Perempuan Mulia, Terayomi, dan Optimal Perannya Hanya dalam Khilafah

HTI Press. Yogyakarta. Bertempat di Koridor Utara Masjid Kampus UGM, puluhan mahasiswa dan aktivis muslimah hadir dalam Kajian Umum Mingguan Spesial yang diselenggarakan oleh Muslimah HTI Chapter Kampus UGM dengan tema “Di Balik Janji Manis Pemberdayaan Perempuan dalam Demokrasi, Komparasi dengan Khilafah”, Sabtu pagi (26/4).

Hadir sebagai narasumber, Ir. Ervia Yudiati, M.Si., Dosen UNDIP yang saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di Fakultas Pertanian UGM. Dalam paparannya, Ervia menyampaikan fakta perempuan di dalam sistem Demokrasi – Sekuler saat ini, dimana mereka tereksploitasi secara fisik, seksual, bahkan secara intelektual. “Tidak bisa dinafikan bahwa semakin hari fakta ini semakin buruk. 37 juta perempuan hidup dalam kemiskinan, 60% buta huruf, 57,02% pekerja perempuan berpendidikan rendah. Si mbok-mbok yang jadi kuli panggul, jadi tukang becak, dan perempuan yang mengais-ngais sampah, buruh perempuan yang bekerja di pabrik-pabrik kapitalis, fenomena ini nyata. Perempuan pun tereksploitasi secara seksual, korban utama kejahatan seksual adalah perempuan”. Dari sudut pandang akademisi, Ervia pun membagi pengalaman beliau, bahwa ternyata eksploitasi juga terjadi di kalangan terpelajar. Sebagai dosen, penelitian intelektual bisa sangat menarik dan menjerumuskan, “namun sarat akan kepentingan asing dengan hak paten, royalty. Kita sebagai kuli, hanya dapat royalty sedikit, mereka yang mengambil untungnya”, terang beliau. Ervia pun menyayangkan, diberlakukannya program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (PEP), serta keterwakilan 30% caleg dari kalangan perempuan belum mampu memberi solusi bagi persoalan perempuan. Di akhir paparannya, Ervia menegaskan bahwa dalam sistem Kapitalisme – Demokrasi saat ini, perempuan dipandang berdaya guna ketika mereka mampu menghasilkan materi sebesar-besarnya.

Narasumber kedua, Ermalinda Zebua, S.Si. (Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia). Dalam presentasinya, Erma menyampaikan bahwa Islam bukan sekedar aqidah spiritual/ruhiyah, lebih dari itu Islam adalah ideology yang memiliki pandangan khas dalam mengatur segala sesuatu, termasuk persoalan perempuan. Islam menetapkan bahwa peran perempuan adalah sebagai ummun wa rabbatul bayt serta pendidik (ummu ajyaal). “Ibu generasi, dimana perempuan diberikan peran aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar. Perempuan juga punya tanggung jawab untuk mencerdaskan generasi, dia juga mendidik putra-putri mereka yang lahir untuk menjadi generasi berkualitas”, papar Erma. Beliau melanjutkan, “Khilafah sebagai manifestasi pengaturan Islam yang komprehensif, akan memberikan perhatian yang optimum, dengan supra sistem (politik) serta sub sistem (pendidikan, interaksi sosial/pergaulan, peradilan, media informasi), dan supporting sistemnya (sistem ekonomi), mampu memberikan pengayoman dan menjamin optimalisasi peran perempuan. Dengan begitu, hanya Islam satu-satunya sistem yang mampu memuliakan perempuan. Islam memuliakan dan mengatur perempuan sebagaimana Islam memuliakan dan mengatur laki-laki. Islam dengan pengaturan dalam Khilafah memberi jaminan keamanan, kesejahteraan dan kesempatan kepada warga non-muslim sebagaimana warga yang muslim mendapatkannya”, jelas beliau di akhir paparannya.

Para mahasiswa dan aktivis muslimah yang hadir pun sepakat dengan apa yang disampaikan oleh para narasumber, dan untuk selanjutnya akan terus mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir. []

DSCN5885

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*