, menurutnya, generasi bangsa akhirnya mengikuti peradaban Barat yang rusak dengan penampakan dasar kemajuan yang menjebak kaum Muslimin ke dalam kondisi paling buruk. Pelajaran berharga semestinya diambil kamu Muslim dari skenario penghancuran Khilafah Islamiyah oleh Kristen Eropa yang dimulai dari berdirinya ratusan sekolah asing milik Eropa di berbagai wilayah khilafah. Mereka menggerogoti loyalitas generasi Islam terhadap agamanya hingga mereka rela menempatkan musuh layaknya sahabat kepercayaan.
“Tentu tak boleh kita biarkan negeri Muslim Indonesia yang akan menjadi cikal bakal kembali tegaknya khilafah mengulang sejarah kelam umat Islam tersebut,” pungkasnya. (mediaumat.com, 3/5/2014)