“Pemberdayaan Perempuan, Antara Solusi Kapitalisme VS Khilafah”
HTI Press. Ngawi. Muslimah sejati: mutiara umat, mulia dengan Islam, Allahu akbar. Pekikan takbir menyemai jiwa sebagai pelengkap yel-yel dalam acara Diskusi Tokoh yang diselenggarakan pada Ahad, 20 April 2014 di RM. Soponyono. Dihadiri kurang lebih 70 peserta dari kalangan perangkat desa, tokoh pendidikan, muballighah dan lain-lain. “Pemberdayaan Perempuan, antara Solusi Kapitalisme Vs Khilafah” menjadi pilihan tema menarik ditengah fenomena pemberdayaan perempuan di Indonesia yang justru membuat kaum perempuan semakin terpuruk.
Fakta miris yang terjadi di Indonesia bahwa kemiskinan mencapai 43 juta yang menyebabkan kaum perempuan harus bekerja dan diperlakukan dzalim, kekerasan menimpa kaum perempuan mencapai 20.503 kasus, dan trafficking (perdagangan manusia) mencapai 1.022 kasus, dimana sebanyak 88,6% adalah kasus trafiicking kaum perempuan. Dari beragam fakta tersebut menunjukkan bahwa ada sebuah proyek sistemik. Proyek sistemik ini merupakan proyek yang tertata rapi yang memang sengaja dibuat di negeri-negeri muslim oleh para kapitalis global. Dalam hal ini Indonesia pun tak luput dari proyek ini. Adapun dampak dari proyek sistemik ini yakni muncul pemiskinan global dan penghancuran generasi muslim. Hal ini adalah buah dari kapitalisme yang sayangnya disikapi dengan pemberdayaan kaum perempuan secara keliru, dengan cara menggiring mereka untuk berbondong-bondong terjun ke sektor publik, yang justru membuat perempuan semakin terpuruk.
Sementara itu Islam menawarkan sebuah solusi yang solutif dan sistemik. Islam sangat memuliakan kaum perempuan. Islam juga menjamin terlaksananya tugas utama kaum perempuan, diantaranya: jaminan hak nafkah oleh suami, orang tua, dan negara; jaminan pendidikan, keamanan dan kesehatan oleh negara; terdapat beberapa hukum syariat untuk memudahkan kaum perempuan; apabila terdapat perceraian, hak asuh anak jatuh pada ibu hingga anak mumayyiz; hak kaum perempuan di ranah publik; serta sanksi tegas dari negara Khilafah bagi kedzaliman yang menimpa kaum perempuan. Oleh karena itu sudah saatnya menjawab seruan untuk menjadi perempuan yang berdaya, yakni dengan menempa diri melalui ilmu agama, iman, serta taqarrub ilallah; menjadi ibu berkualitas; amar ma’ruf nahi mungkar; serta ikut mewujudkan terterapkannya sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah. Allaahu Akbar! []