CAIRO (Reuters). Saat negara Mesir mengambil tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin, orang yang berharap menjadi presiden telah menggunakan senjata baru dalam perang melawan kelompok Islamis: Visi Islamnya sendiri.
Abdel Fattah al-Sisi, seorang mantan panglima militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Mursi dan berharap terpilih sebagai presiden, pada akhir bulan mengklaim dirinya sebagai pembela agama dan mengambil tujuan dasar doktrinal dari kelompok-kelompok Islam yang berusaha dihancurkan oleh negara.
Dengan bersikap seolah menjadi orang shalih yang membedakan dirnya dari mantan presiden Hosni Mubarak, Sisi juga tampak berlindung di balik baju sebagai seorang reformis agama. Dia menyalahkan “wacana keagamaan” yang usang untuk mempertahankan Mesir.
“Saya melihat wacana keagamaan di seluruh Dunia Islam telah mengorbankan sisi kemanusiaan agama Islam,” kata Sisi dalam sebuah wawancara televisi pada tanggal 5 Mei. “Ini mengharuskan kita, dan dalam hal ini semua pemimpin, untuk meninjau posisi mereka.”
Dengan merujuk kepada Allah dan moralitas, Sisi mungkin secara lahiriah terlihat sebagai orang yang paling shalih di antara orang-orang di jajaran militer yang telah memerintah Mesir sejak republik itu berdiri pada tahun 1953.
Namun, hal ini tidak berarti dia menginginkan pemerintahan negaranya menjadi lebih islami saat hukum dan budaya telah lama terbentuk oleh agama. Sisi mengatakan bahwa tidak ada “negara agama” dengan menantang konsep sentral kempok Islamis.
Namun, dia tampaknya yakin untuk mendorong peran agama dalam kehidupan publik di dalam masyarakat yang konservatif.
Pada saat pihak berwenang mencoba mengekang pengaruh Islam dengan memperketat kontrol atas masjid, Presiden Sisi bisa melakukan upaya berkelanjutan untuk memperkuat sikap apolitis Islam yang didukung negara, dengan menggunakan ulama untuk menghancurkan musuh-musuh Islamnya.
“Dia mencoba untuk menggantikan posisi kelompok Islam dan melawan argumen Ikhwanul Muslimin bahwa dia adalah anti-Islam,” kata Khalil al-Anani, seorang ahli gerakan Islam yang berbasis di Johns Hopkins University di Amerika Serikat.
“Ada aspek agama pada karakternya. Pada saat yang sama hal itu menjadi alat politik untuk memperkuat popularitasnya dan menjadi legitimasi di kalangan rakyat Mesir yang konservatif,” katanya.
“Dia memiliki semacam visi keagamaan bagi masyarakat.”
Sisi telah dibandingkan dengan Anwar Sadat, kepala negara yang dikenal karena keshalihannya yang dibunuh oleh kelompok Islamis pada tahun 1981. Sebagaimana Sadat, Sisi memiliki tanda di keningnya karena bertahun-tahun sujud menekan kepalanya ke karpet dalam shalat. Istrinya juga berjilbab.
Berbalik Menentang Ikhwan
Reputasi keshalihan Sisi mendorong Ikhwan untuk percaya bahwa dia bisa menjadi sekutu yang dapat diandalkan. Inilah salah satu alasan mengapa Mursi menunjuk dia sebagai panglima militer pada bulan Agustus, 2012. Namun, Sisi mengungkapkan pandangannya yang sangat anti Ikhwan setelah dia menjatuhkan Mursi menyusul protes massa terhadap kekuasaan Mursi yang kurang dari setahun kemudian.
Sisi menuduh kelompok tersebut memiliki ideologi dengan mengklaim memegang “kebenaran eksklusif” dan berusaha untuk mendorong pendirian imperium Islam daripada memajukan Mesir.
Dalam wawancara yang ditayangkan pada tanggal 5 Mei, Sisi mengatakan bahwa kelompok-kelompok yang menggunakan kekerasan terkait dengan Ikhwan, dan dia bersumpah bahwa gerakan itu tidak akan ada lagi setelah dia berkuasa.
Gerakan Ikhwan, yang sebagian besar pemimpinnya di penjara, belum menanggapi tuduhannya yang terbaru, meskipun sebelumnya telah membantah klaim tersebut dan mengatakan telah lama menolak kekerasan. Ikhwan melihat Sisi sebagai dalang kudeta militer berdarah.
Kelompok-kelompok Islamis yang berusaha menanamkan pemerintah dengan visi Islam mereka telah menjadi duri dalam daging negara selama beberapa dekade. Beberapa kelompok militan paling radikal di dunia adalah orang Mesir, termasuk pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahri.
Sejak Mursi dilengserkan dari kekuasaan, Mesir telah menghadapi gelombang kekerasan militan terburuk sejak tahun 1990-an.
Beberapa ratus polisi dan tentara telah tewas dalam serangan yang terjadi pada tahun lalu. Ini terjadi setelah pemerintah menewaskan ratusan pendukung Mursi dalam tindakan keras. Sisi mengatakan dua plot untuk membunuh Mursi telah ditemukan.
Sisi telah menyayangkan, interpretasinya atas Islam gagal bersaing dengan waktu, “Kami telah membekukan hal ini ratusan tahun, ” katanya dalam wawancara yang disiarkan pada tanggal 5 Mei.
Dalam pertemuan dengan para eksekutif pariwisata pada akhir April, Sisi membahas pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana “wacana keagamaan” telah merusak industri pariwisata. Pariwisat adalah mesin ekonomi yang secara berulang terkena serangan kelompok Islam selama bertahun-tahun.
