Keuntungan Korporasi di Balik Pengobatan Anemia Pekerja Perempuan
Oleh: dr. Arum Harjanti (Lajnah Siyasiyah DPP MHTI)
Belum lama ini sebuah survei terhadap perempuan pekerjayang dilakukan oleh Project HOPE dan YKB (Yayasan Kusuma Buana) menemukan bahwa 40% pekerja perempuan menderita anemia dan 21% mempunyai kadar Hb (hemoglobin) sedikit di atas batas normal yang beresiko menjadi anemia. Survei pada lima perusahaan diSubang dan Bekasi, bekerja sama dengan MSD (Merck Sharp & Dome ) yang merupakan perusahaan farmasi yang memproduksi berbagai macam obat-obatan dan vaksin.
Survei tersebut diadakan sebagai rangkaian program MSD for mother yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan menekan angka kematian ibu karena melahirkan anak. Di Indonesia, MSD for Mothers telah mengalokasikan dana sebesar Rp 6 Miliar dengan masa program tiga tahun. Salah satu kegiatannya adalah pencegahan dan pengobatan anemia
Sekilas, MSD for Mothermerupakan solusi bagi perempuan pekerja. Namun saat ini kita hidup dalam sistem kapitalisme yang terbukti menempatkan korporasi sebagai pemilik kapital utama, sekaligus menjadikan mereka pihak yang berpengaruh terhadap keputusan penting dalam pemerintahan. Demikian pula program-program sosial yang peduli terhadap masyarakat, amat sulit diterima sebagai ketulusan dalam menuntaskan masalah sosial.Apalagi jika berkaitan erat dengan status kesehatan perempuan pekerja yang secara langsung menjadi modal perusahaan.
Program yang Menjanjikan Keuntungan
Hasil survei yang dilakukan oleh Project HOPE dan YKB, menunjukkan fakta memprihatinkan yang terjadi pada perempuan pekerja.Sebenarnya hasil tersebut tidaklah mengejutkan, mengingat mayoritas penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan.Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia pada perempuan.Studi Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 menunjukkan sekitar 26,4% perempuan Indonesia usia subur mengalami anemia. Hasil penelitian laindi beberapa kawasan industri Jabodetabek menunjukkan sekitar 24-42% penderita anemia adalah pekerja perempuan.
Dr Nasaruddin Sheldon, MD –Country Director Project Hope Indonesia– dalam acara “MSD For Mothers, Meningkatkan Kesehatan Perempuan di Tempat Kerja” di Jakarta, Kamis (17/4/2014)menyatakan bahwa, “Masalah anemia ini sangat berpengaruh negatif pada fungsi tubuh dan juga menurunkan produktivitas pekerja.”Anemia timbul karena kekurangan asupan zat besi, serta konsumsi gizi yang tidak seimbang. Faktor lain yang berpengaruh adalah menstruasi, kehamilan, kelelahan, serta peran ganda yang mereka jalankan sebagai pekerja dan juga ibu rumah tangga. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesehatan perempuan pekerja Hope Indonesiabekerjasama dengan Merch Sharp and Dohme (MSD) mengimplementasikan program “MSD for Mothers” di Indonesia. Salah satu komponennya adalah pencegahan dan pengobatan anemia, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan keuntungan perusahaan.
Anemia merupakan kondisi yang sangat membahayakan status kesehatan para perempuan karena akan berdampak buruk baik bagi dirinya maupun anak yang dikandungnya jika terjadi selama kehamilan. Karena itu, harus diatasi. Namun nampaknya landasan program MSD for mother tidaklah semata-mata untuk kesehatan perempuan. Ada target lain yang sesungguhnya merupakan target utamanya. Pekerja perempuan penderita anemia menjadi kurang produktif, Bahkan menurut pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP) yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI,seorang pekerja menderita anemia bisa kehilangan 6,5 jam kerja per minggu dan penurunan produktivitas sebanyak 10%.
Tentu saja penurunan produktivitas perempuan pekerja sangat merugikan perusahaan, dan kerugian ini menjadi sangat bermakna mengingat jumlah pekerja perempuan di Indonesia terus bertambah,dansaat ini mencapai 43 juta orang.
Langkah pengobatan anemia tentu sangat penting bagi perusahaan, karena akan meningkatkan produktivitas perempuan yang tentunya akan berimbas pada keuntungan perusahaan. Manfaat inilah yang sesungguhnya menjadi target upaya pengobatan anemia. Adapun peningkatan kesehatan perempuan merupakan efek samping dari pengobatan anemia, yang justru belum tentu mereka dapatkan. Dengan demikian, pengobatan anemia ini hanyalah untuk kepentingan perusahaan. Termasuk yang juga diuntungkan adalah perusahaan yang memproduksi obat untuk mengobati anemia pekerja perempuan. Perusahaan tersebutakan mendapatkan pasar besar–yakni jutaan pekerja perempuan-, yang jelasmemberikan untung besar bagi pemasaranobat produknya.
Kesehatan Perempuan Hanya Ilusi
Program MSD for Mother sudah jelas akan menguntungkan perusahaan.Lantas,apa yang didapat perempuan pekerja? Benarkah perempuan menjadi lebih sehat? Dan akankah program ini mampu menurunkan angka kematian ibu?
