HTI Press, Ternate. Pelaksanaan KIP 2014 di kota ternate dilaksanakan dalam konstalasi politik yang panas dingin karena masih dalam suasana “pesta demokrasi” mulai dari pemilukada gubernur yang baru selesai awal mei 2014 setelah hampir setahun lamanya mengalami proses sengketa, yang juga berbarengan dengan pemilu legislatif dan jelang pilpres dan dilanjutkan dengan pemilukada walikota.
Dengan demikian acara KIP mempunyai daya tarik tersendiri, ketika pemerintah sedang gencar mengkampanyekan demokrasi, HTI justru mengkampanyekan menolak demokrasi itu sendiri, sehingga sebagian peserta datang karena ingin mencari jawaban alasan menolak demokrasi dan juga apa solusi terhadap permasalahan bangsa ini khusunya di kota Ternate.
Keinginan peserta untuk hadir terlihat dari kedatangan para peserta yang sebelum pukul 8, yang mana acara sendiri direncanakan akan dimulai pukul 8.30. Jumlah peserta lebih dari 600 orang dari beberapa daerah termasuk dari pulau Tidore.
Tepat pada pukul 8.30 acara KIP dimulai, diawali dengan teatrikal puisi yang menceritakan tentang Islam yang dikehendaki oleh para musuh-musuh Islam, teatrikal yang diperankan oleh para aktivis dakwah dari mahasiswa sangat menyentuh dan mengharukan, bahkan beberapa peserta terlihat terharu. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan oleh MC dan tayangan opening dilanjutkan dengan tilawah oleh Ust. Fahrul yamin dengan lantang dan penuh khidmat.
Dalam sambutannya Fatahillah Syukur selaku ketua HTI DPD I Maluku Utara menjelaskan tentang Hizbut Tahrir dan peranan sejak masuknya HT di Indonesia, sejak awal masuknya HTI telah memperingatkan akan bahaya dari demokrasi dan turunannya termasuk sistem ekonomi liberalisme yang saat ini telah terbukti menghancurkan umat, selain itu beliau juga turut serta mengajak para peserta untuk turut serta berjuang bersama tegaknya khilafah.
Pembicara pertama Hasanuddin Rasyid memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak peserta kenapa harus menolak demokrasi, dalam pemaparannya yang lugas beliau menjelaskan bahwa demokrasi yang selama ini menjadi harapan umat menuju ke arah lebih baik sejatinya adalah sistem yang bobrok yang membawa ummat ke arah kehancuran, berbagai permasalahan yang muncuk justru karena penerapan demokrasi yang telah menipu ummat, memberi harapan palsu, biaya mahal dsb, dan tentu saja hal-hal tersebut menjadi sumber permasalahan umat selama ini, dan yang menjadi pokok utama ditolaknya demokrasi karena bertentangan dengan Islam.
Pembicara kedua Sabaruddin yang merupakan Humas HTI DPD I Maluku Utara, mempertegas penolakan terhadap demokrasi dengan mengangkat kerusakan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis yang merupakan turunan dari demokrasi, dalam pemaparannya diterangkan bagaimana sebenarnya negara korporasi dan program-programnya yang sebagian sudah diadopsi oleh negara Indonesia, yang sangat bertentangan dengan islam, karena Islam sangat menekankan pentingnya peran negara dalam mensejahterakan umat, sementara sistem ekonomi kapitalis meniadakan peran negara.
Pembicara ketiga pidato politik HTI oleh KH. M Shiddiq Al-Jawi beliau mengajak para peserta untuk mencampakkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal dan mengajak ummat untuk turut berjuang bersama menegakkan khilafah, walaupun banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi.
Acara KIP semakin menarik dengan adanya dokusinema, yang tentu saja berbeda dengan kegiatan keislaman selama ini yang hanya menampilkan pembicara dan tayangan potongan film-film.
Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh ketua MUI Kota ternate H. Usman Muhammad. Dalam wawancara kepada salah satu tokoh agama H. Usman Muhammad, yang juga ketua MUI Kota Ternate menyatakan sangat mendukung kegiatan HTI seperti KIP dan harapannya kegiatan seperti KIP bisa dilaksanakan secara kontinyu sehingga bisa menyadarkan ummat dan bersama-sama untuk menegakkan syariat Islam.[]MI HTI Malut