“Pemilu dan Perubahan Nasib Perempuan”
HTI Press. Semarang. Lebih dari 50 muslimah dari kalangan partai politik dan aktivis perempuan hadir dalam Forum Muslimah Untuk Peradaban yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Tengah dengan mengambil tema “Pemilu dan Perubahan Nasib Perempuan” (Ahad, 20/04/2014). Forum yang dihadiri oleh Dra Rustriningsih, M.Si Wagub Jawa Tengah periode 2009 – 2014 ini selengarakan di Hotel Grand Saraswati jalan Singosari Semarang.
Siti Muslikhati (Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), hadir sebagai pembicara. Secara gamblang menggambarkan kondisi perempuan dan generasi yang berada dalam sistem demokrasi saat ini. Demokrasi berpijak pada ekonomisasi yang artinya ekonomi menjadi pemandu kehidupan manusia yang konkritnya adalah materi atau uang sebagai standar segala sesuatu. Siti menekankan bahwa sangat wajar jika kemudian biaya politik dalam sistem demokrasi sangat tinggi, untuk memilih penguasa saja butuh belasan trilyun belum lagi biaya besar untuk membuat kebijakan atau UU.
Pembicara II Dra Rustriningsih, M.Si (Wagub Jawa Tengah periode 2009 – 2013), menyampaikan tema “Memberantas Pem-Berhalaan Suara Terbanyak dalam Sistem Demokrasi”. Rustri mengawali paparan materi dengan bercerita tentang pemgalaman dan kiprah beliau dalam dunia politik selama 27 tahun mulai dari menjadi anggota DPR RI, Bupati 2 periode dan Wakil Gubernur satu periode. Rustri menyatakan bahwa demokrasi dengan prinsip suara terbanyak sejatinya yang berkuasa adalah uang, “money politic” menjadi fenomena yang selalu menghiasi demokrasi. Uang menjadi penentu sehingga wajar kemudian jika gagal dalam pesta demokrasi, tidak sedikit yang stres bahkan hilang ingatan, ada yang menjual harga diri hingga bunuh diri.
Pembicara III Siti Sholihat, S.Pt (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Tengah), membawakan tema “Khilafah Sistem Terbaik bagi Perubahan Nasib Perempuan”. Siti Sholihat mengawali paparan materi dengan mengungkapkan bahwa demokrasi telah dijalankan dengan sempurna dengan mekanismenya yang demokratis sehingga negara ini mendapat pujian sebagai negara demokratis. Namun, ada paradoks yang terjadi, dimana makin sempurna pelaksanaan sistem demokrasi justru makin banyak persoalan yang terjadi yang menunjukkan adanya kegagalan atau kerusakan sistem tegasnya. Sehingga membutuhkan perubahan sistem. Saatnya aktivis muslimah bangkit berjuang menegakkan sistem terbaik, sistem khilafah yang Insya Allah akan membawa perubahan menuju kemuliaan dan kesejahteraan perempuan. []