Perempuan yang bekerja sesungguhnya menanggung beban ganda karena harus bekerja mencari nafkah, sekaligus bertanggungjawab terhadap pengelolaan rumah tangga. Beban ganda itulah menjadi penyebab kelelahan yang mereka alami sehari-hari. Padahal -dengan mengutip pernyataan Dr Nasaruddin Sheldon, MD, Country DirectorProject Hope Indonesia-salah satu penyebab anemia pada perempuan pekerja adalah faktor kelelahan dan beban ganda perempuan.Artinya, pengobatan anemia hanya menyelesaikan salah satu penyebab anemia, yaitu kurangnya asupan zat besi dalam mengimbangi lelah fisik akibat beban ganda mereka. Namun penyebab lain belum terselesaikan.
Sementara itu, sejatinya asupan gizi tidak serta merta meningkat dengan adanya suplemen zat besi. Karena asupan gizi terkait dengan pola konsumsi yang dipengaruhi oleh daya beli.Namun realitas kemiskinan yang juga dialami mayoritas perempuan pekerja, membuat daya beli mereka terbatas.Kelelahan akibat beban ganda tetap saja menjadi penyebab utama kondisi itu.Pekerja perempuan juga tidak dapat menghindari lingkungan kerja yang tidak kondusif.Oleh karena itu kesehatan perempuan tidak lantas membaik dengan pengobatan anemia. Kalaupun anemianya terobati, status kesehatannya belum tentu optimal.
Belum lagi jika mereka hamil.Kelelahan, stress di tempat kerja dan lingkungan kerja yang tidak baik, merupakan ancaman bagi kesehatan perempuan pekerja, khususnyayang tengah hamil.Kondisi ini dapat berpengaruh pada kesehatan kehamilan dan janin yang dikandungnya.Artinya resiko kematian ibu dan bayi senantiasa ada.
Di luar itu semua, penyebab tidak langsung kematian ibu adalah tiga terlambat. Tiga terlambat ini terkait dengan banyak pihak, di luar faktor ibu hamil.Tanpa ada perubahanterkait dengan ‘tiga terlambat’, resiko kematian ibu masih mengancam perempuan pekerja yang hamil meski tidak menderita anemia
Dengan demikian, perbaikan kesehatan perempuan pekerja dengan menyelesaikan problem anemia, tidaklah lantas meningkatkan status kesehatan perempuan dan membuat perempuan pekerja tersebut bebas dari ancaman kematian saat melahirkan.Perempuan pekerja tetap dalam ancaman problem kesehatan, yang akan berdampak kepada anak-anak yang dikandung dan dilahirkannya.
Semua itu tak lain adalah buah dari sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini , tidak pernah peduli dengan keberadaan perempuan sesuai dengan kodratnya.Keuntungan materi menjadi prioritas utama, walaupun hal itu merugikan bahkan membahayakan pihak-pihak lain, yang posisinya lebih lemah dari pemegang modal utama.
Stop Beban Ganda Perempuan
Perempuan memiliki peran khas sesuai dengan kodrat perempuan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.Peran khas ini menjadikan perempuan sebagai ibu yang melahirkan dan merawat anak-anaknya. Peran iniberkorelasi erat dengan kualitas generasi penerus yang lahir dari rahimnya.Kualitas kesehatan perempuan termasuk pada masa kehamilan akan menentukan kualitas generasi yang dilahirkannya.
Beban tambahan bagi perempuan sebagai pekerja, besar pengaruhnya terhadap kesehatan perempuan, termasuk pada anak yang dilahirkannya. Ada lebih banyak resiko yang dihadapi oleh perempuan terutama terkait dengan kesehatan reproduksinya ketika bekerja di pabrik. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih rentan dengan berbagai masalah. Mulai dari stres akibat pekerjaan, masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksinya, lingkungan kerja, sampai pada desain tempat kerja dan alat pelindung diri yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh perempuan. Karena, kondisi-kondisi tersebut ‘memaksa’ perempuan menanggung beban ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga. Akibatnya, semua itu akan membawa masalah tidak hanya bagi diri perempuan, tapi juga pada generasi yang dilahirkan, keluarga, bahkan masa depan negara.
Bila ingin mendapatkan generasi yang berkualitas pada masa yang akan datang, sudah seharusnya kesehatan perempuan diperhatikan dan dijaga agar diperoleh status kesehatan yang optimal. Optimalisasi status kesehatan perempuan ini hendaknya diarahkan sepenuhnya untuk menjalankan peran kodratinya sebagai ibu generasi, bukan sebagai pekerja yang mencari nafkah. Semua itu membutuhkan dukungan sarana kesehatan berkualitas dan mudah dijangkau
Hal ini hanya akan terwujud ketika negara menjalankan tatanan ekonomi yang menjamin kesejahteraan tiap individu rakyatnya. Negara meletakkan kewajiban mencari nafkah kepada laki-laki sebagai kepala keluarga dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi laki-laki. Sementara itu, perempuan mengoptimalkan produktivitasnya dalam membangun generasi berkualitas yang akan membangun peradaban bangsayang mulia,
Kondisi demikian hanya akan terwujud dalam tatanan Daulah Khilafah Islamiyyah, dengan sistem ekonomi Islam, yang terpadu dengan sistem Islam lainnya dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga negara dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat tanpa membebani perempuan dengan kewajiban mencari nafkah. Wallahu alam bish showab. []