Sisi mengatakan sektor tersebut menderita karena wacana keagamaan dan “tidak terkait dengan konsep dan perkembangan zaman”.
“Harus ada wacana keagamaan yang tercerahkan untuk melindungi masyarakat dari ide-ide asing,” katanya, menurut sebuah pernyataan yang diposting di halaman Facebook resmi kampanyenya.
Dia juga mengatakan bahwa tempat-tempat ibadah harus memainkan peran dalam memperbaiki masalah-masalah moral Mesir, dan keputusan-keputusan yang baik harus selaras dengan masyarakat dan “peraturan-peraturan Allah”.
Dibesarkan Dalam Suasana Islam di Kairo
Yasser Abdel Aziz, seorang kolumnis yang telah bertemu dengan Sisi dan mengikuti komentarnya tentang agama, menggambarkan Sisi sebagai seorang Muslim “Mesir yang moderat”, yang berbeda pendekatannya, misalnya, dengan Wahabisme puritan di Arab Saudi.
Sisi akan “memperkuat peran wacana keagamaan di lembaga-lembaga publik dan dalam kehidupan publik”, tetapi tidak akan melibatkan agama dalam pemerintahan, katanya. “Dia melihat Islam sebagai kekuatan untuk kebaikan dan bekerja,” katanya.
Sisi Dibesarkan di Jantung Bersejarah Islam di Kairo
Dia teringat saat melihat kaum Kristen dan Yahudi mempraktikkan agama mereka tanpa hambatan. Dia pun telah mengutip pengaruh dari masa kecilnya termasuk pengaruh dari Sheikh Mohamed Metwally El-Shaarawy, seorang ulama Islam yang meninggal pada tahun 1998.
Mantan Mufti Ali Gomaa juga telah dikutip sebagai sumber yang berpengaruh bagi Sisi. Sisi hadir pada pertemuan dengan para perwira militer tahun lalu. Saat itu Gomaa menjanjikan masa depan mereka di surga bagi anggota pasukan keamanan yang menewaskan kelompok militan atau dibunuh oleh mereka. Saat itu ditunjukkan cuplikan dari pertemuannya itu yang bocor ke publik.
Sebagaimana banyak tokoh agama terkemuka di negara Mesir, Gomaa adalah seorang penganut sekolah mistik Islam yang dikenal sebagai tasawuf. Praktik keagamaannya kadang-kadang bertentangan dengan Islam yang lebih puritan, termasuk dengan kelompok-kelompok Islam garis keras.
Beberapa analis berspekulasi bahwa Sisi mungkin memiliki sisi mistis. Spekulasi ini muncul setelah muncul rekaman saat dia mengatakan mengalami visi masa depan. Dalam salah satu mimpinya, almarhum Sadat memberitahu Sisi bahwa dia tahu suatu hari Sisi akan menjadi presiden.
Dalam salah satu pertemuan pertamanya setelah mengundurkan diri sebagai panglima militer, Sisi bertemu dengan para pemimpin Sufi Mesir dan para keturunan Nabi Muhammad. Mereka mendukung dia untuk menjadi presiden.
“Saya berharap Allah mengganjar kami karena melindungi rakyat dan juga melindungi Islam,” kata Sisi dalam rekaman pertemuan yang diposting di halaman Facebook kampanyenya.
Anggota Ikhwanul Muslimin menuduh Sisi memanipulasi agama untuk kepentingan politik—suatu tuduhan yang sama yang dibuat terhadap mereka.
“Dia menggunakan agama untuk membolehkan pertumpahan darah, mendorong para syaikh untuk membenarkan pembunuhan itu, ” kata anggota Ikhwan yang menolak untuk diidentifikasi karena takut ditangkap.” Dia hanya ingin agama hanya sebatas shalat dan puasa.”
Penentangan yang kuat Sisi terhadap Ikhwan telah membuat dia menerima dukungan dari kelompok minoritas agama terbesar di Mesir, kelompok Kristen Koptik. Namun, sebagian orang Mesir takut bahwa kelompok-kelompok minoritas kecil yang telah lama dianiaya seperti kelompok Syiah, Baha’i dan ateis akan lebih banyak menghadapi pelecehan saat negara mengadopsi sikap keshalihan.
“Sisi tidak ingin mengubah budaya religius masyarakat atau mengadopsi kebijakan yang membawa kebebasan yang lebih religius. Dia akan memanfaatkan budaya ini untuk mewujudkan cita-citanya,” kata Karim al – Deeb, 35 tahun, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang agnostik.
Saat sebagian besar dari kelompok-kelompok Islam di Mesir berbagi penentangan dengan Ikhwan melawan Sisi, dia telah mendapat dukungan dari kelompok ortodok Salafi utama, Dawa Salafiyah. Kelompok ini pertama kali mendukung Mursi, tetapi kemudian mendukung pelengserannya.
Dawa Salafiyah, yang lebih radikal daripada Ikhwan, menyerukan sebuah Negara Islam setelah pemberontakan tahun 2011 yang meruntuhkan Mubarak. Namun sekarang, kelompok ini melihat Sisi sebagai orang terbaik yang memenuhi syarat untuk memimpin negara. Kelompok ini dan partai politiknya, Partai Nour, telah diberi ruang untuk melanjutkan kegiatan mereka, suatu hal yang berbeda dengan Ikhwan.
“Secara pribadi, Sisi tertarik pada ‘Islam sejati’ dan ‘Islam yang benar’ serta merusak gerakan-gerakan Islam,” kata Ashraf El-Sherif, dosen ilmu politik di Universitas Amerika di Kairo (AUC).” Ini adalah bagian dari misipribadinya.” [rz/sumber: Reuters Jumat, 9 Mei 2014]