Talkshow Mahasiswi “Saatnya Mahasiswi Tinggalkan Demokrasi Tegakkan Khilafah”
HTI Press. Mataram. MHTI Chapter Kampus Mataram, NTB, menyelenggarakan acara talkshowdi Gedung Sangkareang (Ahad, 27/04/2014). Acara dihadiri oleh lebih dari 300 mahasiswi se-kota Mataram, yang terdiri dari para aktivis kampus baik ekstra maupun intra kampus.
Acara ini juga mendapat perhatian dari berbagai insan media lokal, diantaranya TVRI, Radar Lombok, Portal NTB, dan salah satu media “Justibelens” selaku media kampus Mataram.
Hemi Nurdiana (aktivis MHTI DPD I NTB) hadir sebagai pemateri pertama, sedangkan Ibu Lenny Aprilianty S.Kep.Ners. (DPD I NTB MHTI) pemateri kedua.
Acara ini bertujuan untuk membangun kesadaran mahasiswi khususnya sebagai kaum intelektual agar mampu memanfaatkan intelektualitasnya sebagai pengawal perubahan (agent of change). Karena mahasiswi adalah bagian dari intelektual yang tidak hanya mampu menjustifikasi tanpa mengklarifikasi sehingga perlu adanya edukasi untuk menjadikan para intelektual sebagai barisan terdepan meninggalkan demokrasi di sampah peradaban.
Pemateri pertama menyampaikan bahwa demokrasi adalah konsep kufur yang memarginalkan agama sebagai asas perpolitikan Negara. Wajar, jika demokrasi tidak mampu mengantarkan pada tujuan perubahan. “Ketika demokrasi dijadikan sebagai jalan perubahan, maka yang perlu diperhatikan adalah, apakah cara ini sesuai dengan Islam, dan apakah demokrasi pernah berhasil mewujudkan tujuannya?” ujarnya.
Berangkat dari carut marutnya demokrasi sebagai sistem kufur, maka satu-satunya alternatif untuk menggantikannya adalah sistem Islam yang tegak dalam bingkai Khilafah. Khilafah adalah institusi yang benar, baik dalam tataran konsep maupun praktis dalam kegemilangan yang telah diraihnya. Hal ini disampaikan oleh ibu Lenny Aprilianty S.Kep.Ners selaku pemateri kedua. “Khilafah adalah wujud keimanan kepada Allah Swt, memperjuangkannya adalah suatu hal yang harus dilakukan untuk melanjutkan kehidupan Islam. Karena Khilafah bukan sekedar kewajiban namun juga kebutuhan untuk merealisasikan kemuliaan umat,” paparnya.
Antusiasme peserta terlihat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang upaya penegakan Khilafah dan metode untuk menyadarkan umat. Para peserta pun makin bersemangat saat disuguhi nasyid “Jayalah Khilafah” yang diiringi parade liwa royah. Inilah wujud kerinduan kaum muslim khususnya para intelektual untuk diatur oleh syari’at Islam dan hidup dalam naungan Khilafah.
Acara ditutup dengan pembacaan do’a. Insya Allah, Khilafah segera terwujud dengan pertolongan Allah. Allaahu akbar. []
“demokrasi..adalah pemerintahan berdasarkan ajaran setan..”………sebaiknya jama’ah hizbut tahrir……jangan mendekat ke ajaran demokrasi.